Powered By Blogger

Senin, 30 Januari 2012

Lanjutan :MENYIKAPI UAS 2012 LEWAT PAKET 3-4 & 9-10

PAKET : 4

PAKET BIN : 4
SOAL PEMANTAPAN UJIAN NASIONAL
Tahun Pelajaran 2011 – 2012
SOAL PEMANTAPAN UJIAN NASIONAL
Lam SKL:8
Menentukan Unsur Intrinsik Puisi
MATERI  PEMBELAJARAN
Sebagai mana di sebutkan pada uraian materi pembelajaran bentuk karya sastra jenis prosa, maka pada bab ini perlu diingat kembali kalau sesuai dengan pengelompokan jenis karya sastra yang berdasarkan secara jelas antara bentuk (1) prosa (2) puisi, (3) Prosa liris atau liris prosa (prosa berirama). Jenis hasil sastra ini menurut buku teori sastra disebut genre (suatu hasil klasisifikasi terhadap bentuk dan isi karya tersebut yang terdapat dalam realita. Pengklasifikasian menjadi beberapa macam bentuk tersebut didasarkan pada criteria tertentu sesuai dengan persepektif yang digunakan oleh pihak yang melakukan klasifikasi tersebut.(Wiyatmi, 2003:20).

Karya puisi adalah sebuah karya sastra yang mempunyai ketentuan khusus,yaitu (a) bahasa yang digunakan bahasa imajimatif (bahasa konotasi) yang pemaknaannya membutuhkan penafsirak khusus.(b) Disajikan dalam bentuk khusus, yang terdiri dari bait, baris, dan memperhatikan irama-irama tertentu, dan (c) deretan kata dan baris-barisnya dimaknai secara khusus sesuai dengan hubungan antar kata (diksi) serta pemaknaan masing-masing kata (nosi). Hal seperti yang disebut merupakan “Fenomena estetika identitas dalam sastra Indonesia, bisa ditemukan dalam karya sastra lama seperti syair dan pantun. Syair misalnya, oleh ilmuwan sastra dirumuskan memiliki cirri sebagai berikut (1) memiliki beberapa bait sesuai dengan kebutuhan penyairnya; (2) tiap bait terdiri dari empat baris; (3) baris-baris dalam bait berirama a-a-a-a-a; (4) baris-baris dalam bait merupakan isi. Ciri tersebut oleh sastrawan dipandang sebagai kaidah syair. Oleh karena itu  para sastrawan menjadikan ciri tersebut sebagai patokan dalam menyusun syair  (Wiyatmi, 2003:21).

Pertumbuhan jaman menjadikan karya sastra bentuk puisi ini terus berkembang, sehingga jika membicarakan karya puisi tak dapat dilepaskan begitu saja dari pengaruh jaman karena akan mempengaruhi karya ini. Berdasarkan periodisasi dengan demikian berdasarkan periodisasi sastra Indonesia yang dikelompokkan  menjadi beberapa jaman ini dibedakan menjadi bagian-bagian seperti (1) puisi lama, misalnya syair dan pantun;(2) puisi baru , (3) puisi moderen.

Perubahan yang terjadi akibat pengaruh jaman tersebut dengan sendirinya membuat perbedaan fisik karya puisi, namun secara mendasar masih tetap pada kaidah yang ditetapkan sebagai karya sastra terikat oleh ketentuan pokok yang disebutkan di atas. Karya puisi sebagai bagian dari karya sastra maka secara umum jika karya ini ditinjau dari unsur  yang terkandung dalam karya tersebut, maka tetap bererdasarkan unsur pembangunnya, yaitu unsur luar karya (nilai ekstrinsik) dan unsur pembangun yang ada di dalamnya ( nilai  intrinsik). Jika membicarakan unsure atau nilai sastra tersebut maka secara garis besar disebutkan bahwa unsure/nilai ekstrinsik puisi itu adalah (a) latar belakang penulisn puisi, (b) latar belakang penyairnya dan (c) tenden atau tujuan penulisan puisi. Sedang yang dikelompokan pada unsur /nilai intrinsik  puisi adalah (a) tema puisi, (b) diksi dan nosinya, (c) amanat puisi. Perubahan jaman prada karya puisi membawa nilai yang ada dalam karya puisi dengan sendirinya akan mengikutinya, hal tersebut merupakan estetika oposisi .(Wiyatmi, 2003:24).

Jadi, sebuah puisi pada jaman tertentu dengan tujuan yang sama mempunyai gaya yang berbeda dalam tampilannya, misalnya sebuah syair dengan tujuan menyindir atau memberikan kritik kepada msyarakat, akan berbeda dengan puisi bebas dalam penampilannya. Karena itu jika kita hendak menemkan nilai yang terkandung dalam sebuah karya puisi harus berdasarkan karya puisi tersebut dengan memposisikan jaman di saat puisi itu diciptakan. Kesesuaian puisi dengan jaman  merupakan dasar untuk menemukan nilai yang dikandungnya, baik nilai ekstrinsik maupun nilai intrinsik puisi tersebut. Dari kenyataan tersebut maka dalam pembahasan karya sastra bentuk puisi harus diperhatikan beberapa pandangan terhadap karya tersebut. Beberapa pandangan terhadap karya puisi dapat dikutib beberapa teori, antara laian;



                       KAJIAN  PUISI  DARI  PANDANGAN
                                   ABSOLUTISME

A.  Pengantar Teori
Dalam kajian sastra telah disebutkan baik kajian karya sastra bentuk prosa maupun puisi dapat dilakukan  dengan  cara  kaji  yang  manganut   pandangan  Absolutisme, relatifisme   maupun  cara kaji prerspektif. Dalam tiga cara kaji sastra tersebut di atas saya sengaja akan mengkaji sebuah karya puisi dari satu di antara tiga cara kaji yang ada. Pilihan itu saya lakukan hanya semata-mata  karena keterbatasan saya dalam memilih cara tersebut, tetapi bukan karena dengan cara kaji ini berarti saya mutlah mendukung teori tersebut. Cara kaji yang saya pilih adalah kajian karya puisi secara pandangan Absulutisme, yang saya tekankan pada pilihan kata ( diksi ) dan bunyi yang ada dalam puisi sesuai dengan penugasan yang harus saya selesaikan. Sebagai penekanan dalam jara kaji Absolutisme yang saya pilih akan saya ambil beberapa puisi tulisan kawula muda yang senafas dengan puisi Taufik Ismail yang berbeda tingkat kemampuan,waktu serta kondisi penulisnya. Hal ini akan membuktikan benarkah masalah pilihan kata serta bunyi yang ada pada puisi di kedua jaman itu benar-benar mendukung ke-Absolut-an dari cara pandang teori tersebut.

B. Kajian Absolutisme, adalah pandangan penilaian terhadap karya sastra baik bentuk       puisi   maupun  prosa  yang dilandasi  atas nilai-nilai tertentu , di mana sebuah kebenaran yang berlaku hanya dilandasi  atas  hal – hal yang tidak mendasar melainkan  semata – mata  karena  sebuah  kekuasaan tertentu saja. Kebenaran yang ada hanya didasarkan atas kemauan atau kehendak yang memegang kekuasaan pandangan. Misalnya, suatu rejim memberlakukan suatu pandangan atas kehendak yang diminati tanpa memperhatikan tanggapan atau penilaian lain yang mungkin berbeda atau tidak sama maka itu yang dianggap paling benar, sebaliknya jika sesuatu tidak dikehendaki maka hal tersebut ditolak atau tak dapat diberlakukan tanpa diberi alasan yang logis.Misalnya pada rejim orde baru menerapkan pandangan bahwa buah karya sastra yang dicipta golongan  kiri( golongan tak dikehendaki / PKI atau semua penganut ajaran marsisme)saat itu, akan dinyatakan sebagai hasil karya yang tidak layak terbit dan dibaca masyarakat. Sehingga karya sastra yang ditulis atau diterbitkan oleh golongan tersebut dinyatakan tidak bernuansa kebenaran,kebaikan atau segala macam ketidak-cocokan.Sebagai contoh konkrit pengarang besar negeri ini yang diakui dunia Pramudya Ananta Tour dengan seluruh karyanya mengalami pembekuan bahkan pembredelan saat orde baru berkuasa. Sehingga masyarakat dilarang  keras  untuk  memiliki, menyimpan   bahkan   membacanya. Sehingga karya     seperti Perburuan,Keluarga Gerilya,Di Tepi Kali Bekasi,Rumah Kaca,Anak Semua Bangsa hingga “tetralogi” BUMI MANUSIA  merupakan karya besar dunia dinyatakan terlarang dan tidak boleh beredar di negeri ini, tanpa ada alasan yang jelas serta penilaian yang mendasar.Masih banyak contoh karya sastra yang mengalami nasib sama dari dua karya prosa  demikian pula dalam  bentuk puisi dengan kata lain disebut-sebut karya atheis.Contohnya buku-buku karya Pramudya dan pengarang lain yang segolongan.Namun sebaliknya semua eksplosif seperti karya Taufik Ismail yang berbentuk puisi (dalam kumpulan puisinya Tirani dan Benteng) disebut-sebut karya yang baik, sukses . Hal ini semata-mata dirasa sesuai dengan jaman saat itu yang memang mendambakan nuansa keagamaan di mana masyarakat sangat ketakutan untuk disebut-sebut oleh rejim orde baru  sebagai aliran fasisme. Sehingga sajak Taufik yang berjudul  Yang Kuminta Hanyalah atau   Seorang  Tukang Rambutan pada Istrinya, bahkan Surat Ricarda Huch yang ditulis pada tahun 1933 disebut karya yang berhasil, lepas dari kelebihan dan kekurangannya sebagabagimana yang dikemukakan oleh  H.B.Yassin dalam bukunya yang berjudul Angkatan ’66  Prosa dan Puisi , bahwa karya Taufik tersebut sangat bernilai estetis yang tinggi.

 Hal ini memang perlu diakui bahwa puisi Tafik Ismail memiliki nilai yang cukup tinggi baik karya prosa maupun puisi yang bercorak tertentu yang diminati dan bersifat,jika ditinjau dari sisi estetika, maupun unsur penunjang puisi yang lain. Coba perhatikan    permainan    bunyi   pada  baris – baris  puisi   JAM  KOTA , berikut ini
                        ……………………………….
                        Kotaku yang nanar sehabis perang
                        Wajah  muram dan tubuh luka garang
                        Detak tapal kuda satu-satu
                        Wahai, pandanglah mukaku !

Permainan rima di akhir  baris ( ng – ng – a –a) dalam puisi  lama disebut rumus sajak (a-a-b-b-)   sangat   padu  sehingga  nuasa   estetika  yang   tampak   terasa  bahwa pilihan bunyi untuk menutup larik  lariknya  benar - benar  dipertimbangkan. Lain lagi  jika  diperhatikan  dari pemakaian kata -   kata  yang  menonjolkan   bobot     maknanya,  sementara  unsur    rima agak   disisihkan,  maka    dapat    ditemukan    pada   baris -  baris   puisinya   yang    berjudul :



                                        Dari Ibu Seorang Demonstran ;
                        ……………………………………
                        Tetapi ingatlah , sekali lagi
                        Jika logam itu memuat nama kalian
                        (Ibu itu tersedu sesaat )
                        Ibu relakan
                        Tapi jangan di saat terakhir
                        Kau teriakkan kebencian
                        atau dendam kesumat
                        Pada seseorang
                         Walau betapa zalimnya…orang itu.
                                               
Dari  pengamatan puisi-puisi karya Taufik  Ismai  di atas  bukan berarti pengecilan  karya penulis lain yang waktu,isi,serta hal-hal yang terkait dengan beberadaan sebuah puisi      berarti   tidak   bernilai  atau  bahkan   tak   pernah  diakui  oleh   suatu   jaman. Di sinilah  ke-Absolutan sebuah kajian sastra khususnya bentuk puisi yang harus diakui bahwa kebesaran nama penulis sangat menentukan keputusan yang cukup berpengaruh dalam  suatu jaman, walau kadang karya lain yang disajikan penulisnya memiliki derajat yang sama tetapi nasib yang dialaminya sangat berbeda.Hal ini dapat dibuktikan dalam  berbagai masalah dan obyek persoalan.Perhatikan dua petikan puisi di bawah ini yang disajikan oleh dua penulis yang berbeda nama tetapi memiliki waktu,tema bahkan unsur penunjang hampir  beda.

Kutipan Puisi :

1.      Syair Orang Lapar                                 2.       Saat  Mata  Ku  Memandang

      Lapar menyerang desaku,                               Kaliku    memerah    airnya.
                                                                        Warananya tak membiru lagi
                  Kentang dipanggang kemarau,                       Anak-anak gila pandang
                 Surat Orang kampungku,                                Berlari tunggang langgang
                  Kuguratkan kertas                                           Saat  banyak jasat
                                       Risau.                       lewat terikat erat
                                                                        bak ketupat.
Lapar lautan pidato,
Ranah dipanggang kemarau,                          Kaliku merah airnya
                 Ketika berduyun mengemis,                           bau amis,anyir
                 Kesinikan hatimu                                            pelan menyisir
                                        Kuiris.                     Kaliku menangis
                                                                
                  Lapar di Gunung kidul                                   Seluruh muka merah                                         
                  Mayat di panggang kemarau,                       warna darah
                  Berjajar masuk kubur,                                   Saat mataku memandang ,
                Kuulang juga,                                                 kaliku,……
                                                                                         hatiku goyah,…patah
                                                                                       pandang …kaliku
                                                            Kalau.                Muka warna d a r a h.

                                                                                   Oleh: Iwan Setyawan 1966
                                           
Jika diperhatikan dua puisi di atas maka dapat dirasakan bahwa puisi 1 dan puisi 2 adalah puisi yang pilihan kata (diksi) maupun bunyi yang dikehendaki penulisnya benar-benar telah dipikirkan sebaik-baiknya.Sementara dalam puisi bunyi mempunyai peran yang sangat penting,antara lain jika dibaca dan didengarkan sebab pada hakikatnya puisi adalah satu karya seni yang diciptakan untuk didengarkan (Sayuti,2002:102). Mengingat pentingnya  unsur bunyi   dalam   karya  puisi  sampai- sampai   seorang   penulis   puisi melakukan pemilihan kata sering kali didasarkan pada nilai bunyi.Pertimbangan tersebut antara lain ; Pertama, bagaimanakah kekuatan bunyi suatu kata yang dipilih itu diperkirakan mampu memberikan atau membangkitkan tanggapan pada pikiran atau perasan para pembaca atau pendengarnya. Kedua, bagaimanakah bunyi itu dapat membantu menjelakan ekspresi.Ketiga, ikut membangun suasana puisi tersebut.Keempat, mungkin juga membangkitkan asosiasi-asosiasi tertentu ( Sayuti, 2002 : 103 ).

Sementara unsur bunyi itu sendiri dalam karya puisi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam,antara lain dari sisi bunyi hingga dibedakan antara sajak sempurna,paruh,aliterasi,asonansi.Sementara dari kata yang mendukung dibedakan menjadi sajak awal,sajak  tengah  dan  sajak  akhir. Jika  dilihat  dari  hubungan antar baris dalam tiap  bait dikenal



adanya sajak terus, sajak selang, sajak berangkai dan sajak peluk.   Tetapi kebenaran tentang cara kaji atau cara pandang Absolutisme di sini membuktikan bahwa puisi 1 jauh diagungkan bersama nama besar penulisnya, sedang puisi 2 tidak akan banyak diketahui oleh khalayak saat ini.Sementara dalam hal bunyi maupun pilihan kata pada   puisi   2  mungkin   tidak  banyak   tertinggal  jauh  baik   dari  penyesuaian   waktu   maupun suasananya. Perlu  di  ketahui   puisi  2  adalah  puisi  yang  terbit  pada  harian  ibu kota (Pos Kota ) pada tahun 1965 bulan desember minggu ke 3. Sementara pada puisi 1 ditemukan sajak asonansi pada baris 3dan 4 dan sajak aliterasi pada puisi 2 juga pada  baris 5,6 dan 7 masih dalam bait yang sama.Dalam permainan sajak puisi 2 tidak kalah jauh dalam pemilihannya, sementara pada puisi 1 ditemukan permainan sajak asonansi yang ada pada baris 1,2 dan 3 Puisi-puisi seperti puisi 2 saat itu cukup banyak, di mana nuasan nosinya sangat didasari oleh keadaan negeri ini saat itu.

Hal inilah yang sebenarnya mendudukkan sama dengan puisi Taufik yang juga menyuarakan situasi (kelaparan dan kemelaratan )saat itu, pada puisi 2 penulisnya Iwan Setyawan menggambarkan hal yang tidak kalah menakutkan sesuai dengan kejadian yang dilihat,pengalaman yang langsung menghadang di depannya betapa mengerikan kali-kali kecil, sunguai-sungai besar waktu itu menjadikan pembuangan jasat kurban pembantaian orang-orang PKI yang telah difonis begitu saja tanpa melalui proses hokum atau pembelaan layaknya terpidana.Tetapi harus diterima dengan   besar  hati   dan  penuh  kesadaran  bahwa cara pandang  Absolutisme berlaku mutlak, Taufik Ismail jauh lebih besar disejajarkan dengan Iwan Setyawan , ini sebuah kenyataan pandangan.

Untuk mempertegas bahwa masih banyak puisi-puisi yang menjadi kurban pandangan Absolutisme yang semata-mata dilihat dari siapa penulisnya? Tetapi bukan diksi atau pilihan kata serta permainan bunyi yang digunakan melainkan kekuatan keadaan semata. Berikut ini saya kutibkan beberapa  puisi   yang   senafas  dengan   puisi - puisi  karya  Taufik   Ismail  penyair  angkatan ’66.

Puisi 3                        
                                      Jenasah 
                                                           Oleh : Iwan Setyawan
Waktu  mandi di kali,
sore hari
Sorak menyeruak, memecah kegaduhan riak
Wajah kali  keseharian yang tak pernah lepas
Setelah anak-anak bermain  gundu di tengah tegal
tangan bergayutan          
tertawa bersautan
langkah-langkah kecil
pelan tapi pasti
menuju kali.
Pecah tawa jadi teriakan
waktu air berguyur
bergebyur ke sekujur

Mata sulap dalam sekejap
Jasat mengapung
kembung,
tanpa gembung
Ini jenasah yang pertama sore
e n a m    l  i m a
jenasah lewat  penuh rasa penat. 
                                                                                Nopember sore 1966                                                                         

            C. Kesimpulan
Dalam kajian satra baik dalam bentuk puisi, prosa bahkan  dalam  bentuk  yang lainnya maka tentang cara pandang teori  absolutisme  ini tetap harus  diakui  keberadaannya. Lepas dari pendapat setuju atau tidak dalam realita  yang ada  kekuatan pandangan  tentang   sebuah  kebenaran  yang  dipaksakan  dengan tanpa   didasari  oleh   sesuatu hal yang riil kadang-kadang  memang  harus  diterima. Walaupun  pemberlakuan  teori ini  sangat  terbatas oleh waktu Jika kurun waktu yang berlaku  terhadaphasil  karya  yang   absolute   tersebit   masih   eksis  maka  tidak mungkin  untuk  mengubah  keadaan  tersebut,  sebagaimana  disebutkan  dalam kajian  sastra  tentang   Absolutisme. Dalam paparan  di  atas  harus  diakui  bahwa  karya puisi. Taufik Ismail “ Syair  Orang Lapar  “ jauh   lebih besar,  lebih  unggul dalam  pilihan  kata    (diksi )  maupun   bunyi – bunyi   yang  ditemukan dalam deretan  baitnya di  banding dengan  puisi 2.  Saat   Mata  Ku  Memandang  “ karya  Iwan  Setyawan  Keabsolutan inilah  yang berlaku  di tengah    kalangan   masyarakat    sampai  saat  ini,  sungguh   mengenaskan   bahwa   suatu   hal  termasuk  karya  puisi akan  menjadi kurban  keabsolutan  pandangan.Ini sisi  lain dari pandangan teori  absolutisme yang  sekaligus menjadi kelemahan  teori ini.                               
        
               KAJIAN  PUISI  DARI  PANDANGAN
                                                       PERSPEKTIF

A.  Pengantar Teori

Kajian Perspektif, adalah  sebuah pandangan atau penilaian mengenai karya sastra (prosa maupun puisi ) dipandang sesuai dengan perspektif yang digambarkan Gambaran tentang sebuah karya sastra dapat didasarkan dari berbagai pandangan  sehingga penilaian atau pandangan tersebut tidak ada yang mutlak melainkan ke depan  pandangan ini dirasakan semakin tumbuh. Dalam kajian perspektif ini memberikan gambaran tentang kebebasan sudut pandang tertentu untuk menyikapi buah karya sastra sesuai dengan proses pertumbuhan atau perjalanan waktu.Dengan demikian kajian ini akan terasa semakin obyektif .Agar  jelas  tentang  kajian perspektif ini dapat  disajikan sebuah penilaian terhadap karya prosa atau puisi  tertentu yang ada dalam sebuah jaman.Sebuah karya sastra baik bentuk prosa maupun puisi akan dikatan sesuai atau tidak hanya dilandasi oleh unsur tertentu dari karya tersebut.Misalnya dari unsur bahasa,nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,sudut pandang pelaku, alur  atau  tendens  dalam karya  tersebut bahkan mungkin ideologi dan lain-lainnya.
Jika diperhatikan beberapa istilah yang dihadirkan oleh penulisnya dalam novel Saman pembaca akan merasa risih atau kurang merasa enak untuk mengucapkan istilah istilah tertentu karena dianggap terlalu,kotor,jorok,tidak sopan bahkan terlalu seronok dalam pilihan katanya  demikian pula dalam Raumanen karya Maria Katopo yang terlalu  berlebihan  dalam  menggambarkan  situasi atau keadaan dalam alur ceritanya, bahkan dalam karya Arminj Pane yang berjudul  Belenggu        (roman)lebih tragis lagi karena mengalami penolakan pada jaman sastra tertentu di negeri ini ,tepatnya pada masa angkatan 20-an (Balai Pustaka )  buku karya Arminj Pane itu sempat gagal terbit karena semata-mata dianggap melanggar norma tertentu (agama), yang telah ditentukan atau dipatok saat itu.Karena isinya menyinggung  salah satu agama di mana tokoh dan isi cerita yang seharusnya bernormatif keagamaan  justru  oleh Arminj  Pane ditempatkan pada posisi titik yang kurang tepat yakni hubungan di luar nikah yang saat itu dianggap norma. Hal di atas sebagai penegas tentang kajian teori perspektif ini, tetapi dalam karya puisi pun dijumpai pula hal seperti uraian di atas. Dapat dibuktikan puisi-puisi karya Arminj  Pane yang diberi judul  Jiwa  Berjiwa   (1939) dianggap tidak menarik lagi karena pilihan kata dalam puisinya (diksinya) tidak berkekuatan  sehingga menimbulkan  penilaian bahwa kata-kata yang ada di dalamnya hanya bersifat keseharian saja sehingga tidak dapat menimbulkan minat pembacanya. Pandangan tersebut tampaknya tak beralasan kuat bahwa Arminj Pane adalah penulis puisi yang tidak punya nyali, hal ini dapat dijawab pada tulisan berikutnya yang membuktikan bahwa jiwa atau perasaan Arminj Pane berada pada posisi jiwa sesudah perang. Perhatikan puisi Arminj Pane  berikut ini !

           JIWA TELAH  MERENGGAS

      Jiwaku pohon telah merenggas.
            Terujam terhening disenja hari,
            Mengendangkan tangan tegang mati,
            Hari bening, tenang sunyi,
            Bulan bersih dikelir terentang,
             Sepi sunyi alam menanti.

      Pandangan semacam hal di atas merupakan perspektif nyata yang pernah ada dalam sejarah seorang penulis bersama karya-karyanya. Perubahan keadaan dari sisi pandang maupun karya-karyanya merupakan pandangan atau penilaian yang beraneka warna adalah realita yang dapat dianggap sebagai kemajuan dalam langkah-langkah sastra khususnya karya puisi. Untuk mengikuti pandangan kajian perspektif ini lebih konkrit lagi coba perhatikan puisi di bawah ini !

                  L A L A I  K A H

      Luluh sudah hati ini                                        Semua membuat menjadi merona,
      Walau hanya sesaat                                         Jika mentari,
      Tali kerudung di dahi                                       Mulai berseri,
      Pengikat  rambut  nan lebat                              Waktu hari pagi,
                                                                              Oh… Maha suci hidup ini.
      Saat azan mulai tiba
      Sudah mulai terasa                                  oleh: Tyas  Ajeng  Natalina desember akhir 2006
      Membasuh luka                                                               
      Lama
      Lama sudah aku mencari jalan
      Rentang menganga      
                             
                                                            
Permainan sajak atau rima serta diksi yang ada dalam puisi di atas mungkin biasa saja,bahkan dapat dikatakan terlalu sederhana.Tetapi perlu diakui bahwa permainan bunyi di akhir baris pada bagian-bagian tertentu sudah dapat dibedakan dengan puisi lama yang menitik beratkan pada akhir baris pada bait-baitnya (pantun atau syair).Tetapi penulis muda si Tyas Ajeng ini sudah berani menyusun deretan kata katanya dalam baris yang tidak terikat pada bait yang telah dipatok pada puisi lama.Perombakan inilah yang dapat dipandang dari sisi zaman sastra yang  lain  di mana  puisi yang  berjudul  Lalaikah   telah mampu menempati ratusan bahkan  ribuan puisi anak-anak  slta  negeri maupun swasta  yang dapat terbit pada kolom kaki langit di majalah Horizon pada saat ini. Dari isinya dapat di tempatkan nilai religius yang kuat di mana saat ini sangat ditunggu betapa nisbinya hal itu bagi kawula muda yang hampir kehilangan pegangan dan bentuk diri yang pasti.

B.  Kesimpulan

Dari kajian perspektif puisi dapat saya simpulkan bahwa karya puisi yang disajikan para penulisnya (penyair) kadang memang dapat dipandang dari sisi berbeda,namun pandangan yang beragam itu dapat menggambarkan betapa kemajauan pandangan dari berbagai analisis dapat dirasakan. Perbedaan pandangan serta kajian tersebut bukan dijadikan sebagai nilai kurang tetapi bahkan sebaliknya.Sebagaimana dalam karya (prosa) Belengggu oleh Arminj Pane maupun Jiwa Berjiwa (puisi) sisi pandangnya pun berbeda sesaat dianggap gagal tetapi pada saat lain mengalami perubahan   pandangan. Hal   itu   bukan  berarti   kesalahan  dalam    suatu   penilaian atau  kajian tetapi merupakan   pembaruan   dalam   penilaian    atau   kajian   tersebutJadi  pandangan perspektif kesusastra  ( puisi )  memang   dibenarkan  keberadaannya. Hal ini hendaknya karya  L a l a i k a h  karya dari Tyas Ajeng Natalina dengan permainan rima di akhir baris-baris yang tidak terikat pada bait  tertentu, serta diksi yang ada dalam puisi tersebut hendaknya dapat menjadi perspektif karya kawula muda dalam menyampaikan maksud untuk sebuah puisi religi  generasi  muda dalam mencari bentuknya. Dalam hal ini puisi lama pantun dan syair masih tetap mempertahankan pencitraan secara jelas melalui gambaran atau perbandingan-perbandingan sehingga terasa terselubung (tak langsung), sedang dalam puisi baru (puisi bebas dan puisi kontemporer) lebih terasa langsung.                      

  Sementara jika karya sastra bentuk puisi diperhatikan dari pemahaman bahasa (nosi) yang digunakan maka dapat ditemukan beberapa jenis, antara lain puisi jenis (a) Tranparan, yaitu puisi yang menggunakan bahasa  sederhana, sehingga pembaca puisi dengan mudah menemukan arti kata atau baris puisi secara lugas terlepas dari penafsiran yang dikehendaki (b) Puisi Pragmatis, yaitu jenis puisi yang disebut juga bentuk puisi prismatis, yaitu puisi yang kata-katanya lebih banyak menyertakan kata-kata yang berfungsi sebagai pelambang atau symbol-simbol tertentu, dengan kata lain kata-katanya banyak yang menggunakan kiasan atau perbandingan. (c) Jenis Puisi Kontemporer, yaitu jenis puisi yang sebenarnya masih dalam katagori puisi prismatis, namun pada puisi kontemporer lebih menonjolkan bentuk gambaran fisik puisi tersebut, sehingga dalam puisi kontemporer dibedakan antara puisi yang menonjolkan permaian kata-katanya (visual) yang menonjolkan pada bentuk (tipografi) dan puisi yang mementingkan permainan kata dengan menonjolkan bentuknya (kotemplasi atau auditif). Tidak salah kalau puisi kontemporer disebut puisi yang lari dari kenyataan karya puisi pada umumnya. Dengan demikian puisi kontemporer disebut juga puisi konvensional. (Wiyatmi, 2003: 53-59).
Contoh Puisi Kontemporer jenis:

(1)      Visual     ( Puisi SEPI SAUPI, karya Suratdji Chalsum B.)
(2)     Tipografi ( Puisi DI, karya Noorca Marendra)
(3)     Auditif    ( Puisi  SAUDARA KEMBARKU, karya  Gunawan M.)


SOAL UJI KOMPETENSI
Butir Soal:





1.













2.














3.
















4.





5.

































6.

























7.
























8.


























9.



















10.
























11.








12.

















13.

















14.





15.


























16.





17.






















18.






























19.






20.























21.























22.













23.























24.

















25.


















26.


















27.














28.














29.

























30.
Bacalah pantun modern berikut ini !

          Sering sya susah sesaait,
          sebab mendahan tidak nak datang.
          Sering saya sulit menekat,
          sebab terkurung lukisan mamang.
                                                                   (dipetik dari:  Pecikan Prmenungan)

Isi pantun tersebut adalah…  .
A.     Mengungkapkan tentang perasaan kecewa yang mendalam.
B.     Dalam keadaan kecewa seseorang akan berubah sikap.
C.     Suasana hati yang resah mengakibatkan  jiwa yang tergoncang.
D.     Senang dan susah merupakan bagian dalam hidup manusia.
E.      Jika kita sedang sedih hendaknya kita berdoa untuk menguatkan hati kita.

Bacalah  syair  berikut ini !

Di balik gunung  jauh di sana.
Terletak taman dewata  raya.
Tempat  tumbuh  Kusuma Wijaya.
Bunga yang  indah  penawar fana.

                                                                                   (dipetik dari:  Medah Kelana)

Amanat yang dapat diambil dari syair di atas adalah…  .

A.     Untuk mendapatkan  sesuatu  hal pasti membutuhkan pengurbanan.
B.     Jangan berharap terlalu banyak dari perbuatan yang telah dilakukan jika tak ingin kecewa.
C.     Perjuangan sekecil apapun pasti ada hasil yang dicapainya.
D.     Menolong sesame merupakan perbuatan yang mulia.
E.      Pada saat diri kita mengalami kesukaan hendaknya mau melihat mereka yang sedang kesusahan.

Bacalah  bait gurindam   berikut ini !

Pasal 11

Hendaklah berjasa,
Kepada yang berbangsa.

Pesan yang ingin disampaikan dalam bait gurindam di atas adalah….
A.     Segala sesuatu  perbuatan sebaiknya dipertimbangkan baik buruknya.
B.     Setiap orang mempunyai selera yang berbeda.
C.     Seseorang mempunyai kebebasan berpendapat.
D.     Perbuatan selalu membawa akibat.
E.      Setiap orang diharapkan berbuat baik.

Bacalah  puisi baru  berikut ini !

Bila air surut tinggalah angin menudungi kami
Di  atas langit dan di bawah lumpur si kaki
Kelepak  podang di pohon randu

   Bila tanggul pecah tinggalah runtuhan lagi
   Sawah retak-retak berebahan tangkai padi
   Nyanyi katak bertalu-talu.
                                                        (dipetik dari:  Benteng, karya: Taufik Ismail)

Amanat yang ditemukan dalam bait puisi di atas adalah…  .
A.      Kebahagiaan hidup
B.     Kekecewaan masyarakat
C.     Penderitaan lahir batin
D.     Rasa syukur akan karuniah Tuhan
E.      Kebahagiaan yang tak kunjung datang

Cermatilah bait-bait gurindam berikut ini !

Jika hendak mengenal orang  yang berilmu
Belajar dan bertanya  tiada jemu

Jika hendak mengenal orang yang berakal
Di dunia mengambil bekal.

Jika hendak mengenal orang yang mulia
Lihatlah   pada  kelakuan  dia.

     Isi yang dapat ditemukan pada bait-bait gurindam tersebut adalah …  .
A.     Bertanya itu harus sesuai pada kebutuhannya.
B.     Dalam hidup ini jangan jemu-jemunya untuk belajar.
C.     Kegagalan adalah awal dari keberhasilan.
D.     Memperlajari suatu hal yang baik itu tidak ada jeleknya.
E.      Dalam hidup ini hendaknya kita saling member sesuai dengan kemampuan.

Bacalah puisi berikut ini !

MENATAP FAJAR TENGGELAM

 Bulan mengintip di atas parit,
saat mentari masih jaga.
Bukan bulan bertatap muka sesat,
Mentari sudah di ambang senja.

Ku menunggu di batas ambang,
ambang senja  yang masih menunggu
di ujung waktu kau tunggu jawab,
harap cemas menanti sunyi.

Berteriak sama dengan riuhnya cericit,
burung malam meninggalkan sarang,
dan camar terbang pelan menuju peraduan.
Sepi ….sepi…sepi.
Menyelinap bersama mimpi.
                                                                                                             Kump.Sendiri “  Sept-06-2011
Pesan apakah yang ditemukan dalam puisi di atas ?
A.     Kegundahan
B.     Kekecewaan
C.     Keputusasaan
D.     Kemarahan
E.      Kebahagiaan

Bacalah penggalan puisi berikut ini !

     Selamat Tinggal

Roda menggelinding di atas landasan
rumah-rumah  berderet
tangan  melambai
teriak bersatu  dalam  deru  mesin
dan ciut angin
sebentar berkisar putar
mesin  menderu
melepas nafas berat menindih
dan lepas-lepaslah bumi
lepas  jatuh  ke  bawah
mega    melambai
langit    tersenyum    membuka  diri
hati  ikut  mendegup
terbelah
di tanah setengah  murni berjejak .
                                                                       
                                                                                   oleh  : Harijadi S. Hartowardoyo
Isi puisi di atas menggambarkan tentang ...  .

A.     Penderitaan yang diakibatkan oleh sebuah jaman
B.     Melupakan penderitaan sesaat dengan senyuman penghibur hati.
C.     Kenikmatan yang tak pernah dirasakan hanya bayangan semata.
D.     Kebahagiaan batin bukan karena materi dan kemewahan dunia.
E.     Pertentangan antara  rasa hati dan kenyataan hidup.


Cermati kutipan puisi berikut!

Sajak kita

Dik, pagi kita cerah
Akankah hari ini kita indah
Dik, senja kita merah
Mungkinkah malam benderang dengan sinar mentari



...
Dik, rimba kita gersang
Sanggupkah kita menadah hujan-Nya
Kelak kita
Dia curahkan diam – diam.

                                                                                                   karya Sutoyo

Kalimat yang bermajas yang tepat untuk melengkapi bagian yang rumpang pada puisi di atas adalah ...
A.            Malam begitu indah
B.            Cinta kita selalu ada
C.            Pasti hidupmu bahagia
D.            Jangan lupa hidup ini sementara
E.             Adakah rumah yang ramah untuk kita

   
                   RAHASIA   MALAM

Kekosongan itu rahim Ibu, yang menjalar ke langit.
Kesunyian itu kuning, Khidir yang tembus cahaya.
Kehningan itu dada Bidadari, yang mengembang di telaga Firdaus Cinta.

Yang tafakur
Yang mendengkur

Yang bersujud
Yang berselimut

Malam sejuta senyum
Malam berjubah nur
Malam bermekaran wewangian.

Malam bertabur racun
Malam menampung kufur
Malam noda-noda .

    Bait-bait puisi Rahasia Malam di atas mengandung maksud… ?
A.     malam penuh kerahasiaan
B.   keadaan yang bercampur antara yang baik dan buruk
C.     khidupan itu penuh misteri
D.     di dunia ini banyak yang tidak diketahui,seperti malam
E.      keheningan malam yang berisi keindahan penuh kerahasiaan


Bacalah pasal yang ketiga dari gurindam berikut ini !

(1)   Apalagi terpelihara mata,
       sedikit cita-cita.
(2)    Apalagi terpelihara kuping,
        kabar yang jahat tiadalah damping.
(3)   Apalagi terpelihara lidah,
       niscaya dapat daripadanya faedah.
(4)    Bersungguh-sungguh kau memeliharakan tangan,
       dari segala berat dan ringan.
(5)   Apabila perut terlalu penuh,
       keluar fi’il yang tiada senonoh.


Bait  gurindam yang menyatakan makna seseorang yang kurang wawasan mempunyai  pandangan yang  sempit dan mempunyai harapan  yang tidak berlebihan, yaitu bait ke… .

A.     1   B.  2   C.   3     D. 4      E.  5





Bacalah penggalan  bait puisi Perlawanan Terhadap Kejemuan karya Darmanto Jt. ini !
(Untuk soal nomor 11 dan 12 )

Berjalanlah.
Marilah kita teruskan perjalanan ini.
Biarlah kelelahan sampai menerkam,
kaki-kaki kita yang kotor dan lemah.
Kalau air dari kali,
baiklah jangan kita minum,
agar kesegaran yang ada pada kita,
jangan dipahitkan.
Biarlah kita terkadang berhenti sebentar mendengarkan air dan angin berbicara,
menghilangkan kejemuan-kejemuan,
yang hinggap pada daun hutan.
……………………

                                                                                                   Dalam Basis, Desember 1963 XIII-3


Pesan yang ingin disampaikan oleh penyair dalam puisi di atas adalah… .
A.     Sebuah perjuangan harus tetap dilakukan dengan pantang menyerah.
B.     Sebuah perjuangan harus tetap dilakukan  walaupun pantang menyerah.
C.     Perjuangan harus tetap dilakukan dengan sesekali kita beristirahat sejenak.
D.     Semangat untuk melakukan perjuangan untuk meraih sebuah cita-cita
E.      Melakukan perjuangan untuk meraih sebuah cita-cita tanpa mengotori dengan perbuatan yang jelek dan tak berarti.


Dalam puisi Perlawanan Terhadap Kejemuan karya Darmanto Jt. Di atas  terdapat baris yang bunyinya “Kalau air dari kali, baiklah jangan kita minum, agar kesegaran yang ada pada kita, jangan dipahitkan.”

Makna yang dimaksudkan adalah…  .
A.     Jangan melakukan perbuatan yang salah dan tak berarti agar tidak membuat nama kita menjadi  tercela.
B.     Jangan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hati nurani.
C.     Dalam segala usaha hendaknya kita berhati-hati.
D.     Kehidupan yang sesungguhnya adalah hal yang biasa jika kita berbuat salah.
E.      Melakukan perbuatan apa saja dibenarkan untuk sebuah keberhasilan.

Bacalah bait pantun berikut ini !

     Lemah gemulai lembut derana
     Bertiuplah sepantun rebut
     Menuju gunung arah   ke  sana
     Membawa awan bercampur kabut.
                                                                               (Gita Gembala oleh Muh. Yamin)

Pencitraan yang ditemukan dalam bait pantun tersebut adalah….
A.     Penciuman     B. gerak    C. pencecapan    D. perasaan    E. pendengaran


Bacalah baik-baik puisi berikut ini ! (Untul soal 15-16)
DI  KAKIMU
Aku mengembara seorang diri,
Badan lemah, berdaya tiada.
Tinggi gunung yang kudaki,
Lepas mega menghadap wala.
     Berapa kali aku berhenti,
     Merebah diri melepas lelah,
     Sekali aku meninjau ke bawah,
     Takjub melihat permai tamasya.
Mana rumahku, mana halaman,
Mata mencari kelihatan tiada,
Sekalian menyatu indah semata,
Terpaku diri memandang teman.
                                                    (St.Alisyahbana, Tebaran Mega)

 Bahasa dalam penulisan puisi merupakan unsure luar puisi (ekstrinsik puisi). Dalam pemahaman bahasa puisi sebagai  nilai luar puisi maka puisi  DI   KAKIMU , karya St.Takdir Alisyahbana ini tergolong puisi jenis…  .

A.     Tranparan     B. prismatis     C. auditif      D. konvensional      E. auditif

Pada baris puisi Tebaran Mega, karya St. Takdir Alisyahbana tersebut terdapat kalimat yang bunyinya “Aku mengembara seorang diri,badan lemah berdaya tiada”. Arti baris tersebut adalah…  .
A.     Pengembaraan yang melelahkan.
B.     Hidup sebatang kara.
C.     Di dunia ini tak ada teman lagi
D.     Mengembara seorang diri dan sudah lelah.
E.      Karena lelah dalam pengembaraan seorang diri tak mendapatkan suatu hasil.

Bacalah dengan sebaik-baiknya puisi di bawag ini !
(untuk nomor 16-17)

                               S A J A K    P U T I H
Beribu saat dengan kenangan
surut pelahan
kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh
sewaktu detik pun jatuh.

Kita dengarkan bumi yang tua dalam setia
kasih tanpa suara
sewaktu baying-bayang kita memanjang
mengabur batas ruang.

Kita pun bisu tersekat dalam pesona
sewaktu ia pun memanggil-manggil
sewaktu kita membuat begitu terpencil
di luar cuaca.
                                Dipetik dari “Laut Biru Langit Biru”, oleh Sapardi Djoko Damono)


Puisi di atas dilihat dari penggunaan  kata-katanya dapat disebut puisi prismatic, adalah….
A.     Mengutakaman keindahan bentuk
B.     Mengutamakan kekuatan kata sebagai symbol
C.     Mengutamakan  keindahan hubungan antar kata
D.     Pada baris dan baitnya mengutamakan keindahan bunyi atau iramanya
E.      Puisi tersebut ditulis pengarangnya dengan memperhatikan keadaan jaman

Tema yang disampaikan dalam puisi yang berjudul   Sajak Putih   adalah…  .
A.     Keadaan sosial yang semakin meresahkan
B.     Keagamaan yang semakin merapuh dalam pikiran manusia
C.     Keyakinan dalam mempertahankan kebudayaan dan kepribadian bangsa
D.     Pertentangan  lahir dan batin yang semakin menggerogoti nurani manusia
E.      Rasa kepedulian manusia dengan alam yang semakin menipis


Bacalah puisi berikut ini dengan cermat !

T E K A   -   T E K I

saya ada dalam puisi
saya ada dalam cerpen
saya ada dalam kritik
saya ada dalam esai
saya ada dalam wc.
Siapakah saya ?
Jawabnya: hanyalah h.b.yassin.
                                                              (diambil dari Horizon, XX/1998.23-2).





Puisi kontemporer di atas menggambarkan bahwa kenakalan  puisi tersebut terletak pada ….  .
A.                        Keluar dari aturan penulisan puisi.
B. Mengutamakan baris dan baitnya.
C. Mementingkan irama sebagai keindahan.
D.                        Pilihan kata yang sederhana memudahkan untuk menafsirkan isinya.
E. Perulangan bunyi pada kata-kata di baris yang sama merupakan gambaran penegasan.


Cermati puisi 1943 berikut ini !                            

                                                 1943

Racun berada direguk pertama
Membusuk rabu terasa di dada
Tenggelam darah dan nanah
Malam kelam membelam
Jalan kaku lurus. Putus
Candu Tumbang
Tanganku menadah patah
Luluh
Terbenam
Hilang
Lumpuh.
Lahir
Tegak
Berderai
Rapuh
Runtuh
Menggurun
Menentang, Menyerang.
…………………….
                                                                                             Chairi Anwar “Deru Campur Debu”

Isi puisi di atas dapat dikelompokkan dalam golongan puisi naturalis, maksudnya….
A.     menggambarkan tentang kebobrokan masyarakat
B.     mengungkapkan kenyataan hidup ini
C.     melukiskan keindahan alam sekitar
D.     menyampaikan perasaan hati untuk sesame hidup
E.      membandingkan keadaan satu jaman dengan jaman berikutnya


Bacalah puisi  D  O  A karya  Chairil Anwar berikut ini !

O, Kekasihku, turunkan cintamu memeluk daku.
Sudah bertahun aku menanti, sudah bertahun aku mencari.
O, Kekasihku, turunkan rahmatmu ke dalam taman hatiku.
Bunga kupelihara dalam musim berganti, bunga kupelihara dengan cinta birahi.
O, Kekasihku, buat jiwaku bersinar-sinar.
O, Kekasihku, jiwaku rindu siang dan malam, hendak memandang cantik parasmu.
Datanglah tuan dari belakang pegunungan dalam ribaan pagi tersenyum.
O, beri aku tenaga, supaya aku bisa bersama Tuan melayang sebagai garuda menuju kebiruan langit nilakandi.
                                                                                                                 Dipetik dari “Medah Kelana “, karya Sanusi Pane.

Isi puisi di atas menggambarkan tentang keindahan hidup yang jauh berbeda dengan kenyataan 
hidup  yang sesungguhnya. Jenis puisi seperti di atas isinya dikelompokkan dalam puisi…  .

A.     impresionisme     B. ekspresionisme    C. romantisme    D. naturalism    E. realisme
   









Bacalah puisi berikut ini !

surabaya, sempatkan bicara lirih
setelah lelah berterik
sia-sia berkipas belati di udara gerah
duka tidak hilang diajak jagong
di wonokromo tak mabuk diajak berkantuk
bersama gadis diponegoro
termasuk disepanjang darmo
berjalan terus menuju lor
dan sebelum tersungkur
aku ingin
angin lirih rumah-rumah kampung
lirih jalan-jalan kampung
pintu omelan dan sisa linangan duka ibu.
                   ”Grudo Ziarah Malam” be Setia  Surya 2009: 14.

Isi puisi di atas penulisnya berusaha untuk menyampaikan maksudnya tentang...  .
A.  sesuatu yang dirasakan di suatu malam
B.     kepedihan hatinya karena penderitaan terjadi di mana-mana
C.     pesan khusus  setelah mengalami sebuah peristiwa
D.    unggkapan peristiwa yang pernah dialaminya
E.      perjuangan yang pernah dilakukan dan semua sia-sia

66.   Pe         Perhatikan bait puisi berikut ini !

surabaya, sempatkan bicara lirih
setelah lelah berterik
sia-sia berkipas belati di udara gerah
duka tidak hilang diajak jagong.

Urutan gaya bahasa berikut yang sesuai dengan urutan baris puisi di atas   adalah...  .
A.    metavora – pleonasme – totem proparte – ironi
B.     personifikasi – parabel – asosiasi - tropen
C.     personifikasi – metavora - asosiasi – sinekdot
D.     totem proparte – simile - metavora – pleonasme
E.      asosiasi – tropen – pleonasme – parabel

       BUNGURASIH DINI HARI
                                                  
   bayangan hitam tiang-tiang
   tak beranjak meski bulan
   sejak tadi telah pindah tempat
   bubungan sambung-menyambung
   atap-atap mengusir malam
   dengan lampu dingin berjingkat memasuki koridor
   yang mendadak kelu.
                                               ”be Setia” Surya: 4 Mei 2008.

   Gambaran yang ada dalam baris – baris puisi di atas lebih
   mengutamakan gaya bahasa...  .
   A. paralelisme                C.  pleonasme
   B. repatisi                       D.  hiperbola             E. metafora









Bacalah bait puisi berikut ini !
duka tidak hilang diajak jagong
di wonokromo tak mabuk diajak berkantuk
bersama gadis diponegoro
termasuk disepanjang darmo
berjalan terus menuju lor
dan sebelum tersungkur
aku ingin
angin lirih rumah-rumah kampung
lirih jalan-jalan kampung
pintu omelan dan sisa linangan duka ibu.
                                                        ”Grudo Ziarah Malam” be Setia  Surya 2009: 14.

 Gambaran pada baris puisi di atas, bertemakan tentang...  .
              A. moral                     C.  kebudayaan              E. kemanusiaan      
              B. raialis                     D. sosial   


Bacalah puisi berikut ini !
                      Biarin
   Kamu bilang hidup ini brengsek,
   Aku bilang biarin,
   Kamu bilang hidup aku gak punya kepribadian,
   Aku bilang biarin,
   Kamu bilang hidup aku gak punya pengertian,
   Aku bilang biarin,
   Habisnya terus terang aku nggak percaya sama kamu.
                 (Yudhistira Adi Nungangraha. Sajak Sikat Gigi: 1983.3)

   Isi  puisi di atas menyuarakan tentang...   .
A.    ketidakpedulian penulisnya
B.       ketidakpedulian teman bertutur (pembaca)
C.     ketidakpedulian masyarakat
D.     ketidakpastian penyair
E.     ketidakpastian kita
      
Bacalah puisi berikut !
              
   Bakhil jangan diberi singgah,
   itulah perampok yang amat gagah.
   Barang siapa yang sudah besar,
   jalanlah berlaku kasar.
   Tanda orang yang amat celaka,
   aib diri tak diri tak dapat disangka.
   Pekerjaan takabur jangan biasakan,
   nantikan bisa dalam biasa.


   Gurindam di atas selain bernilai pendidikan yang lebih ditekankan  
    adalah  ... .

   A. anjuran         C. larangan       E. keharusan   
   B. sindiran         D. perintah


   Mata pisau itu tak berkejap menatapmu,,
   Kau yang baru mengasahnya,
   Berfikir; itu tajam untuk mengiris apel,
   Yang tersedia di atas meja,
   Sehabis makan malam,
   Ia berkilat ketika terbayang urat lehermu.
  
                                  (Sapardi Djokodamono. ’Mata Pisau”: 1982.33)

Pada baris-baris puisi ”Biarin” yang sangat terasa bagi kita dengan adanya penggunaan  gaya   bahasa.......
   A. repatisi         C.   hiperbola             E.  metafora    
   B.pleonasme    D.  personifikasi


Perjalanan ini
Menyusuri langsai-langsai kehidupan,
Menysuri luka demi luka,
Menyusuri gigiran abad padang-padang lengang,
Menyusuri matahari,
dan laut abadu dahsyat sunyi
                                     Korrie  Layun Rumpan . ”Perjalanan”. Suara Kesunyian: 1981.)
Puisi di atas bergaya bahasa metavora  karena ...  .
A.    Perjalanan hidup manusia disamakan dengan menyusuri langsai kehidupan.
B.     Perjalanan hidup manusia disamakan dengan  luka.
C.     Perjalanan hidup manusia disamakan dengan  padang lengang.
D.    Perjalanan hidup manusia disamakan dengan lautan yang sunyi.
E.     Perjalanan hidup manusia disamakan dengan latar (setting) seluruh
             baris puisi.

Simaklah puisi berikut ini !
                                 Karya : Gunawan Mohamad
                   SENJAPUN JADI KECIL

   Senja pun jadi kecil
   Kota pun jadi putih
   Di Subway
           Aku tak tahu satu pun sampai
                Ketika berayun musim
               Dari sayap langit yang beku
               Ketika burung-burung di rumput dingin
               Terhenti mempermainkan waktu.
   Ketika kita berdiri sunyi
   Pada dinding biru ini
   Menghitung ketidakpastian dan bahagia
   Menunggu seluruh usia.
                                                                                                   “Horizon” th.I- No.3: 1966

    Bait-bait puisi   di atas mengandung maksud… ?
A.    hidup penuh kerahasiaan
B.      khidupan itu penuh misteri
C.      hilangnnya keyakinan seseorang
D.     keputusasaan dalam akhir kehidupan
E.     keadaan yang bercampur antara kenyataan dan perasaan dalam hidup


                                                           PERTEMUAN
                                        Gunawan Muhamat Agkatan 66”

   Meniti tasbih
   Malam pelan-pelan
   Dan burung kedasih
   Menggaris gelap di kejauhan
   Kemudian adalah pesona ;
   Wajah-Nya tersandar di kaca jendela
   Memandang kita, memandang kita lama-lama.

Peribahasa berikut ini yang artinya sesuai dengan makna puisi di atas  adalah....
A.    Bertepuk sebelah tangan.
B.     Bagai jalan sudah di ujung, bagai hari telah senja.
C.     Bagai pengail dengan umpannya
D.    Tepuk berbalaskan, salam berjawabkan.
E.     Ayam putih terbang siang, ayam hitam terbang malam masuk di hutan belantara.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar