PAKET BIN : 4
SOAL PEMANTAPAN UJIAN NASIONAL
Tahun Pelajaran 2011 – 2012
SOAL PEMANTAPAN UJIAN NASIONAL
Lam SKL:8 | Menentukan Unsur Intrinsik Puisi |
MATERI PEMBELAJARAN | |
Sebagai mana di sebutkan pada uraian materi pembelajaran bentuk karya sastra jenis prosa, maka pada bab ini perlu diingat kembali kalau sesuai dengan pengelompokan jenis karya sastra yang berdasarkan secara jelas antara bentuk (1) prosa (2) puisi, (3) Prosa liris atau liris prosa (prosa berirama). Jenis hasil sastra ini menurut buku teori sastra disebut genre (suatu hasil klasisifikasi terhadap bentuk dan isi karya tersebut yang terdapat dalam realita. Pengklasifikasian menjadi beberapa macam bentuk tersebut didasarkan pada criteria tertentu sesuai dengan persepektif yang digunakan oleh pihak yang melakukan klasifikasi tersebut.(Wiyatmi, 2003:20). Karya puisi adalah sebuah karya sastra yang mempunyai ketentuan khusus,yaitu (a) bahasa yang digunakan bahasa imajimatif (bahasa konotasi) yang pemaknaannya membutuhkan penafsirak khusus.(b) Disajikan dalam bentuk khusus, yang terdiri dari bait, baris, dan memperhatikan irama-irama tertentu, dan (c) deretan kata dan baris-barisnya dimaknai secara khusus sesuai dengan hubungan antar kata (diksi) serta pemaknaan masing-masing kata (nosi). Hal seperti yang disebut merupakan “Fenomena estetika identitas dalam sastra Indonesia, bisa ditemukan dalam karya sastra lama seperti syair dan pantun. Syair misalnya, oleh ilmuwan sastra dirumuskan memiliki cirri sebagai berikut (1) memiliki beberapa bait sesuai dengan kebutuhan penyairnya; (2) tiap bait terdiri dari empat baris; (3) baris-baris dalam bait berirama a-a-a-a-a; (4) baris-baris dalam bait merupakan isi. Ciri tersebut oleh sastrawan dipandang sebagai kaidah syair. Oleh karena itu para sastrawan menjadikan ciri tersebut sebagai patokan dalam menyusun syair (Wiyatmi, 2003:21). Pertumbuhan jaman menjadikan karya sastra bentuk puisi ini terus berkembang, sehingga jika membicarakan karya puisi tak dapat dilepaskan begitu saja dari pengaruh jaman karena akan mempengaruhi karya ini. Berdasarkan periodisasi dengan demikian berdasarkan periodisasi sastra Indonesia yang dikelompokkan menjadi beberapa jaman ini dibedakan menjadi bagian-bagian seperti (1) puisi lama, misalnya syair dan pantun;(2) puisi baru , (3) puisi moderen. Perubahan yang terjadi akibat pengaruh jaman tersebut dengan sendirinya membuat perbedaan fisik karya puisi, namun secara mendasar masih tetap pada kaidah yang ditetapkan sebagai karya sastra terikat oleh ketentuan pokok yang disebutkan di atas. Karya puisi sebagai bagian dari karya sastra maka secara umum jika karya ini ditinjau dari unsur yang terkandung dalam karya tersebut, maka tetap bererdasarkan unsur pembangunnya, yaitu unsur luar karya (nilai ekstrinsik) dan unsur pembangun yang ada di dalamnya ( nilai intrinsik). Jika membicarakan unsure atau nilai sastra tersebut maka secara garis besar disebutkan bahwa unsure/nilai ekstrinsik puisi itu adalah (a) latar belakang penulisn puisi, (b) latar belakang penyairnya dan (c) tenden atau tujuan penulisan puisi. Sedang yang dikelompokan pada unsur /nilai intrinsik puisi adalah (a) tema puisi, (b) diksi dan nosinya, (c) amanat puisi. Perubahan jaman prada karya puisi membawa nilai yang ada dalam karya puisi dengan sendirinya akan mengikutinya, hal tersebut merupakan estetika oposisi .(Wiyatmi, 2003:24). Jadi, sebuah puisi pada jaman tertentu dengan tujuan yang sama mempunyai gaya yang berbeda dalam tampilannya, misalnya sebuah syair dengan tujuan menyindir atau memberikan kritik kepada msyarakat, akan berbeda dengan puisi bebas dalam penampilannya. Karena itu jika kita hendak menemkan nilai yang terkandung dalam sebuah karya puisi harus berdasarkan karya puisi tersebut dengan memposisikan jaman di saat puisi itu diciptakan. Kesesuaian puisi dengan jaman merupakan dasar untuk menemukan nilai yang dikandungnya, baik nilai ekstrinsik maupun nilai intrinsik puisi tersebut. Dari kenyataan tersebut maka dalam pembahasan karya sastra bentuk puisi harus diperhatikan beberapa pandangan terhadap karya tersebut. Beberapa pandangan terhadap karya puisi dapat dikutib beberapa teori, antara laian; KAJIAN PUISI DARI PANDANGAN ABSOLUTISME A. Pengantar Teori Dalam kajian sastra telah disebutkan baik kajian karya sastra bentuk prosa maupun puisi dapat dilakukan dengan cara kaji yang manganut pandangan Absolutisme, relatifisme maupun cara kaji prerspektif. Dalam tiga cara kaji sastra tersebut di atas saya sengaja akan mengkaji sebuah karya puisi dari satu di antara tiga cara kaji yang ada. Pilihan itu saya lakukan hanya semata-mata karena keterbatasan saya dalam memilih cara tersebut, tetapi bukan karena dengan cara kaji ini berarti saya mutlah mendukung teori tersebut. Cara kaji yang saya pilih adalah kajian karya puisi secara pandangan Absulutisme, yang saya tekankan pada pilihan kata ( diksi ) dan bunyi yang ada dalam puisi sesuai dengan penugasan yang harus saya selesaikan. Sebagai penekanan dalam jara kaji Absolutisme yang saya pilih akan saya ambil beberapa puisi tulisan kawula muda yang senafas dengan puisi Taufik Ismail yang berbeda tingkat kemampuan,waktu serta kondisi penulisnya. Hal ini akan membuktikan benarkah masalah pilihan kata serta bunyi yang ada pada puisi di kedua jaman itu benar-benar mendukung ke-Absolut-an dari cara pandang teori tersebut. B. Kajian Absolutisme, adalah pandangan penilaian terhadap karya sastra baik bentuk puisi maupun prosa yang dilandasi atas nilai-nilai tertentu , di mana sebuah kebenaran yang berlaku hanya dilandasi atas hal – hal yang tidak mendasar melainkan semata – mata karena sebuah kekuasaan tertentu saja. Kebenaran yang ada hanya didasarkan atas kemauan atau kehendak yang memegang kekuasaan pandangan. Misalnya, suatu rejim memberlakukan suatu pandangan atas kehendak yang diminati tanpa memperhatikan tanggapan atau penilaian lain yang mungkin berbeda atau tidak sama maka itu yang dianggap paling benar, sebaliknya jika sesuatu tidak dikehendaki maka hal tersebut ditolak atau tak dapat diberlakukan tanpa diberi alasan yang logis.Misalnya pada rejim orde baru menerapkan pandangan bahwa buah karya sastra yang dicipta golongan kiri( golongan tak dikehendaki / PKI atau semua penganut ajaran marsisme)saat itu, akan dinyatakan sebagai hasil karya yang tidak layak terbit dan dibaca masyarakat. Sehingga karya sastra yang ditulis atau diterbitkan oleh golongan tersebut dinyatakan tidak bernuansa kebenaran,kebaikan atau segala macam ketidak-cocokan.Sebagai contoh konkrit pengarang besar negeri ini yang diakui dunia Pramudya Ananta Tour dengan seluruh karyanya mengalami pembekuan bahkan pembredelan saat orde baru berkuasa. Sehingga masyarakat dilarang keras untuk memiliki, menyimpan bahkan membacanya. Sehingga karya seperti Perburuan,Keluarga Gerilya,Di Tepi Kali Bekasi,Rumah Kaca,Anak Semua Bangsa hingga “tetralogi” BUMI MANUSIA merupakan karya besar dunia dinyatakan terlarang dan tidak boleh beredar di negeri ini, tanpa ada alasan yang jelas serta penilaian yang mendasar.Masih banyak contoh karya sastra yang mengalami nasib sama dari dua karya prosa demikian pula dalam bentuk puisi dengan kata lain disebut-sebut karya atheis.Contohnya buku-buku karya Pramudya dan pengarang lain yang segolongan.Namun sebaliknya semua eksplosif seperti karya Taufik Ismail yang berbentuk puisi (dalam kumpulan puisinya Tirani dan Benteng) disebut-sebut karya yang baik, sukses . Hal ini semata-mata dirasa sesuai dengan jaman saat itu yang memang mendambakan nuansa keagamaan di mana masyarakat sangat ketakutan untuk disebut-sebut oleh rejim orde baru sebagai aliran fasisme. Sehingga sajak Taufik yang berjudul Yang Kuminta Hanyalah atau Seorang Tukang Rambutan pada Istrinya, bahkan Surat Ricarda Huch yang ditulis pada tahun 1933 disebut karya yang berhasil, lepas dari kelebihan dan kekurangannya sebagabagimana yang dikemukakan oleh H.B.Yassin dalam bukunya yang berjudul Angkatan ’66 Prosa dan Puisi , bahwa karya Taufik tersebut sangat bernilai estetis yang tinggi. Hal ini memang perlu diakui bahwa puisi Tafik Ismail memiliki nilai yang cukup tinggi baik karya prosa maupun puisi yang bercorak tertentu yang diminati dan bersifat,jika ditinjau dari sisi estetika, maupun unsur penunjang puisi yang lain. Coba perhatikan permainan bunyi pada baris – baris puisi JAM KOTA , berikut ini ………………………………. Kotaku yang nanar sehabis perang Wajah muram dan tubuh luka garang Detak tapal kuda satu-satu Wahai, pandanglah mukaku ! Permainan rima di akhir baris ( ng – ng – a –a) dalam puisi lama disebut rumus sajak (a-a-b-b-) sangat padu sehingga nuasa estetika yang tampak terasa bahwa pilihan bunyi untuk menutup larik lariknya benar - benar dipertimbangkan. Lain lagi jika diperhatikan dari pemakaian kata - kata yang menonjolkan bobot maknanya, sementara unsur rima agak disisihkan, maka dapat ditemukan pada baris - baris puisinya yang berjudul : Dari Ibu Seorang Demonstran ; …………………………………… Tetapi ingatlah , sekali lagi Jika logam itu memuat nama kalian (Ibu itu tersedu sesaat ) Ibu relakan Tapi jangan di saat terakhir Kau teriakkan kebencian atau dendam kesumat Pada seseorang Walau betapa zalimnya…orang itu. Dari pengamatan puisi-puisi karya Taufik Ismai di atas bukan berarti pengecilan karya penulis lain yang waktu,isi,serta hal-hal yang terkait dengan beberadaan sebuah puisi berarti tidak bernilai atau bahkan tak pernah diakui oleh suatu jaman. Di sinilah ke-Absolutan sebuah kajian sastra khususnya bentuk puisi yang harus diakui bahwa kebesaran nama penulis sangat menentukan keputusan yang cukup berpengaruh dalam suatu jaman, walau kadang karya lain yang disajikan penulisnya memiliki derajat yang sama tetapi nasib yang dialaminya sangat berbeda.Hal ini dapat dibuktikan dalam berbagai masalah dan obyek persoalan.Perhatikan dua petikan puisi di bawah ini yang disajikan oleh dua penulis yang berbeda nama tetapi memiliki waktu,tema bahkan unsur penunjang hampir beda. Kutipan Puisi : 1. Syair Orang Lapar 2. Saat Mata Ku Memandang Lapar menyerang desaku, Kaliku memerah airnya. Warananya tak membiru lagi Kentang dipanggang kemarau, Anak-anak gila pandang Surat Orang kampungku, Berlari tunggang langgang Kuguratkan kertas Saat banyak jasat Risau. lewat terikat erat bak ketupat. Lapar lautan pidato, Ranah dipanggang kemarau, Kaliku merah airnya Ketika berduyun mengemis, bau amis,anyir Kesinikan hatimu pelan menyisir Kuiris. Kaliku menangis Lapar di Gunung kidul Seluruh muka merah Mayat di panggang kemarau, warna darah Berjajar masuk kubur, Saat mataku memandang , Kuulang juga, kaliku,…… hatiku goyah,…patah pandang …kaliku Kalau. Muka warna d a r a h. Oleh: Iwan Setyawan 1966 Jika diperhatikan dua puisi di atas maka dapat dirasakan bahwa puisi 1 dan puisi 2 adalah puisi yang pilihan kata (diksi) maupun bunyi yang dikehendaki penulisnya benar-benar telah dipikirkan sebaik-baiknya.Sementara dalam puisi bunyi mempunyai peran yang sangat penting,antara lain jika dibaca dan didengarkan sebab pada hakikatnya puisi adalah satu karya seni yang diciptakan untuk didengarkan (Sayuti,2002:102). Mengingat pentingnya unsur bunyi dalam karya puisi sampai- sampai seorang penulis puisi melakukan pemilihan kata sering kali didasarkan pada nilai bunyi.Pertimbangan tersebut antara lain ; Pertama, bagaimanakah kekuatan bunyi suatu kata yang dipilih itu diperkirakan mampu memberikan atau membangkitkan tanggapan pada pikiran atau perasan para pembaca atau pendengarnya. Kedua, bagaimanakah bunyi itu dapat membantu menjelakan ekspresi.Ketiga, ikut membangun suasana puisi tersebut.Keempat, mungkin juga membangkitkan asosiasi-asosiasi tertentu ( Sayuti, 2002 : 103 ). Sementara unsur bunyi itu sendiri dalam karya puisi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam,antara lain dari sisi bunyi hingga dibedakan antara sajak sempurna,paruh,aliterasi,asonansi.Sementara dari kata yang mendukung dibedakan menjadi sajak awal,sajak tengah dan sajak akhir. Jika dilihat dari hubungan antar baris dalam tiap bait dikenal adanya sajak terus, sajak selang, sajak berangkai dan sajak peluk. Tetapi kebenaran tentang cara kaji atau cara pandang Absolutisme di sini membuktikan bahwa puisi 1 jauh diagungkan bersama nama besar penulisnya, sedang puisi 2 tidak akan banyak diketahui oleh khalayak saat ini.Sementara dalam hal bunyi maupun pilihan kata pada puisi 2 mungkin tidak banyak tertinggal jauh baik dari penyesuaian waktu maupun suasananya. Perlu di ketahui puisi 2 adalah puisi yang terbit pada harian ibu kota (Pos Kota ) pada tahun 1965 bulan desember minggu ke 3. Sementara pada puisi 1 ditemukan sajak asonansi pada baris 3dan 4 dan sajak aliterasi pada puisi 2 juga pada baris 5,6 dan 7 masih dalam bait yang sama.Dalam permainan sajak puisi 2 tidak kalah jauh dalam pemilihannya, sementara pada puisi 1 ditemukan permainan sajak asonansi yang ada pada baris 1,2 dan 3 Puisi-puisi seperti puisi 2 saat itu cukup banyak, di mana nuasan nosinya sangat didasari oleh keadaan negeri ini saat itu. Hal inilah yang sebenarnya mendudukkan sama dengan puisi Taufik yang juga menyuarakan situasi (kelaparan dan kemelaratan )saat itu, pada puisi 2 penulisnya Iwan Setyawan menggambarkan hal yang tidak kalah menakutkan sesuai dengan kejadian yang dilihat,pengalaman yang langsung menghadang di depannya betapa mengerikan kali-kali kecil, sunguai-sungai besar waktu itu menjadikan pembuangan jasat kurban pembantaian orang-orang PKI yang telah difonis begitu saja tanpa melalui proses hokum atau pembelaan layaknya terpidana.Tetapi harus diterima dengan besar hati dan penuh kesadaran bahwa cara pandang Absolutisme berlaku mutlak, Taufik Ismail jauh lebih besar disejajarkan dengan Iwan Setyawan , ini sebuah kenyataan pandangan. Untuk mempertegas bahwa masih banyak puisi-puisi yang menjadi kurban pandangan Absolutisme yang semata-mata dilihat dari siapa penulisnya? Tetapi bukan diksi atau pilihan kata serta permainan bunyi yang digunakan melainkan kekuatan keadaan semata. Berikut ini saya kutibkan beberapa puisi yang senafas dengan puisi - puisi karya Taufik Ismail penyair angkatan ’66. Puisi 3 Jenasah Oleh : Iwan Setyawan Waktu mandi di kali, sore hari Sorak menyeruak, memecah kegaduhan riak Wajah kali keseharian yang tak pernah lepas Setelah anak-anak bermain gundu di tengah tegal tangan bergayutan tertawa bersautan langkah-langkah kecil pelan tapi pasti menuju kali. Pecah tawa jadi teriakan waktu air berguyur bergebyur ke sekujur Mata sulap dalam sekejap Jasat mengapung kembung, tanpa gembung Ini jenasah yang pertama sore e n a m l i m a jenasah lewat penuh rasa penat. Nopember sore 1966 C. Kesimpulan Dalam kajian satra baik dalam bentuk puisi, prosa bahkan dalam bentuk yang lainnya maka tentang cara pandang teori absolutisme ini tetap harus diakui keberadaannya. Lepas dari pendapat setuju atau tidak dalam realita yang ada kekuatan pandangan tentang sebuah kebenaran yang dipaksakan dengan tanpa didasari oleh sesuatu hal yang riil kadang-kadang memang harus diterima. Walaupun pemberlakuan teori ini sangat terbatas oleh waktu Jika kurun waktu yang berlaku terhadaphasil karya yang absolute tersebit masih eksis maka tidak mungkin untuk mengubah keadaan tersebut, sebagaimana disebutkan dalam kajian sastra tentang Absolutisme. Dalam paparan di atas harus diakui bahwa karya puisi. Taufik Ismail “ Syair Orang Lapar “ jauh lebih besar, lebih unggul dalam pilihan kata (diksi ) maupun bunyi – bunyi yang ditemukan dalam deretan baitnya di banding dengan puisi 2. “ Saat Mata Ku Memandang “ karya Iwan Setyawan Keabsolutan inilah yang berlaku di tengah kalangan masyarakat sampai saat ini, sungguh mengenaskan bahwa suatu hal termasuk karya puisi akan menjadi kurban keabsolutan pandangan.Ini sisi lain dari pandangan teori absolutisme yang sekaligus menjadi kelemahan teori ini. KAJIAN PUISI DARI PANDANGAN PERSPEKTIF A. Pengantar Teori Kajian Perspektif, adalah sebuah pandangan atau penilaian mengenai karya sastra (prosa maupun puisi ) dipandang sesuai dengan perspektif yang digambarkan Gambaran tentang sebuah karya sastra dapat didasarkan dari berbagai pandangan sehingga penilaian atau pandangan tersebut tidak ada yang mutlak melainkan ke depan pandangan ini dirasakan semakin tumbuh. Dalam kajian perspektif ini memberikan gambaran tentang kebebasan sudut pandang tertentu untuk menyikapi buah karya sastra sesuai dengan proses pertumbuhan atau perjalanan waktu.Dengan demikian kajian ini akan terasa semakin obyektif .Agar jelas tentang kajian perspektif ini dapat disajikan sebuah penilaian terhadap karya prosa atau puisi tertentu yang ada dalam sebuah jaman.Sebuah karya sastra baik bentuk prosa maupun puisi akan dikatan sesuai atau tidak hanya dilandasi oleh unsur tertentu dari karya tersebut.Misalnya dari unsur bahasa,nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,sudut pandang pelaku, alur atau tendens dalam karya tersebut bahkan mungkin ideologi dan lain-lainnya. Jika diperhatikan beberapa istilah yang dihadirkan oleh penulisnya dalam novel Saman pembaca akan merasa risih atau kurang merasa enak untuk mengucapkan istilah istilah tertentu karena dianggap terlalu,kotor,jorok,tidak sopan bahkan terlalu seronok dalam pilihan katanya demikian pula dalam Raumanen karya Maria Katopo yang terlalu berlebihan dalam menggambarkan situasi atau keadaan dalam alur ceritanya, bahkan dalam karya Arminj Pane yang berjudul Belenggu (roman)lebih tragis lagi karena mengalami penolakan pada jaman sastra tertentu di negeri ini ,tepatnya pada masa angkatan 20-an (Balai Pustaka ) buku karya Arminj Pane itu sempat gagal terbit karena semata-mata dianggap melanggar norma tertentu (agama), yang telah ditentukan atau dipatok saat itu.Karena isinya menyinggung salah satu agama di mana tokoh dan isi cerita yang seharusnya bernormatif keagamaan justru oleh Arminj Pane ditempatkan pada posisi titik yang kurang tepat yakni hubungan di luar nikah yang saat itu dianggap norma. Hal di atas sebagai penegas tentang kajian teori perspektif ini, tetapi dalam karya puisi pun dijumpai pula hal seperti uraian di atas. Dapat dibuktikan puisi-puisi karya Arminj Pane yang diberi judul Jiwa Berjiwa (1939) dianggap tidak menarik lagi karena pilihan kata dalam puisinya (diksinya) tidak berkekuatan sehingga menimbulkan penilaian bahwa kata-kata yang ada di dalamnya hanya bersifat keseharian saja sehingga tidak dapat menimbulkan minat pembacanya. Pandangan tersebut tampaknya tak beralasan kuat bahwa Arminj Pane adalah penulis puisi yang tidak punya nyali, hal ini dapat dijawab pada tulisan berikutnya yang membuktikan bahwa jiwa atau perasaan Arminj Pane berada pada posisi jiwa sesudah perang. Perhatikan puisi Arminj Pane berikut ini ! JIWA TELAH MERENGGAS Jiwaku pohon telah merenggas. Terujam terhening disenja hari, Mengendangkan tangan tegang mati, Hari bening, tenang sunyi, Bulan bersih dikelir terentang, Sepi sunyi alam menanti. Pandangan semacam hal di atas merupakan perspektif nyata yang pernah ada dalam sejarah seorang penulis bersama karya-karyanya. Perubahan keadaan dari sisi pandang maupun karya-karyanya merupakan pandangan atau penilaian yang beraneka warna adalah realita yang dapat dianggap sebagai kemajuan dalam langkah-langkah sastra khususnya karya puisi. Untuk mengikuti pandangan kajian perspektif ini lebih konkrit lagi coba perhatikan puisi di bawah ini ! L A L A I K A H Luluh sudah hati ini Semua membuat menjadi merona, Walau hanya sesaat Jika mentari, Tali kerudung di dahi Mulai berseri, Pengikat rambut nan lebat Waktu hari pagi, Oh… Maha suci hidup ini. Saat azan mulai tiba Sudah mulai terasa oleh: Tyas Ajeng Natalina desember akhir 2006 Membasuh luka Lama Lama sudah aku mencari jalan Rentang menganga Permainan sajak atau rima serta diksi yang ada dalam puisi di atas mungkin biasa saja,bahkan dapat dikatakan terlalu sederhana.Tetapi perlu diakui bahwa permainan bunyi di akhir baris pada bagian-bagian tertentu sudah dapat dibedakan dengan puisi lama yang menitik beratkan pada akhir baris pada bait-baitnya (pantun atau syair).Tetapi penulis muda si Tyas Ajeng ini sudah berani menyusun deretan kata katanya dalam baris yang tidak terikat pada bait yang telah dipatok pada puisi lama.Perombakan inilah yang dapat dipandang dari sisi zaman sastra yang lain di mana puisi yang berjudul Lalaikah telah mampu menempati ratusan bahkan ribuan puisi anak-anak slta negeri maupun swasta yang dapat terbit pada kolom kaki langit di majalah Horizon pada saat ini. Dari isinya dapat di tempatkan nilai religius yang kuat di mana saat ini sangat ditunggu betapa nisbinya hal itu bagi kawula muda yang hampir kehilangan pegangan dan bentuk diri yang pasti. B. Kesimpulan Dari kajian perspektif puisi dapat saya simpulkan bahwa karya puisi yang disajikan para penulisnya (penyair) kadang memang dapat dipandang dari sisi berbeda,namun pandangan yang beragam itu dapat menggambarkan betapa kemajauan pandangan dari berbagai analisis dapat dirasakan. Perbedaan pandangan serta kajian tersebut bukan dijadikan sebagai nilai kurang tetapi bahkan sebaliknya.Sebagaimana dalam karya (prosa) Belengggu oleh Arminj Pane maupun Jiwa Berjiwa (puisi) sisi pandangnya pun berbeda sesaat dianggap gagal tetapi pada saat lain mengalami perubahan pandangan. Hal itu bukan berarti kesalahan dalam suatu penilaian atau kajian tetapi merupakan pembaruan dalam penilaian atau kajian tersebutJadi pandangan perspektif kesusastra ( puisi ) memang dibenarkan keberadaannya. Hal ini hendaknya karya L a l a i k a h karya dari Tyas Ajeng Natalina dengan permainan rima di akhir baris-baris yang tidak terikat pada bait tertentu, serta diksi yang ada dalam puisi tersebut hendaknya dapat menjadi perspektif karya kawula muda dalam menyampaikan maksud untuk sebuah puisi religi generasi muda dalam mencari bentuknya. Dalam hal ini puisi lama pantun dan syair masih tetap mempertahankan pencitraan secara jelas melalui gambaran atau perbandingan-perbandingan sehingga terasa terselubung (tak langsung), sedang dalam puisi baru (puisi bebas dan puisi kontemporer) lebih terasa langsung. Sementara jika karya sastra bentuk puisi diperhatikan dari pemahaman bahasa (nosi) yang digunakan maka dapat ditemukan beberapa jenis, antara lain puisi jenis (a) Tranparan, yaitu puisi yang menggunakan bahasa sederhana, sehingga pembaca puisi dengan mudah menemukan arti kata atau baris puisi secara lugas terlepas dari penafsiran yang dikehendaki (b) Puisi Pragmatis, yaitu jenis puisi yang disebut juga bentuk puisi prismatis, yaitu puisi yang kata-katanya lebih banyak menyertakan kata-kata yang berfungsi sebagai pelambang atau symbol-simbol tertentu, dengan kata lain kata-katanya banyak yang menggunakan kiasan atau perbandingan. (c) Jenis Puisi Kontemporer, yaitu jenis puisi yang sebenarnya masih dalam katagori puisi prismatis, namun pada puisi kontemporer lebih menonjolkan bentuk gambaran fisik puisi tersebut, sehingga dalam puisi kontemporer dibedakan antara puisi yang menonjolkan permaian kata-katanya (visual) yang menonjolkan pada bentuk (tipografi) dan puisi yang mementingkan permainan kata dengan menonjolkan bentuknya (kotemplasi atau auditif). Tidak salah kalau puisi kontemporer disebut puisi yang lari dari kenyataan karya puisi pada umumnya. Dengan demikian puisi kontemporer disebut juga puisi konvensional. (Wiyatmi, 2003: 53-59). Contoh Puisi Kontemporer jenis: (1) Visual ( Puisi SEPI SAUPI, karya Suratdji Chalsum B.) (2) Tipografi ( Puisi DI, karya Noorca Marendra) (3) Auditif ( Puisi SAUDARA KEMBARKU, karya Gunawan M.) | |
SOAL UJI KOMPETENSI | |
Butir Soal: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. | Bacalah pantun modern berikut ini ! Sering sya susah sesaait, sebab mendahan tidak nak datang. Sering saya sulit menekat, sebab terkurung lukisan mamang. (dipetik dari: Pecikan Prmenungan) Isi pantun tersebut adalah… . A. Mengungkapkan tentang perasaan kecewa yang mendalam. B. Dalam keadaan kecewa seseorang akan berubah sikap. C. Suasana hati yang resah mengakibatkan jiwa yang tergoncang. D. Senang dan susah merupakan bagian dalam hidup manusia. E. Jika kita sedang sedih hendaknya kita berdoa untuk menguatkan hati kita. Bacalah syair berikut ini ! Di balik gunung jauh di sana. Terletak taman dewata raya. Tempat tumbuh Kusuma Wijaya. Bunga yang indah penawar fana. (dipetik dari: Medah Kelana) Amanat yang dapat diambil dari syair di atas adalah… . A. Untuk mendapatkan sesuatu hal pasti membutuhkan pengurbanan. B. Jangan berharap terlalu banyak dari perbuatan yang telah dilakukan jika tak ingin kecewa. C. Perjuangan sekecil apapun pasti ada hasil yang dicapainya. D. Menolong sesame merupakan perbuatan yang mulia. E. Pada saat diri kita mengalami kesukaan hendaknya mau melihat mereka yang sedang kesusahan. Bacalah bait gurindam berikut ini ! Pasal 11 Hendaklah berjasa, Kepada yang berbangsa. Pesan yang ingin disampaikan dalam bait gurindam di atas adalah…. A. Segala sesuatu perbuatan sebaiknya dipertimbangkan baik buruknya. B. Setiap orang mempunyai selera yang berbeda. C. Seseorang mempunyai kebebasan berpendapat. D. Perbuatan selalu membawa akibat. E. Setiap orang diharapkan berbuat baik. Bacalah puisi baru berikut ini ! Bila air surut tinggalah angin menudungi kami Di atas langit dan di bawah lumpur si kaki Kelepak podang di pohon randu Bila tanggul pecah tinggalah runtuhan lagi Sawah retak-retak berebahan tangkai padi Nyanyi katak bertalu-talu. (dipetik dari: Benteng, karya: Taufik Ismail) Amanat yang ditemukan dalam bait puisi di atas adalah… . A. Kebahagiaan hidup B. Kekecewaan masyarakat C. Penderitaan lahir batin D. Rasa syukur akan karuniah Tuhan E. Kebahagiaan yang tak kunjung datang Cermatilah bait-bait gurindam berikut ini ! Jika hendak mengenal orang yang berilmu Belajar dan bertanya tiada jemu Jika hendak mengenal orang yang berakal Di dunia mengambil bekal. Jika hendak mengenal orang yang mulia Lihatlah pada kelakuan dia. Isi yang dapat ditemukan pada bait-bait gurindam tersebut adalah … . A. Bertanya itu harus sesuai pada kebutuhannya. B. Dalam hidup ini jangan jemu-jemunya untuk belajar. C. Kegagalan adalah awal dari keberhasilan. D. Memperlajari suatu hal yang baik itu tidak ada jeleknya. E. Dalam hidup ini hendaknya kita saling member sesuai dengan kemampuan. Bacalah puisi berikut ini ! MENATAP FAJAR TENGGELAM Bulan mengintip di atas parit, saat mentari masih jaga. Bukan bulan bertatap muka sesat, Mentari sudah di ambang senja. Ku menunggu di batas ambang, ambang senja yang masih menunggu di ujung waktu kau tunggu jawab, harap cemas menanti sunyi. Berteriak sama dengan riuhnya cericit, burung malam meninggalkan sarang, dan camar terbang pelan menuju peraduan. Sepi ….sepi…sepi. Menyelinap bersama mimpi. “ Kump.Sendiri “ Sept-06-2011 Pesan apakah yang ditemukan dalam puisi di atas ? A. Kegundahan B. Kekecewaan C. Keputusasaan D. Kemarahan E. Kebahagiaan Bacalah penggalan puisi berikut ini ! Selamat Tinggal Roda menggelinding di atas landasan rumah-rumah berderet tangan melambai teriak bersatu dalam deru mesin dan ciut angin sebentar berkisar putar mesin menderu melepas nafas berat menindih dan lepas-lepaslah bumi lepas jatuh ke bawah mega melambai langit tersenyum membuka diri hati ikut mendegup terbelah di tanah setengah murni berjejak . oleh : Harijadi S. Hartowardoyo Isi puisi di atas menggambarkan tentang ... . A. Penderitaan yang diakibatkan oleh sebuah jaman B. Melupakan penderitaan sesaat dengan senyuman penghibur hati. C. Kenikmatan yang tak pernah dirasakan hanya bayangan semata. D. Kebahagiaan batin bukan karena materi dan kemewahan dunia. E. Pertentangan antara rasa hati dan kenyataan hidup. Cermati kutipan puisi berikut! Sajak kita Dik, pagi kita cerah Akankah hari ini kita indah Dik, senja kita merah Mungkinkah malam benderang dengan sinar mentari ... Dik, rimba kita gersang Sanggupkah kita menadah hujan-Nya Kelak kita Dia curahkan diam – diam. karya “Sutoyo” Kalimat yang bermajas yang tepat untuk melengkapi bagian yang rumpang pada puisi di atas adalah ... A. Malam begitu indah B. Cinta kita selalu ada C. Pasti hidupmu bahagia D. Jangan lupa hidup ini sementara E. Adakah rumah yang ramah untuk kita RAHASIA MALAM Kekosongan itu rahim Ibu, yang menjalar ke langit. Kesunyian itu kuning, Khidir yang tembus cahaya. Kehningan itu dada Bidadari, yang mengembang di telaga Firdaus Cinta. Yang tafakur Yang mendengkur Yang bersujud Yang berselimut Malam sejuta senyum Malam berjubah nur Malam bermekaran wewangian. Malam bertabur racun Malam menampung kufur Malam noda-noda . Bait-bait puisi Rahasia Malam di atas mengandung maksud… ? A. malam penuh kerahasiaan B. keadaan yang bercampur antara yang baik dan buruk C. khidupan itu penuh misteri D. di dunia ini banyak yang tidak diketahui,seperti malam E. keheningan malam yang berisi keindahan penuh kerahasiaan Bacalah pasal yang ketiga dari gurindam berikut ini ! (1) Apalagi terpelihara mata, sedikit cita-cita. (2) Apalagi terpelihara kuping, kabar yang jahat tiadalah damping. (3) Apalagi terpelihara lidah, niscaya dapat daripadanya faedah. (4) Bersungguh-sungguh kau memeliharakan tangan, dari segala berat dan ringan. (5) Apabila perut terlalu penuh, keluar fi’il yang tiada senonoh. Bait gurindam yang menyatakan makna seseorang yang kurang wawasan mempunyai pandangan yang sempit dan mempunyai harapan yang tidak berlebihan, yaitu bait ke… . A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 E. 5 Bacalah penggalan bait puisi Perlawanan Terhadap Kejemuan karya Darmanto Jt. ini ! (Untuk soal nomor 11 dan 12 ) Berjalanlah. Marilah kita teruskan perjalanan ini. Biarlah kelelahan sampai menerkam, kaki-kaki kita yang kotor dan lemah. Kalau air dari kali, baiklah jangan kita minum, agar kesegaran yang ada pada kita, jangan dipahitkan. Biarlah kita terkadang berhenti sebentar mendengarkan air dan angin berbicara, menghilangkan kejemuan-kejemuan, yang hinggap pada daun hutan. …………………… Dalam Basis, Desember 1963 XIII-3 Pesan yang ingin disampaikan oleh penyair dalam puisi di atas adalah… . A. Sebuah perjuangan harus tetap dilakukan dengan pantang menyerah. B. Sebuah perjuangan harus tetap dilakukan walaupun pantang menyerah. C. Perjuangan harus tetap dilakukan dengan sesekali kita beristirahat sejenak. D. Semangat untuk melakukan perjuangan untuk meraih sebuah cita-cita E. Melakukan perjuangan untuk meraih sebuah cita-cita tanpa mengotori dengan perbuatan yang jelek dan tak berarti. Dalam puisi Perlawanan Terhadap Kejemuan karya Darmanto Jt. Di atas terdapat baris yang bunyinya “Kalau air dari kali, baiklah jangan kita minum, agar kesegaran yang ada pada kita, jangan dipahitkan.” Makna yang dimaksudkan adalah… . A. Jangan melakukan perbuatan yang salah dan tak berarti agar tidak membuat nama kita menjadi tercela. B. Jangan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hati nurani. C. Dalam segala usaha hendaknya kita berhati-hati. D. Kehidupan yang sesungguhnya adalah hal yang biasa jika kita berbuat salah. E. Melakukan perbuatan apa saja dibenarkan untuk sebuah keberhasilan. Bacalah bait pantun berikut ini ! Lemah gemulai lembut derana Bertiuplah sepantun rebut Menuju gunung arah ke sana Membawa awan bercampur kabut. (Gita Gembala oleh Muh. Yamin) Pencitraan yang ditemukan dalam bait pantun tersebut adalah…. A. Penciuman B. gerak C. pencecapan D. perasaan E. pendengaran Bacalah baik-baik puisi berikut ini ! (Untul soal 15-16) DI KAKIMU Aku mengembara seorang diri, Badan lemah, berdaya tiada. Tinggi gunung yang kudaki, Lepas mega menghadap wala. Berapa kali aku berhenti, Merebah diri melepas lelah, Sekali aku meninjau ke bawah, Takjub melihat permai tamasya. Mana rumahku, mana halaman, Mata mencari kelihatan tiada, Sekalian menyatu indah semata, Terpaku diri memandang teman. (St.Alisyahbana, Tebaran Mega) Bahasa dalam penulisan puisi merupakan unsure luar puisi (ekstrinsik puisi). Dalam pemahaman bahasa puisi sebagai nilai luar puisi maka puisi DI KAKIMU , karya St.Takdir Alisyahbana ini tergolong puisi jenis… . A. Tranparan B. prismatis C. auditif D. konvensional E. auditif Pada baris puisi Tebaran Mega, karya St. Takdir Alisyahbana tersebut terdapat kalimat yang bunyinya “Aku mengembara seorang diri,badan lemah berdaya tiada”. Arti baris tersebut adalah… . A. Pengembaraan yang melelahkan. B. Hidup sebatang kara. C. Di dunia ini tak ada teman lagi D. Mengembara seorang diri dan sudah lelah. E. Karena lelah dalam pengembaraan seorang diri tak mendapatkan suatu hasil. Bacalah dengan sebaik-baiknya puisi di bawag ini ! (untuk nomor 16-17) S A J A K P U T I H Beribu saat dengan kenangan surut pelahan kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh sewaktu detik pun jatuh. Kita dengarkan bumi yang tua dalam setia kasih tanpa suara sewaktu baying-bayang kita memanjang mengabur batas ruang. Kita pun bisu tersekat dalam pesona sewaktu ia pun memanggil-manggil sewaktu kita membuat begitu terpencil di luar cuaca. Dipetik dari “Laut Biru Langit Biru”, oleh Sapardi Djoko Damono) Puisi di atas dilihat dari penggunaan kata-katanya dapat disebut puisi prismatic, adalah…. A. Mengutakaman keindahan bentuk B. Mengutamakan kekuatan kata sebagai symbol C. Mengutamakan keindahan hubungan antar kata D. Pada baris dan baitnya mengutamakan keindahan bunyi atau iramanya E. Puisi tersebut ditulis pengarangnya dengan memperhatikan keadaan jaman Tema yang disampaikan dalam puisi yang berjudul Sajak Putih adalah… . A. Keadaan sosial yang semakin meresahkan B. Keagamaan yang semakin merapuh dalam pikiran manusia C. Keyakinan dalam mempertahankan kebudayaan dan kepribadian bangsa D. Pertentangan lahir dan batin yang semakin menggerogoti nurani manusia E. Rasa kepedulian manusia dengan alam yang semakin menipis Bacalah puisi berikut ini dengan cermat ! T E K A - T E K I saya ada dalam puisi saya ada dalam cerpen saya ada dalam kritik saya ada dalam esai saya ada dalam wc. Siapakah saya ? Jawabnya: hanyalah h.b.yassin. (diambil dari Horizon, XX/1998.23-2). Puisi kontemporer di atas menggambarkan bahwa kenakalan puisi tersebut terletak pada …. . A. Keluar dari aturan penulisan puisi. B. Mengutamakan baris dan baitnya. C. Mementingkan irama sebagai keindahan. D. Pilihan kata yang sederhana memudahkan untuk menafsirkan isinya. E. Perulangan bunyi pada kata-kata di baris yang sama merupakan gambaran penegasan. Cermati puisi 1943 berikut ini ! 1943 Racun berada direguk pertama Membusuk rabu terasa di dada Tenggelam darah dan nanah Malam kelam membelam Jalan kaku lurus. Putus Candu Tumbang Tanganku menadah patah Luluh Terbenam Hilang Lumpuh. Lahir Tegak Berderai Rapuh Runtuh Menggurun Menentang, Menyerang. ……………………. Chairi Anwar “Deru Campur Debu” Isi puisi di atas dapat dikelompokkan dalam golongan puisi naturalis, maksudnya…. A. menggambarkan tentang kebobrokan masyarakat B. mengungkapkan kenyataan hidup ini C. melukiskan keindahan alam sekitar D. menyampaikan perasaan hati untuk sesame hidup E. membandingkan keadaan satu jaman dengan jaman berikutnya Bacalah puisi D O A karya Chairil Anwar berikut ini ! O, Kekasihku, turunkan cintamu memeluk daku. Sudah bertahun aku menanti, sudah bertahun aku mencari. O, Kekasihku, turunkan rahmatmu ke dalam taman hatiku. Bunga kupelihara dalam musim berganti, bunga kupelihara dengan cinta birahi. O, Kekasihku, buat jiwaku bersinar-sinar. O, Kekasihku, jiwaku rindu siang dan malam, hendak memandang cantik parasmu. Datanglah tuan dari belakang pegunungan dalam ribaan pagi tersenyum. O, beri aku tenaga, supaya aku bisa bersama Tuan melayang sebagai garuda menuju kebiruan langit nilakandi. Dipetik dari “Medah Kelana “, karya Sanusi Pane. Isi puisi di atas menggambarkan tentang keindahan hidup yang jauh berbeda dengan kenyataan hidup yang sesungguhnya. Jenis puisi seperti di atas isinya dikelompokkan dalam puisi… . A. impresionisme B. ekspresionisme C. romantisme D. naturalism E. realisme Bacalah puisi berikut ini ! surabaya, sempatkan bicara lirih setelah lelah berterik sia-sia berkipas belati di udara gerah duka tidak hilang diajak jagong di wonokromo tak mabuk diajak berkantuk bersama gadis diponegoro termasuk disepanjang darmo berjalan terus menuju lor dan sebelum tersungkur aku ingin angin lirih rumah-rumah kampung lirih jalan-jalan kampung pintu omelan dan sisa linangan duka ibu. ”Grudo Ziarah Malam” be Setia Surya 2009: 14. Isi puisi di atas penulisnya berusaha untuk menyampaikan maksudnya tentang... . A. sesuatu yang dirasakan di suatu malam B. kepedihan hatinya karena penderitaan terjadi di mana-mana C. pesan khusus setelah mengalami sebuah peristiwa D. unggkapan peristiwa yang pernah dialaminya E. perjuangan yang pernah dilakukan dan semua sia-sia 66. Pe Perhatikan bait puisi berikut ini ! surabaya, sempatkan bicara lirih setelah lelah berterik sia-sia berkipas belati di udara gerah duka tidak hilang diajak jagong. Urutan gaya bahasa berikut yang sesuai dengan urutan baris puisi di atas adalah... . A. metavora – pleonasme – totem proparte – ironi B. personifikasi – parabel – asosiasi - tropen C. personifikasi – metavora - asosiasi – sinekdot D. totem proparte – simile - metavora – pleonasme E. asosiasi – tropen – pleonasme – parabel BUNGURASIH DINI HARI bayangan hitam tiang-tiang tak beranjak meski bulan sejak tadi telah pindah tempat bubungan sambung-menyambung atap-atap mengusir malam dengan lampu dingin berjingkat memasuki koridor yang mendadak kelu. ”be Setia” Surya: 4 Mei 2008. Gambaran yang ada dalam baris – baris puisi di atas lebih mengutamakan gaya bahasa... . A. paralelisme C. pleonasme B. repatisi D. hiperbola E. metafora Bacalah bait puisi berikut ini ! duka tidak hilang diajak jagong di wonokromo tak mabuk diajak berkantuk bersama gadis diponegoro termasuk disepanjang darmo berjalan terus menuju lor dan sebelum tersungkur aku ingin angin lirih rumah-rumah kampung lirih jalan-jalan kampung pintu omelan dan sisa linangan duka ibu. ”Grudo Ziarah Malam” be Setia Surya 2009: 14. Gambaran pada baris puisi di atas, bertemakan tentang... . A. moral C. kebudayaan E. kemanusiaan B. raialis D. sosial Bacalah puisi berikut ini ! Biarin Kamu bilang hidup ini brengsek, Aku bilang biarin, Kamu bilang hidup aku gak punya kepribadian, Aku bilang biarin, Kamu bilang hidup aku gak punya pengertian, Aku bilang biarin, Habisnya terus terang aku nggak percaya sama kamu. (Yudhistira Adi Nungangraha. Sajak Sikat Gigi: 1983.3) Isi puisi di atas menyuarakan tentang... . A. ketidakpedulian penulisnya B. ketidakpedulian teman bertutur (pembaca) C. ketidakpedulian masyarakat D. ketidakpastian penyair E. ketidakpastian kita Bacalah puisi berikut ! Bakhil jangan diberi singgah, itulah perampok yang amat gagah. Barang siapa yang sudah besar, jalanlah berlaku kasar. Tanda orang yang amat celaka, aib diri tak diri tak dapat disangka. Pekerjaan takabur jangan biasakan, nantikan bisa dalam biasa. Gurindam di atas selain bernilai pendidikan yang lebih ditekankan adalah ... . A. anjuran C. larangan E. keharusan B. sindiran D. perintah Mata pisau itu tak berkejap menatapmu,, Kau yang baru mengasahnya, Berfikir; itu tajam untuk mengiris apel, Yang tersedia di atas meja, Sehabis makan malam, Ia berkilat ketika terbayang urat lehermu. (Sapardi Djokodamono. ’Mata Pisau”: 1982.33) Pada baris-baris puisi ”Biarin” yang sangat terasa bagi kita dengan adanya penggunaan gaya bahasa....... A. repatisi C. hiperbola E. metafora B.pleonasme D. personifikasi Perjalanan ini Menyusuri langsai-langsai kehidupan, Menysuri luka demi luka, Menyusuri gigiran abad padang-padang lengang, Menyusuri matahari, dan laut abadu dahsyat sunyi Korrie Layun Rumpan . ”Perjalanan”. Suara Kesunyian: 1981.) Puisi di atas bergaya bahasa metavora karena ... . A. Perjalanan hidup manusia disamakan dengan menyusuri langsai kehidupan. B. Perjalanan hidup manusia disamakan dengan luka. C. Perjalanan hidup manusia disamakan dengan padang lengang. D. Perjalanan hidup manusia disamakan dengan lautan yang sunyi. E. Perjalanan hidup manusia disamakan dengan latar (setting) seluruh baris puisi. Simaklah puisi berikut ini ! Karya : Gunawan Mohamad SENJAPUN JADI KECIL Senja pun jadi kecil Kota pun jadi putih Di Subway Aku tak tahu satu pun sampai Ketika berayun musim Dari sayap langit yang beku Ketika burung-burung di rumput dingin Terhenti mempermainkan waktu. Ketika kita berdiri sunyi Pada dinding biru ini Menghitung ketidakpastian dan bahagia Menunggu seluruh usia. “Horizon” th.I- No.3: 1966 Bait-bait puisi di atas mengandung maksud… ? A. hidup penuh kerahasiaan B. khidupan itu penuh misteri C. hilangnnya keyakinan seseorang D. keputusasaan dalam akhir kehidupan E. keadaan yang bercampur antara kenyataan dan perasaan dalam hidup PERTEMUAN Gunawan Muhamat Agkatan 66” Meniti tasbih Malam pelan-pelan Dan burung kedasih Menggaris gelap di kejauhan Kemudian adalah pesona ; Wajah-Nya tersandar di kaca jendela Memandang kita, memandang kita lama-lama. Peribahasa berikut ini yang artinya sesuai dengan makna puisi di atas adalah.... A. Bertepuk sebelah tangan. B. Bagai jalan sudah di ujung, bagai hari telah senja. C. Bagai pengail dengan umpannya D. Tepuk berbalaskan, salam berjawabkan. E. Ayam putih terbang siang, ayam hitam terbang malam masuk di hutan belantara. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar