Powered By Blogger

Rabu, 26 Januari 2011

KRITIK "2 "

Pembicaraan lanjutan mengenai karya kritik penulis ingin mengupas mengenai "kritik Sastra".
Kritik sastra adalah sebuah kritik dengan obyek kritik adalahhal-hal yang berhubungan
kesastraan (karya sastra, pemahaman  sastra atau esai  sastra). Pada  pembahasan  ini
dikhususkan  pada  kritik  karya  sastra. Penafsiran, penilaian, dan penghakiman terhadap
karya  sastra  disebut  juga kritik sastra. Pengertian kritik (sastra)  berasal  dari  kata krites
(Yunani Kuno)yang berarti "hakim". Kata krites bermula dari kata krinein yang berarti
menghakimi (Partini, 2005: 55). Dalam kritik sastra yang penting adalah analisisnya, sesuai
yang dikemukakan Yamin dalam bukunya Tifa Penyair dan Daerahnya (1965), bahwa kritik
sastra ialah baik buruknya suatu hasil kesu sasteraan dengan memberi alasan - alasan mengenai 
isi dan bentuknya. Dengan demikian kritik sastra merupakan bentuk kegiatan penilaian yang
ditunjukan pada karya sastra atau teks sastra. Mengingat karya sastra tidak begitu saja ada
dengan sendirinya penulis atau pengarang hasil sastrta itu maka dalam pembahasan kritik sastra
mereka dilibatkan dalam penilaiannya.Kritik sastra diposisikan di luar karya sastra (nonfiksi),
karena pembaca tidak menciptakan karya sastra baru  yang sama atau mirip dengan karya sastra
yang dibaca. Karya yang dihasilkan kritik sastra adalah hasil penafsiran atas karya sastra tertentu.
Menurut  S. Effendi karya kritik sastra bukan tergolong  ilmu dan juga bukan seni. Kritik sastra menentukandirinya sendiri sebagai karya yang ada dalam karya tulis, yang lebih cenderung pada
noncipta sastra. Pada hakikatnya kritik sastra dan pengkajian sastra itu sama, namun dapat
juga dikatakan bahwa kritik sastra lebih ditunjukkan pada telaah sastra pada umumnya dan lebih
luas obyeknya (Prtini, 2005: 58). Pewnafsiran, telaah, atau interpretasi dipelajari  dalam ilmu sastra
yang peka  dan tanggap terhadap pendekatanm dan keanekaragaman jenis tafsir sastra
baik melalui cara atau metode sebuah penafsiran (JV.Luxemburg dkk.,1984: 63-63).
Misalnya membedakan dalam hal;
1. penafsiran yang bertitik tolak pada teks yang sudah jelas,
2. penafsiran yang berusaha menyusun kembali arti histori, dalam pendekatan ini
    penafsiran lebih dekat pada maksud si pengarang.
3. penafsiran bermeneutik, yaitu keahlian menafsirkan karya sastra yang utama
    nya diwakili oleh Gadamer yang berusaha memadu antara masa lalu dengan
    masa kini.
4. tafsiran yang dengan sadar dibangun berdasar pada pandangan sendiri mengenai
    sastra.
5. tafsiran yang berpedoman pada problematik tertentu, misal permasalahan
    psikologi, atau sosiologi.
6. tafsiran secara tak langsung yaitu tafsiran yang berusaha menafsir sebuah karya
    sastra untuk diartikan. Pendekatan yang berkiblat pada pembaca (estetika-reseptif).

Bila penafsir ingin menyampaikan sesuatu ungkapan mengenai arti sebuah teks sastra
yang memadai (sah) maka dapat dibedakan m,enjadi empat kriteria, yaitu;
1. menentukan arti langsung (primer).
2. jika diperlukan menjelaskan arti implisitnya (arti yang terkandung di dalam karya sastra)
3. menentukan tema
4. menjelaskan simbolik yang ada dalam teks (jika diperlukan).

 

Selasa, 25 Januari 2011

KRITIK

Kritik adalah sebuah karya tulis yang diposisikan dalam karangan tersendiri, maksudnya
karya kritik tidak termasuk karya sastra, ilmiah atau karya esai. Kritik adalah karya yang
di dalamnya   berisikan   tentang  sebuah  penilaian  terhadap  suatu  hal.  Karya   kritik
memberikan penilaian  terhadap  suatu hal berdasarkan kefaktualan hal tersebut. Fakta
yang ada dalam materi kritik semata-mata disampaikan tentang kelebihan dan kekurangan
yang  ada tanpa  menambah atau mengurangi keberadaan yang sesungguhnya. Karena  itu
menurut  keberadaannya  kritik  dibedakan menjadi dua kenyataan, yaitu (a) Kritik Obyektif,
adalah jenis kritik yang benar-benar mengungkapkan materi kritik sesuai dengan keadaan
yang ada  (baik  dikatakan  baik  dan  buruk dikatakan buruk). Jenis kritik ini semata-mata
bertujuan positif (membangun) karena sebuah materi kritik dengan diketahui kelebihan dan
kekurangannya. Jika materi kritik sebuah karya tulis maka penulis akan mengetahui
keberhasilan dan kekurangan yang ada dari karyanya. Sehingga ke depan penulis tersebut
dapat meningkatkan  apa yang sudahdinyatakan berhasil dan membetulkan atau melengkapi
kekurangan yang masih ada dari  karya  tersebut. Karena itu kritik obyektif adalah jenis kritik
yang benar-benar menilai suatu hal  tanpa  berharap sedikitpun dari kelebihan dan
kekurangan yang sudah disampaikan. Kritik obyektif adalah jenis kritik yang bersifat
membangun. Misalnya buku kritik Sastra dan Esai karya HB.Yassin.

Sementara dijumpai sebuah kritik  yang  isinya  berupa  penilaian  sepihak, maksudnya
karya  kritikitik tersebut ditulis tidak berdasar pada fakta yang ada, tetapi  disebuah sisi
dilebihkan  dan di sisi lain dikurangkan  atau  sebaliknya. Berdasarkan  sajian  penilaian
tersebut  pasti  memberikan  pengaruh yang tertentu pada hal yang dikritik. Pengaruh
tersebut adalah penilaian yang tidak berlandaskan fak-ta yang ada. Misalnya jika kritik
memihak pada materi kritik  maka  akan dilebih-lebihkan, sehingga keberadaan yang
sebenarnya tidak sesuai dengan tampilan di kritik, atau sebaliknya. Dari jenis kritik ini
maka sifak kritik adalah subyektifitas (memihak).Jika materi kritik berupa sebuah karya
maka posisi kritikus  (penulis  karya kritik) sangat  menentukan  kritik jenis ini. Akan
dilebih-lebihkan  semua yang ada dalam karya tersebut dan sebaliknya jika  kritikus
pada  posisi  berlawanan  maka  semua dilemahkan (dijatuhkan). Misalnya, pada
angkatan sastra '66 banyak ditemukan karya sastra (prosa,puisi) yang disampaikan
pada buku kritik tidak sesuai dengan kenyataan, karena pada masa '66 perbedaan
antar golongan (relegius dan nonrelegigius) sangat terlihat jelas. Dua  golongan  itu
menampilkan dua tokoh sastra yang populer yaitu Taufik Ismail dari kalangan relegius
dan dari kalangan non-relegius (atheis) adalah Pramudya Ananthja Tur.

Contoh karya kritik :


Judul : Mengatasi Pelumas Mesin Agar Tidak Mudah Cair
 Analisis :

  1. Bahasa, dalam esai   tersebut  banyak  ditemukan   istilah-istilah  bidang otomotif,              misalnya,scobekers,  selloil, sellplate,  bacsell, autosell. Banyaknya  penggunaan                              kata serapan  dalam asai ini  menyebabkan pembaca sulit menguasai arti. Dampak                          yang terjadi pemahaman esai kurang obtimal, misalnya dalam kalimat :
    1. Penggunaan scobekers yang kurang perawatan khususnya tentang perhatian                         autosell, maka kendaraan agar awet.
    2. Bacsell sebuah mobil condong lebih lambat aus jika dibandingkan dengan                         bacsell motor.
    3. Sellplate sebuah mobil sering tidak mendapat perhatian pemilik otomotif.                         Bentuk serapan yang tak dapat dihindari dalam esai ini  merupakan  buktyi                         bahwa dunia  otomitiv  memang  mempunyai  kekhususan  utamanya dalam                penggunaan  bahasanya. 
  1. Isi, mengungkapkan tentang manfaat perawatan otomotif  yang  baik. Diuraikan                                  dalam esai ini bahwa perawatan yang baik  dari  sebuah       kendaraan   bermotor.