Tentang Mati
Mungkinkah mati itu tidur, hanyalah mimpi,
dan gambaran bahagia luput seperti hantu berlalu ?
segala kesenangan fana seakan-akan khayali,
betapa pun hemat kita: matilah terperih antara pilu
Alangkah anehnya: insan harus mengembarai bumi,
Dan walau hidup serba sengsara, namun masih saja
Setia dijalannya keras dan tak ayal berani sendiri
menatap bencana nanti, yang hakikatnya bangun belaka.
Karya Johan Keats
Sumber : Puisi Dunia 2, 1993
Memahami karya puisi tidak dapat disamakan dengan memahami karya prosa (cerpen, novel)
karena puisi adalah karya sastra yang memiliki perbedaan khusus dengan karya prosa, yaitu:
1) Bahasa puisi adalah bahasa imajinatif, artinya kekuatan kata puisi membutuhkan penafsiran
khusus ( satu kata dalam deretan baris puisi mungkin sama dengan beberapa kalimat dalam
bahasa karya prosa).
2) Puisi meletakan maknanya selain berada dalam deretan kata juga berada di balik kata-kata
yang memerlukan penafsiran, karena kata puisi dapat dimaknai secara langsung (makna kata
berkaitan dengan deretan baris atau bait puisi (diksi) dan juga dapat dimaknai di luar deretan
baris atau bait puisi (berada di luar puisi itu sendiri atau nosinya).
3) Penyampaian isi puisi disajikan secara tersirat bukan tersurat, karena itu pemaknaannya men
cakum unsur dalam dan di luar puisi itu sendiri.
4) Isi puisi yang dapat ditemukam kadang di dukung oleh banyak hal, misalnya suasana, bahasa
serta unsur bandingan jika hal itu dilinatkan dalam karya puisi.
Karena hal di atas, maka memahami karya puisi kita dapat melihat sejarah satra Indonesia khususnya
untuk memilah karya puisi tersebut. Dalam sastra Indonesia dapat dikelompokkan dalam puisi lama,
baru dan puisi moderen (kotemporer).
Coba anda pilah beberapa contoh puisi sesuai pengelompokkan zaman sastra Indonesia di atas, serta
kan beberapa contoh sebagai dasar pembahasan !
Mimpi
BalasHapusKetika sang fajar berganti bulan
Ketika awan berganti bintang
Menghias langit petang
Ketika itu
Sang ciptaanNYA mulai menutup mata
Mulai datang di dalam dunia fana
Dunia yang tidak nyata
Dari mimpi bias kubayangkan
Kegembiraanku
Namun terbayangkan
Begitu indah dan menyenangkan
Hafieludin yusuf rizana
Pcp’10 /07
Guru
BalasHapusFajar kembali dari tidurnya
Burung burung berterbangan
Langit biru berhiaskan awan
Engkau berangkat dari perlindunganmu
Mengayuh sepeda tuamu
Berangkat tanpa memikirkan waktu
Menuju anak didikmu
Tak pernah terlintas di benakmu
Untuk mengharap imbalan dari mereka
Engkaulah
Pahlawan tanpa tanda jasa
Renanda K
Pcp’10 /14
GUNDAH
BalasHapuskuberjalan di kegelapan malam
mencari tujuan hidupku
aku mulai merasa takut
di hantui kesedihan ini
mengapa aku hidup di dunia
aku tak tahu mengapa semua terjadi
kucoba lupakan semua memori kita
tak ingin hidupmu kembali di hidupku
tuk selamanya
farid rozaq l PCP/5
Petani
BalasHapusKau seakan tak pernah lelah
Untuk mengurai tanah-tanah gemburmu
Walau sakit terasa dipikul
Walau hati tercabik-cabik
Kau tetap ayunkan setiap cangkul
Jasamu begitu besar
Begitu besar
Hingga takkan pernah terbayarkan
Rigen Adi K.
PCP'10/15
ASA
BalasHapusKutatap awan di langit tinggi
meraba hari tiada henti
tak takut menerjang badai
panjatkan harapan pada-Nya
jatuh jangan terlalu dalam
usap air mata itu
bangkitlah menuju kenyataan
berharap awan tertangkap basah
Canindera Costa
PCP 10'/04
..dia untuk yang kupunya..
BalasHapussesuatu yang kupunya butuh dia..
sesuatu yang kupunya kangen dia..
sesuatu yang kupunya sayang dia..
sesuatu yang kupunya sakit tanpa dia..
sesuatu yang kupunya hancur tanpa dia..
dia memberi cinta pada yang kupunya..
cinta dia indah,
mengalahkan indahnya bunga lili yang sedang mekar.
ketulusan dia sempurna,
sesempurna mentari pagi yang menjemput kalbu.
tatapan dia manis,
semanis wajahnya.
tak heran, sesuatu yang kupunya memilih dia.
sesuatu yang kupunya itu bernama 'HATI'
oleh : Satrio Herlambang Adi Pangestu (PCP'10/16)
sekolahku
BalasHapusoh sekolahku
sungguh indah lingkunganmu
sungguh rimbun pepohonanmu
tempat dimana aku menuntut ilmu
wahai sekolahku
aku disini bersama teman-temanku
untuk mendapat pengetahuan dari bapak ibu guruku
aku akan berusaha untukmu
untuk menjaga kebersihan lingkunganmu
dari tangan yang tak bertanggung jawab itu
agar mereka tau
apa arti kebersihan itu..
oleh: feisal alfi nusha (PCP10/06)
BUMI NUSANTARAKU
BalasHapusHamparan padi menguning
Sungai2 mengalir deras
Menjadi rumah para ikan
Laut yg luas dan tenang
Indah mempesona
Bukit, gunung, hutan yg hijau membawa keramahan
Itu lah ibu ku
Ibu pertiwi ku
Bumi nusantara ku
Tapi kini ibu ku terampas
Padi kita menguning tapi mrk dsna kelaparan
Sungai2 kita penuh ikan tapi mrk dsna kekurangan gizi
Ibu kita marah
Laut tenang itu membuncah meminta jawaban
Bukit kita hilang keramahannya, menelan anak2nya
Gunung2 itu menolak tenang, meluapkan emosinya, meminta jawaban
Meminta jawaban kepada kita
Anak2nya
Ibu ku
Ibu pertiwi ku
Bumi nusantara ku
Maaf kan lah kami anak2 mu
Kami naif, kami berdosa
Kami ingin segenap maaf dari mu, agar menjadi ridho bg kami menjalani hidup km
Kami berjanji akan menjaga mu ibu
Akan menjaga mu ibu
Akan menjaga mu ibu
Laras/pcp'10 no.09
SENDIRI
BalasHapusdiam ku tak berkata
hening ku tak bersuara
kosong...
sunyi...
sendiri aku sendiri
Anisa Dyan P. (pcp'10/02)
di dalam ruang hitam yang gelap
di mana aku
terlalu dingin dan sepi disini
tak kutemukan cahaya terang
haruskah aku berjalan mencarinya
tapi kemana, kemana teman
aku tak tahu, aku tak mengerti
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSAHABAT
BalasHapusSahabat tak ubahnya air
Yang mampu menghilangkan dahaga selagi hati kekeringan
Dengan tetesan....gemericik-nya mampu memberi suara indah
Menjadi penyemangat....
Sahabat tak ubahnya atmosfer
Yang melindungi semua makhluk di bumi
Dengan meredam sebuah energi besar
Menjadi sumber dari segala kehidupan
Arief Rahmawan
PCP'10/03
si dia
BalasHapustak mungkin kuanggap indah bulan
indah senyum secerah pelangi
laku pelan bak awan langit
bak awan langit terkadang gelap
beradaku sebuah cahaya
cahaya pelangi yang tak lelahnya
tak lelahku denganmu
disanalah tuhanku berada
disinilah ku memohon
dialah inginku.
M Dandy Brilliantono ( PCP / 11 )
si dia
BalasHapustak mungkin kuanggap indah bulan
indah senyum secerah pelangi
laku pelan bak awan langit
bak awan langit terkadang gelap
beradaku sebuah cahaya
cahaya pelangi yang tak lelahnya
tak lelahku denganmu
disanalah tuhanku berada
disinilah ku memohon
dialah inginku.
M Dandy Brilliantono ( PCP / 11 )
BIDADARI
BalasHapusentah dari mana datangmu
tapi ku selalu menunggu akan kedatanganmu
tak mungkiin kau datang di tengah rerimbunan orang
hanya datang pada kesunyian petang
tak ingin seseorang pun melihatmu
meski kau hanyalah sebuah maya
kau bukanlah sebuah fana
hanyalah sebuah kata-kata
yang takkan pernah nyata
kau
hanyalah sebuah rahasia
yang datang dari surga
Hanindito SP (pcp'10\08)
PAHLAWAN
BalasHapusKau hidup pada masa lalu
Tak membela negaramu
Tak peduli pada nyawa
Yang mungkin hilang
Kau hanya pasrah pada kenyataan
Hanya berjuang
Membela tanah beta
Tanpa kenal lelah
Meski timah panas menembus dada
Kau tetap hidup
Dalam kenangan
Rachmad Firdhaus Pujiantara (pcp'10/13)
kesepian
BalasHapusdalam kesunyian malam
ku sendiri
di tengah kegelapan
termenung
melihat bintang - bintang
terang benderang
di antara angin yang berhembus
ku terdiam
tanpa teman
naufal pcp 10 12
SENDIRI
BalasHapusdiam ku tak berkata
hening ku tak bersuara
kosong...
sunyi...
sendiri aku sendiri
di dalam ruang hitam yang gelap
di mana aku
terlalu dingin dan sepi disini
tak kutemukan cahaya terang
haruskah aku berjalan mencarinya
tapi kemana, kemana teman
aku tak tahu, aku tak mengerti
Anisa Dyan Pratiwi PCP'10/2
KEINGINANKU
BalasHapusAku ingin menggapai-Mu
Beri aku sedikit petunjuk
Tuk menggapai cita-citaku
Aku hanya insan biasa
Yang hanya bisa berusaha dan berdo'a
Ku tak pernah lelah
Tuk memohon pada-Mu
Beri aku kesempatan
Tuk belajar di jalan-Mu
Agar aku menjadi anak yang pandai dan cerdas
Amelia Ramadhani (PCP 2010/01)
Mimpi
BalasHapusKetika sang fajar berganti bulan
Ketika awan berganti bintang
Menghias langit petang
Ketika itu
Sang ciptaan-NYA mulai menutup mata
Mulai datang di dalam dunia maya
Dunia yang tidak nyata
Dari mimpi bisa kubayangkan
Kegembiraanku
Namun terbayangkan
Begitu indah dan menyenangkan
Hafieludin yusuf rizana
Pcp’10 /07
Nama : Tiara Ratna Sari
BalasHapusKelas : XI IPA 3 /28
Analisis puisi nomer 07
yang berjudul MIMPI
Bahasa yang di gunakan imajinatif karena memerlukan penefsiran terlebih dahulu, seperti:
Ketika sang fajar berganti bulan. Yang berarti bergantinya matahari dengan bulan, yaitu menjelang malam.
Hanna Rasyida
BalasHapusXI IPA 3 - 12
Puisi 'Pahlawan'
Puisi ini menurut saya termasuk puisi yang imajinatif, karena ada beberapa kata yang bermakna konotasi. Contohnya pada kata : timah panas yang mengandung arti peluru.
Nama : Rizka Ahmadea P.M.
BalasHapusKelas : XI IPA 3
No. Absen : 26
Analisis puisi nomer 06 yang berjudul Sekolahku
Bahasa yang digunakan lugas, sederhana, yang tidak memerlukan penafsiran untuk pembaca. Bisa disebut puisi picisan.
Tentang Mati
BalasHapusMungkinkah mati itu tidur, hanyalah mimpi,
dan gambaran bahagia luput seperti hantu berlalu ?
segala kesenangan fana seakan-akan khayali,
betapa pun hemat kita: matilah terperih antara pilu
Alangkah anehnya: insan harus mengembarai bumi,
Dan walau hidup serba sengsara, namun masih saja
Setia dijalannya keras dan tak ayal berani sendiri
menatap bencana nanti, yang hakikatnya bangun belaka.
Analisis Puisi
Nama : Chairah Laily
Kelas : XI IPA 3 - 05
Menurut saya puisi di atas termasuk puisi imaginatif karena bahasa yang digunakan cukup sulit untuk dipahami dan memunculkan banyak penafsiran
Contoh kata Fana :dunia tidak nyata , dunia berbeda dengan dunia kehidupan
Nama: Dini Apriliani
BalasHapusKelas: XI IPA 3 - 09
Puisi karangan: M. Dandy - PCPT 2010
Si Dia
Tak mungkin kuanggap indah bulan
Indah senyum secerah pelangi
Laku pelan bak awan langit
Bak awan langit terkadang gelap
Beradaku sebuah cahaya
Cahaya pelangi yang tak lelahnya
Tak lelahku denganmu
Disanalah tuhanku berada
Disinilah ku memohon
Dialah inginku.
Analisis:
Puisi diatas merupakan bukan merupakan puisi picisan. Karena tidak mudah dipahami. Bahasa yang digunakan tidak menggambarkan secara gamblang isi yang dimaksud oleh pengarang.
Nama : Innanda R
BalasHapusKelas : XI IPA 3
Absen : 15
Mengomentari puisi dari Satrio Herlambang Adi Pangestu (PCP'10/16)yang berjudul
dia untuk yang kupunya..
sesuatu yang kupunya butuh dia..
sesuatu yang kupunya kangen dia..
sesuatu yang kupunya sayang dia..
sesuatu yang kupunya sakit tanpa dia..
sesuatu yang kupunya hancur tanpa dia..
dia memberi cinta pada yang kupunya..
cinta dia indah,
mengalahkan indahnya bunga lili yang sedang mekar.
ketulusan dia sempurna,
sesempurna mentari pagi yang menjemput kalbu.
tatapan dia manis,
semanis wajahnya.
tak heran, sesuatu yang kupunya memilih dia.
sesuatu yang kupunya itu bernama 'HATI'
Puisi diatas termasuk puisi picisan karena puisi diatas mudah dipahami maknanya. Bahasa yang digunakan mudah dipahami.
almas nur s. P.
BalasHapusXi ipa 3 no absen 4
puisi 'bumi nusantara'
menurut saya puisi ini adalah puisi picisan karena bahasanya mudah dimengerti
tetapi ada beberapa kata yg bermakna konotasi. Ibu pertiwi : negeri lalu naif : munafik
Nama : Dina Restu
BalasHapusKelas : XI IPA 3 / 08
Analisis puisi nomer 03 yang berjudul SAHABAT
Bahasa yang digunakan imajinatif yaitu harus memerlukan penafsiran terlebih dahulu, contohnya: Sahabat tak ubahnya atmosfer.
Arti dari baris puisi diatas adalah Sahabat akan saling melindungi.
Hanna Rasyida
BalasHapusXI IPA 3 - 12
Puisi "Pahlawan"
Puis ini menurut saya termasuk puisi yang imajinatif, karena ada beberapa kata yang bermakna konotasi namun masih mudah dipahami pembaca.
contohnya kata konotasi terdapat pada kata:
-timah panas = peluru
- tanah beta = tanah air
*analisis Refisi
Nama : Riza Norma Septiarini
BalasHapusKelas : xi ipa 3
Absen : 25
Saya akan menganalisi bahasa mengenai puisi "asa" :
Puisi tersebut merupakan puisi picisan karena kata-kata yang digunakan lugas dan tidak sukar serta bahasa yang dipakai sederhana sederhana sehingga mudah dipahami oleh para pembaca
Nama : Rima Rizky
BalasHapusKelas : XI IPA 03 / 23
Analisis puisi nomer 14 yang berjudul GURU
Bahasa yang digunakan imajinatif yaitu memerlukan penafsiran terlebih dahulu, seperti : fajar kembali dari tidurnya, yang artinya matahari mulai muncul(pagi hari).
Nama : Yuni Puspitasari
BalasHapusKelas : XI IPA 3
No.Ab : 30
Menganalisis Puisi
GUNDAH
kuberjalan di kegelapan malam
mencari tujuan hidupku
aku mulai merasa takut
di hantui kesedihan ini
mengapa aku hidup di dunia
aku tak tahu mengapa semua terjadi
kucoba lupakan semua memori kita
tak ingin hidupmu kembali di hidupku
tuk selamanya
Puisi ini termasuk dalam puisi yang berbobot sedang, karena bahasa yang digunakan cukup imajinatif namun masih ada yang sederhana. Ada beberapa kata yang mempunyai banyak penafsiran, namun ada juga yang mudah dimengerti.
Nama. : Mayrena Putri K.
BalasHapusKelas. : XI IPA 3 - 17
Kesepian
Dalam kesunyian malam
Ku sendiri
Di tengah kegelapan
termenung
Melihat bintang - bintang
terang benderang
Di antara angin yang berhembus
ku terdiam
tanpa teman
Analisis :
Puisi di atas merupakan jenis puisi picisan karena bahasa dan penjelasannya mudah dipahami.Pembaca dapat mudah membaca dan memahami sehingga mengerti arti yang dimaksud pengarang.
Terima Kasih
afrinia ruth dhearitza lambey
BalasHapusxi ipa 3 absen 2
puisi 'petani'
Bahasa yang digunakan lugas,
sederhana, yang tidak
memerlukan penafsiran untuk
pembaca. Bisa disebut puisi picisan.
Nama : Hesti Fahrunisa
BalasHapusKelas : XI IPA 3
No.Ab : 13
Menganalisis Puisi
SENDIRI
diam ku tak berkata
hening ku tak bersuara
kosong...
sunyi...
sendiri aku sendiri
di dalam ruang hitam yang gelap
di mana aku
terlalu dingin dan sepi disini
tak kutemukan cahaya terang
haruskah aku berjalan mencarinya
tapi kemana, kemana teman
aku tak tahu, aku tak mengerti
Puisi ini termasuk dalam Puisi Imajinatif atau yang berbobot. Karena bahasa yang digunakan cukup sulit untuk di pahami dan menimbulkan banyak penafsiran. Pembaca mungkin akan kesulitan untuk menafsirkannya.
NAMA : SHINTYA TRI DESVIA MIASARI
BalasHapusKELAS : XI IPA 3
NO. ABSEN : 27
Puisi berjudul DOA karya Chairil Anwar
DOA
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
analisis :
Bahasa yang di gunakan dalam puisi tersebut adalah lugas. Artinya bahasa tersebut sederhana dan tidak ada kata sukar didalamnya, sehingga memudahkan pembaca untuk membacanya.
Nama : Daneswari Mahayu. W
BalasHapusKelas : XI IPA 3
Absen : 06
Menganalisis Puisi
KEINGINANKU
Aku ingin menggapai-Mu
Beri aku sedikit petunjuk
Tuk menggapai cita-citaku
Aku hanya insan biasa
Yang hanya bisa berusaha dan berdo'a
Ku tak pernah lelah
Tuk memohon pada-Mu
Beri aku kesempatan
Tuk belajar di jalan-Mu
Agar aku menjadi anak yang pandai dan cerdas
Komentar :
Puisi tersebut dapat digolongkan sebagai puisi picisan. Bahasa yang digunakan lugas, sehingga mudah dipahami.
Nama : Risky Dwi .V
BalasHapusKelas : XI IPA 3 / 24
Menganalisis Puisi
BIDADARI
entah dari mana datangmu
tapi ku selalu menunggu akan kedatanganmu
tak mungkiin kau datang di tengah rerimbunan orang
hanya datang pada kesunyian petang
tak ingin seseorang pun melihatmu
meski kau hanyalah sebuah maya
kau bukanlah sebuah fana
hanyalah sebuah kata-kata
yang takkan pernah nyata
kau
hanyalah sebuah rahasia
yang datang dari surga
Analisis :
Puisi tersebut termasuk puisi imajinatif. Bahasa yang digunakan perlu penafsiran, seperti
meski kau hanyalah sebuah maya
kau bukanlah sebuah fana
Namun, ada juga yang mudah dimengerti.
Anindea Revita
BalasHapusXI IPA 3 / 32
Benteng - Taufiq Ismail
Sesudah siang panas yang meletihkan
Sehabis tembakan-tembakan yang tak bisa kita balas
Dan kita kembali ke kampus ini berlindung
Bersandar dan berbaring, ada yang merenung
Di lantai bungkus nasi bertebaran
Dari para dermawan tidak dikenal
Kulit duku dan pecahan kulit rambutan
Lewatlah di samping Kontingen Bandung
Ada yang berjaket Bogor. Mereka dari mana-mana
Semuanya kumal, semuanya tak bicara
Tapi kita tldak akan terpatahkan
Oleh seribu senjata dari seribu tiran
Tak sempat lagi kita pikirkan
Keperluan-keperluan kecil seharian
Studi, kamar-tumpangan dan percintaan
Kita tak tahu apa yang akan terjadi sebentar malam
Kita mesti siap saban waktu, siap saban jam.
1966
Analisis puisi
Menurut saya puisi ini termasuk dalam puisi imajinatif karena bahasa yang digunakan sukar dimengerti oleh pembaca. Contohnya kata "saban" dan "tiran"
Nama : Adelia Rahma Fadhilah
BalasHapusKelas : XI IPA 3
Absen : 01
Puisi "Buah Rindu" karya Amir Hamzah
Buah Rindu 1
Dikau sambur limbur pada senja
Dikau alkamar purnama raya
Asalkan kanda bergurau senda
Dengan adinda tajuk mahkota.
Di tuan rama-rama melayang
Di dinda dendang sayang
Asalkan kanda selang-menyelang
Melihat adinda kekasih abang.
Ibu, seruku ini laksana pemburu
Memikat perkutut di pohon ru
Sepantun swara laguan rindu
Menangisi kelana berhati mutu.
Kelana jauh duduk merantau
Di balik gunung dewala hijau
Di seberang laut cermin silau
Tanah Jawa mahkota pulau ….
Buah kenanganku entah ke mana
Lalu mengembara ke sini sana
Haram berkata sepatah jua
Ia lalu meninggalkan beta.
Ibu, lihatlah anakmu muda belia
Setiap waktu sepanjang masa
Duduk termenung berhati duka
Laksana Asmara kehilangan seroja.
Bonda waktu tuan melahirkan beta
Pada subuh kembang cempaka
Adakah ibu menaruh sangka
Bahwa begini peminta anakda?
Wah kalau begini naga-naganya
Kayu basah dimakan api
Aduh kalau begini laku rupanya
Tentulah badan lekaslah fani.
Analisis Puisi :
Menurut saya, puisi "Buah Rindu" karya Amir Hamzah ini termasuk puisi imaginatif karena banyaknya kata-kata konotasi dan sukar dimengerti maknanya, contohnya "
Dikau sambur limbur pada senja".
malam sepi yang sunyi
BalasHapusHatiku terang menerima kata-Mu
Bagai bintang memasang lilinnya
Kalbuku terbuka menunggu kasih-Mu
Bagai sedap alam menyibak kelopak
Aduh, kekasihku
Isi hatiku dengan kata-Mu
Penuhi dadaku dengan cahayamu
biar bersinar mataku sendu,
biar berbinar galakku rayu!
Cia
Analisis puisi : menurut saya , puisi ini termasuk puisi imaginatif karena banyak kata-kata konotasi seperti "Penuhidadaku dengan cahayamu."
nama: edo praditya
BalasHapuskelas: XI ipa 3/10
Malam Sepi yang Sunyi
Hatiku terang menerima kata-Mu
Bagai bintang memasang lilinnya
Kalbuku terbuka menunggu kasih-Mu
Bagai sedap alam menyibak kelopak
Aduh, kekasihku
Isi hatiku dengan kata-Mu
Penuhi dadaku dengan cahayamu
biar bersinar mataku sendu,
biar berbinar galakku rayu!
Cia
Analisis puisi : menurut saya , puisi ini termasuk puisi imaginatif karena banyak kata-kata konotasi seperti "Penuhi dadaku dengan cahayamu."
Nama : Redityo Abadi
BalasHapuskelas/absn : 11 Ipa3 / 22
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak, “jangan injak aku!”
Langit melotot, “jangan menatapku!”
Pohon mengusir, “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik , “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki, “bodoh, aku tak bisa member apa-apa!”
Hujan mengejek, “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru, “ sudah, tetaplah di kegelapan !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah,
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya …”
Analisis puisi : menurut saya puisi karya Normalita termasuk puisi imajinatif karna terdapat kalimat memerlukan penafsiran terlebih dahulu, seperti : Aku berjalan di gelap jiwa
Nama : Ainur Rafi Satria
BalasHapusKelas : 11 ipa 3
Absen : 03
Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkn
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
Analisis puisi : Menurut saya Puisi diatas termasuk puisi picisan karena mudah dipahami maknanya. Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh para pembacanya
nama:iman akbar
BalasHapuskelas:XI IPA 3
nomor:31
Elegi buat Sebuah Perang Saudara
Dengan mata dingin dia turun ke medan
Di bahunya tegar tersilang hitam senapan
Dengan rasa ingin ditempuhnya perbukitan
Mengayun lengan kasar berbulu dendam
Angin pun bagai kampak sepanjang hutan
Bukit-bukit dipacu atas kuda kelabu
Dada dan lembah menyenak penuh deram
Di ujung gunung lawannya sudah menunggu
Terurai kendali kuda, merentak ringkiknyaDi kaki langit teja mengantar malam tembagaLuluhlah senja dalam denyar. Api mesiuDi ujung gunung lawan rebah telungkup bahu
Angin tak lagi menderu tapi desah tertahan
Dengan kaki sombong dibalikkannya lelaki itu
Ketika senja berayun malam di dahan-dahan
Angin pun menggigiti kulit bagai gergaji
Telentang kaku di bumi. Telah dibunuh adik sendiri.
analisis puisis:
puisis di atas termasuk puisi imaginatif karena makna puisis diatas sulit untuk dimengerti
nama:inyoman dana
BalasHapuskls: ipa3
absen:14
Potret di Beranda
Di beranda rumah nenekku, di desa Baruh Potretku telah tergantung 26 tahun lamanya Bersama gambar-gambar sulaman ibuku Dibuatnya tatkala masih perawan
Di dapur rumah nenekku, nenekku renta Tergolek drum tua pemasak kerupuk kulit Di atasnya sepasang tanduk hitam berdebu Kerbau bajak kesayangan kakekku
Kerupuk kulit telah mengirim ibuku Sekolah ke kota, jadi guru Padi, lobak dan kentang ditanam kakekku Yang disulap subur dalam hidayat Dijunjung dan dipikul ke pasar Dalam dingin dataran tinggi Karena ibuku yang mau jadi guru
Dan ibuku bertemu ayahku Yang dikirim nenekku ke surau menyabit ilmu Dengan ikan kolam, bawang dan wortel Di ujung cangkul kakekku kukuh Yang kembang dan berisi dalam rahmat Terbungkuk-bungkuk dijunjung di hari pekan Karena ayahku mau jadi guru
Maka lahirlah kami berenam Dalam rahman Dalam kesayangan Dalam kesukaran Di beranda rumah nenekku, di desa Baruh Potretku telah tergantung 26 tahun lamanya Bersama gambar-gambar buatan ibuku Disulamnya tatkala masih perawan.
analisis puisi:
menurut saya puisi diatas maknanya mudah dimengerti dan kalimatnya tidak ada yang susah dimengerti
Nama : Willi Diaz
BalasHapusKelas: XI IPA 3 - 29
Sebuah Jaket Berlumur Darah
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai kemana-manaMelalui kendaraan yang melintasAbang-abang beca, kuli-kuli pelabuhanTeriakan-teriakan di atap bis kota, pawai-pawai perkasaProsesi jenazah ke pemakamanMereka berkataSemuanya berkataLANJUTKAN PERJUANGAN!
analisis puisi :
Menurut saya puisi diatas termasuk puisi picisan karena mudah dipahami maknanya. Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh para pembacanya
Nama : Mohan Bhakti
BalasHapusKelas : XI IPA 3
No. Absen : 19
Percakapan Angkasa
“Siapa itu korban di bumi
Hari ini?”
Tanya Awan
Pada Angin
“Seorang anak muda
Dia amat berani,”
Jawab Angin
“Berembuslah kau, dan hentikan saya
Tepat di atas kota ini.”
Awan dan Angin
Berhentilah siang hari
Di atas negeri ini
“Wahai, teramat panjangnyaArakan jenazahDi bawah!Raja manakah kiranyaYang wafat itu?”
“Bukan raja,”
Jawab Angin
“Pangeran agaknya?”
“Pangeran bukan
Dia hanya kawula biasa
Seorang anak muda.”
“Tapi mengapa begitu banyak Orang berjajar di tepi jalan Ibu-ibu membagikan minuman Di depan rumah-rumah mereka Orang-orang melontarkan buah-buahan Dalam arak-arakan Dan saya lihat pula Mereka bertangisan Di kuburan Siapa dia sebenarnya Wahai Sang Angin?”
“Dialah anak muda Yang perkasa Di antara kawan-kawannya Yang terluka Dia telah mendahului Menghadap Ilahi Seluruh negeri ini Mengibarkan bendera nestapa Baginya Menangisi kepergiannya Dalam duka
Seluruh negeri ini Yang terlalu lama dizalimi Telah belajar kembali Untuk menjadi berani Dalam berbuat Untuk menjadi berani Menghadapi mati.”
Kata Sang Awan pula:“Sangat menarik sekaliKisahmu, ya AnginTapi sebelum kita pergiMengembara ke bagian bumi yang lainKatakan pada saya
Karena kau tahu banyak
Tentang negeri ini
Katakan pada saya
Untuk apa anak muda itu mati?”
Sang Angin tersenyum dan berkata:
“Untuk dua patah kata, dia
Rela mati
Dalam usia muda sekali.”
“Apa gerangan itu?”Tanya Sang Awan
“Menegakkan Kebenaran,”sahut Sang Angin“Dan Keadilan.”
Dan mereka berdua
Mulailah ngembara lagi
Sementara senja
Turun ke bumi
analisis puisi : Menurut saya puisi diatas termasuk jenis puisi imaginatif karena bahasanya susah untuk dimengerti
Nama : Erik Dwi Putro
BalasHapusKelas: XI IPA 3 - 11
Senja Di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Karya : Chairil Anwar
analisis puisi :
Menurut saya puisi diatas termasuk puisi imaginatif karena sulit dipahami maknanya.
Bahasa yang digunakan juga sulit dipahami oleh para pembacanya.
nama: luh jingga S.
BalasHapuskelas/no: XI IPA 3/16
Karangan Bunga
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu.
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang di tembak mati
siang tadi’
Alma Mater, janganlah bersedih
Bila arakan ini bergerak pelahan
Menuju pemakaman
Siang ini
Anakmu yang berani
Telah tersungkur ke bumi
Ketika melawan tirani
ANALISIS PUISI:
Menurut saya Puisi diatas termasuk puisi picisan karena mudah dipahami maknanya. Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh para pembacanya .
NAMA : M FIRMAN
BalasHapusKELAS : XI IPA 3/18
Dalam gerimis
Segugus kapuk randu Melayang
dalam hujan Menyambung suara
bumi berbisik. Tertengadah Pohon-
pohon bungur berbunga ungu
Langit yang mekar dalam hujan
pertama
Pohon bungur menyebarkan warna
ungu Sepanjang jalan raya Angin
yang mengetuk mendung. Di atas
kota Menjelang gugus malam
Musim kemarau berbisa Deretan
sedih pohon jeungjing Sepanjang
tebing
Di langit nyaris lembayung.
Kawanan Kelelawar beterbangan ke
tenggara Kawat-kawat telepon
berjajaran menghitami Cakrawala
yang retak warna Kota dalam
sayatan jingga Kelelawar dan kapuk
randu Melayang dalam gerimis Di
atas rimba kotaku
Dahan gladiola telanjang dan
menggigil Memanjang padang yang
gelisah Dari selatan seakan ada yang
memanggil Ini hanya sementara,
akan membentang Musim lebih
parah Mendung mengucur pelahan
Dengan kaki-kaki ramping Dan
gerimis berlompatan Di pipi sungai.
Sungai pedalaman yang jernih
Kijang-kijang istana berlarian
Berkerisik dalam pusingan dedaun
coklat
Tangan yang mengacung ke langit
Dengan jari-jemari mengembang
Meninggi dalam bisa kemarau yang
panjang Sejarah berjalan
terbungkuk, di padang ini
Menyalakan kemarau dan gunung
api Kemudian menuliskan namanya
Pada tangga waktu
Di langit sudah lembayung Kapuk
randu melayang dalam gerimis Dan
kelelawar bergayutan di puncak
hutan Jajaran jendela luka Yang
tertutup dan menanti Suara
memanggil. Walau terhenti Dalam
menggigil Kapuk randu bergugusan
Melayangi gerimis malam.
Analisis puisi :
Menurut saya puisi diatas termasuk
puisi imaginatif karena sulit dipahami
maknanya.
Bahasa yang digunakan juga sulit
dipahami oleh para pembacanya.
Hasil koreksi tugas Analisis Puisi ada 3 kelompok
BalasHapuspenilaian :
I. Lulus: hasil analisis sesuai dengan ketentuan
mengerjakan (puisi pilihan,waktu yang
ditetapkan dan bukti analisis bahasa
puisi), yaitu no. absen kelas XI/p.3:
1,4,5,12,28,32 NILAI : B = 85
II Lulus Pengayaan (Remidi 1), yaitu np.absen:
6,9,13,15,17,23,24,25,26,27,30
(Cara menjawab salah, tidak ada bukti
analisis puisi )
III. Tidak Lulus karena :
a. puisi bukan ketentuan
b, melebihi jam posting
c, Yaitu no. absen : 3,10,11,14,16,18,19,22
29,31.
(BAGI MEREKA MASIH DAPAT MEREVISI TUGASNYA, PALING LAMBAT TGAL 1 APRIL JAM POSYING TERAKHIR
13,00).
Nama. : Mayrena Putri K.
BalasHapusKelas. : XI IPA 3 - 17
Kesepian
Dalam kesunyian malam
Ku sendiri
Di tengah kegelapan
termenung
Melihat bintang - bintang
terang benderang
Di antara angin yang berhembus
ku terdiam
tanpa teman
Analisis :
Puisi di atas merupakan jenis puisi picisan karena bahasa dan penjelasannya mudah dipahami.Pembaca dapat mudah membaca dan memahami sehingga mengerti arti yang dimaksud pengarang.
Koreksi Analisis :
Puisi di atas merupakan jenis puisi picisan karena kata dan bahasa yang digunakan tergambar secara jelas sehingga pembaca dapat memahami maksud pengarang.
Sebagai contoh kata-kata seperti 'termenung' dan 'terang-benderang' yang mempunyai arti 'melamun' dan 'terang'adalah contoh kata yang dapat dipahami dengan mudah.
Terima Kasih
Koreksi analisis puisi 'sendiri'
BalasHapusNama : Hesti Fahrunisa
Kelas : XI IPA 3 / 13
Puisi ini termasuk dalam puisi imajinatif atau yang berbobot. Karena ada beberapa kata yang bermakna konotasi. Bahasanya juga masih bisa dipahami. Contoh kata : hening ku tak bersuara maksudnya sepi
NAMA : RYAN SANCHIA
BalasHapusKELAS : XI/IPA 3
ABSEN : 33
Aviasi
Sebuah heli melayang-layang Pada siang yang panas Di langit ibu kota
Berjuta mata memandang Tengadah ke atas Tak lagi bertanya-tanya
Setiap kita jumpa di jalan Sejak jam lima tadi pagi Tak ada yang bimbang lagi Telah kita lumpuhkan urat nadi Sepi dan tegang di jalanan.
ANALISIS
Puisi ini mengandung unsur konotasi, kata-kata nya mudah dipahami oleh pelajar seperti kita khusus nya tingkat SMA
dini apriliani
BalasHapusxi ipa 3 absen 9
puisi 'si dia'
puisi ini termasuk puisi imajinatif
karena sulit dimengerti dan saya
tdk mengerti arti dari puisi tsb
contohnya pada kalimat 'beradaku sebuah cahaya'
Nama : Erik Dwi Putro
BalasHapusKelas: XI IPA 3 - 11
Senja Di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Karya : Chairil Anwar
analisis puisi :
Menurut saya puisi diatas termasuk puisi imaginatif karena sulit dipahami maknanya.
Bahasa yang digunakan juga sulit dipahami oleh para pembacanya.
koreksi analisis puisi :
Menurut saya puisi diatas termasuk puisi imaginatif karena sulit dipahami maknanya.
Bahasa yang digunakan juga sulit dipahami oleh para pembacanya. contohnya : (Gerimis mempercepat kelam)dan (menghembus diri)
Nama : Redityo Abadi
BalasHapuskelas/absn : 11 Ipa3 / 22
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak, “jangan injak aku!”
Langit melotot, “jangan menatapku!”
Pohon mengusir, “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik , “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki, “bodoh, aku tak bisa member apa-apa!”
Hujan mengejek, “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru, “ sudah, tetaplah di kegelapan !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah,
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya …”
Analisis puisi : menurut saya puisi karya Normalita termasuk puisi imajinatif karna terdapat kalimat memerlukan penafsiran terlebih dahulu, seperti : Aku berjalan di gelap jiwa
koreksi Analisis puisi : menurut saya puisi karya Normalita termasuk puisi imajinatif karna terdapat kata konotasi dalam sebuah kalimat sehingga memerlukan penafsiran terlebih dahulu.
contohnya : Aku berjalan di gelap jiwa
Nama m azmi c
BalasHapusKelas xi-ipa 3
No absen 20
Mimbar
Dan mimbar ini telah dibicarakan Pikiran-pikiran dunia Suara-suara kebebasan Tanpa ketakutan
Dan mimbar ini diputar lagi Sejarah kemanusiaan Pengembangan teknologi Tanpa ketakutan
Di kampus ini Telah dipahatkan Kemerdekaan
Segala despot dan tiran Tidak bisa merobohkan Mimbar kami
Analisis;.
Puisi ini mengandung imajinatif.puisi ini juga mengandung sarat religius.rkata-katanya mudah dipahami.tp
Nama : Ainur Rafi Satria
BalasHapusKelas 11 ipa 3 absen 9
AKU BELUM BISA MENYEBUTMU LAGI
Oleh: Taufiq Ismail
Ya, aku belum bisa menyebut namamu lagi
Dalam surat, buku harian dan percakapan sehari-hari
Kembali seakan sebuah janji diikrarkan
Apa lagi yang dapat kita ucapkan
Seperti dulu, naraamu penuh belum bisa kusebut kini
Jauhkan daku darl kekhianatan, doaku setiap kali
Daun-daun asam mulai bermerahan dalam gugusan
Bara kemarau, lunglai dan teramat pelahan
Di atas hutan kelelawar senja beterbangan
Beratus sayap berombak-ombak ke selatan
Menyebar di atas baris-baris merah berangkat tenggelam
Dan sekian ratus senja yang kucatat jadi malam
Kabut pun bagai uban di atas hutan-hutan
Uap air tipis, merendah dari tepi-tepi
Tak sampai gerimis hanya awan berlayangan
Duh namamu penuh, yang belum bisa kusebut kini
Pada suatu hari namamu utuh akan kusebut lagi
Di titik senyap kekhianatan doaku setiap kali
Di atas baris-baris merah yang berangkat tenggelam
Sekian ribu senja kucatat jadi malam.
1964
Menurut saya puisi di atas termasuk puisi imaginatif karena bahasa yang digunakan cukup sulit untuk dipahami dan memunculkan banyak penafsiran
Contoh kata uban : rambut putih
nama:iman akbar
BalasHapuskelas:XI IPA 3
nomor:31
Elegi buat Sebuah Perang Saudara
Dengan mata dingin dia turun ke medan
Di bahunya tegar tersilang hitam senapan
Dengan rasa ingin ditempuhnya perbukitan
Mengayun lengan kasar berbulu dendam
Angin pun bagai kampak sepanjang hutan
Bukit-bukit dipacu atas kuda kelabu
Dada dan lembah menyenak penuh deram
Di ujung gunung lawannya sudah menunggu
Terurai kendali kuda, merentak ringkiknyaDi kaki langit teja mengantar malam tembagaLuluhlah senja dalam denyar. Api mesiuDi ujung gunung lawan rebah telungkup bahu
Angin tak lagi menderu tapi desah tertahan
Dengan kaki sombong dibalikkannya lelaki itu
Ketika senja berayun malam di dahan-dahan
Angin pun menggigiti kulit bagai gergaji
Telentang kaku di bumi. Telah dibunuh adik sendiri.
analisis puisis:
puisis di atas termasuk puisi imaginatif karena makna puisis diatas sulit untuk dimengerti seperti kalimat : ketika senja berayun malam
nama: edo praditya
BalasHapuskelas: XI ipa 3/10
Malam Sepi yang Sunyi
Hatiku terang menerima kata-Mu
Bagai bintang memasang lilinnya
Kalbuku terbuka menunggu kasih-Mu
Bagai sedap alam menyibak kelopak
Aduh, kekasihku
Isi hatiku dengan kata-Mu
Penuhi dadaku dengan cahayamu
biar bersinar mataku sendu,
biar berbinar galakku rayu!
Cia
Analisis puisi : menurut saya , puisi ini termasuk puisi imaginatif karena banyak kata-kata konotasi seperti "Penuhi dadaku dengan cahayamu."
NAMA : M FIRMAN
BalasHapusKELAS : XI IPA 3/18
Dalam gerimis
Segugus kapuk randu Melayang
dalam hujan Menyambung suara
bumi berbisik. Tertengadah Pohon-
pohon bungur berbunga ungu
Langit yang mekar dalam hujan
pertama
Pohon bungur menyebarkan warna
ungu Sepanjang jalan raya Angin
yang mengetuk mendung. Di atas
kota Menjelang gugus malam
Musim kemarau berbisa Deretan
sedih pohon jeungjing Sepanjang
tebing
Di langit nyaris lembayung.
Kawanan Kelelawar beterbangan ke
tenggara Kawat-kawat telepon
berjajaran menghitami Cakrawala
yang retak warna Kota dalam
sayatan jingga Kelelawar dan kapuk
randu Melayang dalam gerimis Di
atas rimba kotaku
Dahan gladiola telanjang dan
menggigil Memanjang padang yang
gelisah Dari selatan seakan ada yang
memanggil Ini hanya sementara,
akan membentang Musim lebih
parah Mendung mengucur pelahan
Dengan kaki-kaki ramping Dan
gerimis berlompatan Di pipi sungai.
Sungai pedalaman yang jernih
Kijang-kijang istana berlarian
Berkerisik dalam pusingan dedaun
coklat
Tangan yang mengacung ke langit
Dengan jari-jemari mengembang
Meninggi dalam bisa kemarau yang
panjang Sejarah berjalan
terbungkuk, di padang ini
Menyalakan kemarau dan gunung
api Kemudian menuliskan namanya
Pada tangga waktu
Di langit sudah lembayung Kapuk
randu melayang dalam gerimis Dan
kelelawar bergayutan di puncak
hutan Jajaran jendela luka Yang
tertutup dan menanti Suara
memanggil. Walau terhenti Dalam
menggigil Kapuk randu bergugusan
Melayangi gerimis malam.
Analisis puisi :
Menurut saya puisi diatas termasuk
puisi imaginatif karena sulit dipahami
maknanya.
Bahasa yang digunakan juga sulit
dipahami oleh para pembacanya.
nama: Luh Jingga S.
BalasHapuskelas/No: XI IPA 3/16
Karangan Bunga
oleh: Taufiq Ismail
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu.
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang di tembak mati
siang tadi’
Alma Mater, janganlah bersedih
Bila arakan ini bergerak pelahan
Menuju pemakaman
Siang ini
Anakmu yang berani
Telah tersungkur ke bumi
Ketika melawan tirani
analisis:
puisi ini menurut saya adalah puisi imajinatif
yang memerlukan penafsiran bagi pembaca.
contohnya adalah pada kalimat "Pita hitam pada karangan bunga" yang berarti turut berduka cita atas kematian seseorang.
Nama : Willi Diaz
BalasHapusKelas: XI IPA 3 - 29
Sebuah Jaket Berlumur Darah
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai kemana-manaMelalui kendaraan yang melintasAbang-abang beca, kuli-kuli pelabuhanTeriakan-teriakan di atap bis kota, pawai-pawai perkasaProsesi jenazah ke pemakamanMereka berkataSemuanya berkataLANJUTKAN PERJUANGAN!
analisis puisi :
Menurut saya puisi diatas termasuk puisi picisan karena mudah dipahami maknanya. Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh para pembacanya
Koreksi analisis puisi :
Menurut saya puisi diatas termasuk puisi picisan karena mudah dipahami maknanya. Bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh para pembacanya.
Contoh : kami semua telah menatapmu.
Nama : Riza Norma Setyarini
BalasHapuskelas : XI IPA 3
no.ab : 25
mengkoreksi analisis bahasa puisi Asa, menurut saya puisi tersebut puisi picisan karena kata dan kalimatnya sederhana sehingga mt
Nama : Yuni Puspitasari
BalasHapusKelas : XI IPA 3
No.Ab : 30
Mengkoreksi analisis bahasa puisi yang berjudul
GUNDAH
kuberjalan di kegelapan malam
mencari tujuan hidupku
aku mulai merasa takut
di hantui kesedihan ini
mengapa aku hidup di dunia
aku tak tahu mengapa semua terjadi
kucoba lupakan semua memori kita
tak ingin hidupmu kembali di hidupku
tuk selamanya
Menurut saya puisi tersebut merupakan puisi picisan karena apa yang dimaksud oleh pengarang mudah dipahami oleh pembaca. contohnya pada kalimat "Aku mulai merasa takut" yang berarti si pengarang memang merasa takut dan juga pada kalimat "Tak ingin hidupmu kembali di hidupku selamanya" yang berarti pengarang ingin melupakan seseorang.
nama : rima rizky y.
BalasHapuskelas : XI IPA 3 / 23
mengoereksi postingan saya yang sebelumnya tentang puisi yang berjudul GURU (puisi 14)
analisis :
menurut saya puisi tersebut adalah puisi picisan karena bahasa yang digunakan lugas,
sederhana, yang tidak
memerlukan penafsiran untuk
pembaca.
Nama : Riza Norma Septiarini
BalasHapusKelas/ abs : XI IPA 3-25
ASA
Kutatap awan di langit tinggi
meraba hari tiada henti
tak takut menerjang badai
panjatkan harapan pada-Nya
jatuh jangan terlalu dalam
usap air mata itu
bangkitlah menuju kenyataan
berharap awan tertangkap basah
SAya akan mengoreksi analisis bahasa puisi Asa, menurut saya puisi tersebut puisi picisan karena kata dan kalimatnya sederhana sehingga mudah dipahami oleh pembaca maksud pengarang tersebut. Sebagai contoh kalimat "Usap air mata itu" yang berarti menghapus air mata dan pada kalimat "Bangkitlah menuju kenyataan" yang berarti si pengarang mempunyai maksud untuk terus melanjutkan kehidupan meskipun kenyataan pahit adanya.
Nama : Mohan Bhakti
BalasHapusKelas : XI IPA 3
No. Absen : 19
Percakapan Angkasa
“Siapa itu korban di bumi
Hari ini?”
Tanya Awan
Pada Angin
“Seorang anak muda
Dia amat berani,”
Jawab Angin
“Berembuslah kau, dan hentikan saya
Tepat di atas kota ini.”
Awan dan Angin
Berhentilah siang hari
Di atas negeri ini
“Wahai, teramat panjangnyaArakan jenazahDi bawah!Raja manakah kiranyaYang wafat itu?”
“Bukan raja,”
Jawab Angin
“Pangeran agaknya?”
“Pangeran bukan
Dia hanya kawula biasa
Seorang anak muda.”
“Tapi mengapa begitu banyak Orang berjajar di tepi jalan Ibu-ibu membagikan minuman Di depan rumah-rumah mereka Orang-orang melontarkan buah-buahan Dalam arak-arakan Dan saya lihat pula Mereka bertangisan Di kuburan Siapa dia sebenarnya Wahai Sang Angin?”
“Dialah anak muda Yang perkasa Di antara kawan-kawannya Yang terluka Dia telah mendahului Menghadap Ilahi Seluruh negeri ini Mengibarkan bendera nestapa Baginya Menangisi kepergiannya Dalam duka
Seluruh negeri ini Yang terlalu lama dizalimi Telah belajar kembali Untuk menjadi berani Dalam berbuat Untuk menjadi berani Menghadapi mati.”
Kata Sang Awan pula:“Sangat menarik sekaliKisahmu, ya AnginTapi sebelum kita pergiMengembara ke bagian bumi yang lainKatakan pada saya
Karena kau tahu banyak
Tentang negeri ini
Katakan pada saya
Untuk apa anak muda itu mati?”
Sang Angin tersenyum dan berkata:
“Untuk dua patah kata, dia
Rela mati
Dalam usia muda sekali.”
“Apa gerangan itu?”Tanya Sang Awan
“Menegakkan Kebenaran,”sahut Sang Angin“Dan Keadilan.”
Dan mereka berdua
Mulailah ngembara lagi
Sementara senja
Turun ke bumi
analisis puisi : Menurut saya puisi diatas termasuk jenis puisi imaginatif karena bahasanya susah untuk dimengerti
Koreksi analisis : Menurut saya puisi diatas termasuk jenis puisi imaginatif karena bahasanya susah untuk dimengerti. Contoh : “Siapa itu korban di bumi
Hari ini?”
NAMA : SHINTYA TRI DESVIA MIASARI
BalasHapusKELAS : XI IPA 3
NO. ABSEN : 27
DOA
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Karya : CHAIRIL ANWAR
Analisis :
Bahasa yang di gunakan dalam puisi tersebut adalah lugas. Artinya bahasa tersebut sederhana dan tidak ada kata sukar didalamnya, sehingga memudahkan pembaca untuk membacanya.
Koreksi Analisis :
Bahasa yang di gunakan adalah imajinatif, memerlukan penafsiran bagi pembaca. Contohnya cayaMu panas suci yang berarti karunia dari Tuhan yang suci untuk melindungi umatnya.
Nama : Risky Dwi .V
BalasHapusKelas : XI IPA 3 / 24
Menganalisis Puisi
BIDADARI
entah dari mana datangmu
tapi ku selalu menunggu akan kedatanganmu
tak mungkiin kau datang di tengah rerimbunan orang
hanya datang pada kesunyian petang
tak ingin seseorang pun melihatmu
meski kau hanyalah sebuah maya
kau bukanlah sebuah fana
hanyalah sebuah kata-kata
yang takkan pernah nyata
kau
hanyalah sebuah rahasia
yang datang dari surga
Analisis :
Puisi tersebut termasuk puisi imajinatif. Bahasa yang digunakan perlu penafsiran, seperti
meski kau hanyalah sebuah maya
kau bukanlah sebuah fana
Namun, ada juga yang mudah dimengerti.
Koreksi Analisis:
Puisi tersebut termasuk puisi picisan karena bahasanya mudah dipahami. Tidak memerlukan penafsiran yang berarti.
NAMA : RIZKA AHMADEA P.M
BalasHapusKELAS : XI IPA 3
NO. ABSEN : 26
oh sekolahku
sungguh indah lingkunganmu
sungguh rimbun pepohonanmu
tempat dimana aku menuntut ilmu
wahai sekolahku
aku disini bersama teman-temanku
untuk mendapat pengetahuan dari bapak ibu guruku
aku akan berusaha untukmu
untuk menjaga kebersihan lingkunganmu
dari tangan yang tak bertanggung jawab itu
agar mereka tau
apa arti kebersihan itu..
Koreksi Analisis puisi judul Sekolahku :
Menurut saya puisi tersebut merupakan puisi picisan karena apa yang dimaksud oleh pengarang mudah dipahami oleh pembaca. contoh kalimat yang mudah dipahami ada pada kalimat "tempat dimana aku menuntut ilmu" yang berarti sekolah adalah tempat untuk menuntut ilmu atau pada kalimat "untuk mendapat pengetahuan dari bapak ibu guruku" yang berarti sekolah memang empat untuk menambah ilmu pengetahuan.
megananda
BalasHapusXI IPA 2 / 18
PERAHU ASING
perahuku menjelma dari kulit suara
mengangkut biji wicara
dari lautan makna
tertitah dari zat yang Maha Menatap
mendayung
aku membawanya pada lautan jiwa
orang menatapnya sebelah mata
sebagian lagi bertutur cela
ada juga yang menutup rapat telinga
asyik berakrobat dengan dayung-dayung
dan balok suara mereka
perahuku dicela tak berharga
dan aku dianggapnya pemantra gila
sedang perahukulah
yang bisa sampai berlabuh pada dermaga surya
karya Putri Narita Pangestuti
analisis: puisi distas termasuk puisi imajinatif karena memiliki bahasa yang sukar dipahami dan butuh pendalaman bahasa yang serius dan dalam contohnya dalam sajak
perahuku menjelma dari kulit suara.
m. ikhtiar zaki a.r
BalasHapusXI IPA 2/34
KISAH ANGIN
aku mendengar kisah angin
dan mendapati abu-abu dirimu
angin kuat menyusu
hingga bayimu terlalu lemah untuk itu
ingatkah kau saat buih merayumu
dan kabarkan bau amis sungai itu?
langit telah berkata
tak ada lagi yang berani
berkisah tentang surya
angin masih lekat di dadamu
sedang wajah anakmu
selalu mengabu
dalam jeritan tinta
di buku-buku itu
karya Putri Narita Pangestuti
analisis : puisi tersebut termasuk puisi imaginatif karena bahasa sulit dan banyak mengandung konotasi.
contohnya pada sajak hingga bayimu terlalu lemah untuk itu.
Avi Anggiya P
BalasHapusXI IPA 2 / 33
GALAU
melangkah terpuruk
dibawah gerimis sore
mengais damai dalam samar
meski hati dirajam selaksa tanya, adakah?
gerimis yang kian deras
kasar menerpa, menampar lembar anganku
tak kurasa
meski hati menjerit lirih:
perih!
gerimis yang kian deras jua
seakan mengajak berpaling
menyeringai pada batas luka lama
pagi yang lelah menadah
kian terkuyup ditelan sepi
dan dinginpun
kian menusuk hati
Analisis : puisi diatas termasuk puisi imajinatif , memerlukan penafsiran bagi pembaca . Contohnya meski hati mejerit lirih
Rizki Bayu B.
BalasHapusXI IPA 2 / 28
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku merdu melagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah
Analisis Puisi : Puisi ini termasuk puisi imajinatif, terdapat beberapa kalimat yang membutuhkan penafsiran oleh pembaca.
NAMA : RENNY DWI INDRASARI
BalasHapusKELAS : XI IPA 2/ 27
PELANGI JIWAKU
kurasa tapi tak dapat kunikmati
kulihat sepi tak dapat kupegang
kunikmati tak dapat kusentuh
aku hanya bisa melihat dari jauh
kupendam rindu tapi takdapat berbuat apapun
aku rasa tak dapat kunikmati
kau seperti pelangi
walau semuanya indah
kau tak akan pernah kumiliki
seperti pelangiku
hanya bisa menatapmu
ANALISIS :
Puisi tersebut merupakan puisi imajinatif karena terdapat beberapa kalimat yang membutuhkan penafsiran oleh pembaca. Contohnya yaitu : kurasa tapi tak dapat kunikmati, kulihat sepi tak dapat kupegang, kunikmati tak dapat kusentuh
Nama: Raichanah yasmin/26
BalasHapusKelas:XI IPA 2
JALAN MATI,,,,
Terang yg menggelapkan ku.
Menuntun q ke dalam lautan yg tak pernah diam.
Menelusuri setiap sampah yg berserakan di jalanan.
Semuanya memperlihatkan mesin yg bergerak tak pernah berhenti.
Begitu saja, mengulang dan di ulang dalam stiap prmainanx.
Memang beda , tetapi bersatu di luasx bumi yg tak berhenti brputar stiap saat..
Sakit
Perih,
pedih,
bosan,
dan capek dngn semua permainan yg engkau buat. Tak pernah menang ataupun kalah,
duka, luka. Yg menjalaninya.
Tak ku temukan jembatan unt kluar dr bumi ini.
Tak ku temukan jalan yg bisa membebaskan ku dari bisingx gelombang yg mengganggu setiap tidurku.
Tapi q berusaha
Dalam kegelapan,
dan kesunyian,
ku berjalan sendiri.
Mencari langkah unt menjauh dari semua ini
menjauh dari terangx lampu yg membutakan ku.. .
Analisis: puisi tersebut menceritakan tentang seseorang yang merasa hidupnya tidak bermakna meskipun kehidupanya normal seperti kebanyakan orang lain dan,
puisi tersebut juga menggunakan majas personifikasi ..
Nama: Raichanah yasmin/26
BalasHapusKelas:XI IPA 2
JALAN MATI,,,,
Terang yang menggelapkan ku.
Menuntun ku ke dalam lautan yang tak pernah diam.
Menelusuri setiap sampah yang berserakan di jalanan.
Semuanya memperlihatkan mesin yang bergerak tak pernah berhenti.
Begitu saja, mengulang dan di ulang dalam stiap permainanx.
Memang beda , tetapi bersatu di luasx bumi yg tak berhenti berputar setiap saat..
Sakit
Perih,
pedih,
bosan,
dan capek dengan semua permainan yang engkau buat.
Tak pernah menang ataupun kalah,
duka, luka. Yang menjalaninya.
Tak ku temukan jembatan untuk keluar dari bumi ini.
Tak ku temukan jalan yang bisa membebaskan ku dari bisingx gelombang yang mengganggu setiap tidurku.
Tapi q berusaha
Dalam kegelapan,
dan kesunyian,
ku berjalan sendiri.
Mencari langkah untuk menjauh dari semua ini
menjauh dari terangx lampu yg membutakan ku.. .
Analisis: puisi tersebut menceritakan tentang seseorang yang merasa hidupnya tidak bermakna meskipun kehidupanya normal seperti kebanyakan orang lain dan,
puisi tersebut juga menggunakan majas personifikasi ..
HASIL KOREKSI:KE DUA
BalasHapusKLS, XI/P/3 Yang Lulus setelah pengumumAN HASIL KOREKSI PERTAMA, YAITU NO.ABSEN 8 HASIL ANALISIS DISERTAKAN BUKUTI ANALISIS , SEDANG NO, ABSEN 2 TIDAK LULUS KARENA TIDAK DISERTAKAN BUKTI ANALISIS
DAN SEMUA HASIL PENYELESAIAN DARI KELAS XI/P/2 YAITU ABSEN NO. 18,26,27,28,33 DAN 34
Catatan : Untuk kls. XI/p/2 no.absen tersebut di atas mendapat nilai tambag (B).
Nama : ANISA NURJANAH
BalasHapusKELAS : XI IPA2/06
Petani
Kau seakan tak pernah lelah
Untuk mengurai tanah-tanah gemburmu
Walau sakit terasa dipikul
Walau hati tercabik-cabik
Kau tetap ayunkan setiap cangkul
Jasamu begitu besar
Begitu besar
Hingga takkan pernah terbayarkan
analisis tentang puisi petani diatas adalah :
Bahasa yang digunakan sanat jelas dan mudah untuk di pahami bagi seseorang yang membacanya
cara penyampaian katanya juga sederhana Bisa disebut puisi picisan
NAMA : NAZLA
BalasHapusKELAS : XI IPA 2/23Guru
Fajar kembali dari tidurnya
Burung burung berterbangan
Langit biru berhiaskan awan
Engkau berangkat dari perlindunganmu
Mengayuh sepeda tuamu
Berangkat tanpa memikirkan waktu
Menuju anak didikmu
Tak pernah terlintas di benakmu
Untuk mengharap imbalan dari mereka
Engkaulah
Pahlawan tanpa tanda jasa
analisis tentang puisi guru :
puisi ini termasuk kedalam uisi picisan karena bahasa yang digunakan mudah di mengerti bagi seorang pembaca
cara peyampaian katanya juga sederhana
Nama : Achmad Zulfikar
BalasHapusKelas : XI IPA 2 / 01
JEJAK KASIH SEORANG IBU
Ibu,
Terekam jejak-jejak indahmu kala membentukku menjadi seperti sekarang ini
Jejak-jejak kasihmu yang harum mewangi tak akan pernah kulupakan
Saat aku masih ringkih dan lemah
Kau tatih aku, kau gendong aku, kau dekap aku dengan kehangatan cintamu
Ketulusan yang kau tanamkan pada jiwa dan ragaku
Menjadi energi yang dahsyat bagi inspirasiku
Analisis Puisi:
Puisi ini menceritakan tentang seorang anak yang bercerita tentang jasa-jasa ibunya ketika dia masih bayi.
Puisi ini termasuk puisi picisan karena bahasa yang digunakan mudah dimengerti bagi pembaca.
Nama : Faridah Tsuraya
BalasHapusKelas: XI IPA-2/11
YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
karya Chairil Anwar
kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
Analisis Puisi :
Puisi tersebut merupakan puisi majinatif karena bahasa yang digunakan membutuhkan penafsiran tersendiri bagi pembacanya.
contoh : malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu.
Nama : Laveda Nidya Irianti
BalasHapusKelas : XI IPA 2
Absen : 15
Kebenderangan
Kala malam semakin larut
Aku terpaku di dalam kesunyian
Terdiam menatap ilusi kesendirian
Diriku seakan terbiar dalam kehampaan
Kebekuan jiwa menjelma
Kedinginan nurani selalu menemani
Aku merindu tentang kehangatan
Aku bermimpi tentang keindahan
Saat tirai kegalauan mulai tersibak
Fatamorgana menjauh dari realita
Hingga tersingkaplah kebenderangan
Makna kedamaian yang hakiki
Puisi tersebut termasuk puisi picisan karena bahasa yang digunakan mudah dipahami.
Nama:Hafieludin yusuf rizana
BalasHapusAbsen : 07
Kelas :PCP’10
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5), “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa member apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan(9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya(11) …”
30 Maret 2011 22:30
ANALISIS PUISI TENTANG :
A. BAHASA
B. DIKSI DAN NOSI
HASIL ANALISIS :
berjalan di gelap jiwa(1)
Bumi membentak(2)
Langit melotot(3)
Pohon mengusir(4)
Bulan menampik(5)
Bintang memaki(6)
Hujan mengejek(7)
Matahari berseru(8)
tetaplah di kegelapan(9)
Tapi kuburan malah marah(10)
asalkan hatimu jadi rumahnya(11)
C. Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
Anisa Dyan Pratiwi
BalasHapusPCPT 2010/2
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5), “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa member apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan(9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya(11) …”
Nama: farid rozaq
BalasHapusAbsen : 05
Kelas :PCP’10
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5), “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa member apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan(9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya(11) …”
30 Maret 2011 22:30
ANALISIS PUISI TENTANG :
A. BAHASA
B. DIKSI DAN NOSI
HASIL ANALISIS :
berjalan di gelap jiwa(1)
Bumi membentak(2)
Langit melotot(3)
Pohon mengusir(4)
Bulan menampik(5)
Bintang memaki(6)
Hujan mengejek(7)
Matahari berseru(8)
tetaplah di kegelapan(9)
Tapi kuburan malah marah(10)
asalkan hatimu jadi rumahnya(11)
C. Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
Nama: Laras S.Y
BalasHapusKelas: PCP’10/09
Aku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5), “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa member apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan(9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya(11) …”
Analisis puisi tenteng diksi dan bahasa:
berjalan di gelap jiwa(1)
Bumi membentak(2)
Langit melotot(3)
Pohon mengusir(4)
Bulan menampik(5)
Bintang memaki(6)
Hujan mengejek(7)
Matahari berseru(8)
tetaplah di kegelapan(9)
Tapi kuburan malah marah(10)
asalkan hatimu jadi rumahnya(11)
C. Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
Nama : Moh. Mirza Ferizki
BalasHapusKelas / Absen : Pcp '10/ 10
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5) , “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa memberi apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan (9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya (11) …”
hasil analisis
Diksi dan nosi
1. berjalan di gelap jiwa
2. Bumi membentak
3. Langit melotot
4. Pohon mengusir
5. Bulan menampik
6. Bintang memaki
7. Hujan mengejek
8. Matahari berseru
9. tetaplah di kegelapan
10. kuburan malah marah
11. asalkan hatimu jadi rumahnya
Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
Orang Asing
BalasHapusAku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5), “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa member apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan(9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya(11) …”
ANALISIS PUISI TENTANG :
A. BAHASA
B. DIKSI DAN NOSI
HASIL ANALISIS :
berjalan di gelap jiwa(1)
Bumi membentak(2)
Langit melotot(3)
Pohon mengusir(4)
Bulan menampik(5)
Bintang memaki(6)
Hujan mengejek(7)
Matahari berseru(8)
tetaplah di kegelapan(9)
Tapi kuburan malah marah(10)
asalkan hatimu jadi rumahnya(11)
C. Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
Naufal dyaksa henanta
Pcp’10/12
Nama: Amelia ramadhani
BalasHapusAbsen : 01
Kelas :PCP’10
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5), “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa member apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan(9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya(11) …”
30 Maret 2011 22:30
ANALISIS PUISI TENTANG :
A. BAHASA
B. DIKSI DAN NOSI
HASIL ANALISIS :
berjalan di gelap jiwa(1)
Bumi membentak(2)
Langit melotot(3)
Pohon mengusir(4)
Bulan menampik(5)
Bintang memaki(6)
Hujan mengejek(7)
Matahari berseru(8)
tetaplah di kegelapan(9)
Tapi kuburan malah marah(10)
asalkan hatimu jadi rumahnya(11)
C. Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
Nama : Hanindito S.
BalasHapusKelas / Absen : Pcp '10/ 8
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5) , “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa memberi apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan (9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya (11) …”
hasil analisis
Diksi dan nosi
1. berjalan di gelap jiwa
2. Bumi membentak
3. Langit melotot
4. Pohon mengusir
5. Bulan menampik
6. Bintang memaki
7. Hujan mengejek
8. Matahari berseru
9. tetaplah di kegelapan
10. kuburan malah marah
11. asalkan hatimu jadi rumahnya
Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
Nama : Canindera Costa
BalasHapusKelas / Absen : Pcp '10/ 4
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5) , “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa memberi apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan (9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya (11) …”
hasil analisis
Diksi dan nosi
1. berjalan di gelap jiwa
2. Bumi membentak
3. Langit melotot
4. Pohon mengusir
5. Bulan menampik
6. Bintang memaki
7. Hujan mengejek
8. Matahari berseru
9. tetaplah di kegelapan
10. kuburan malah marah
11. asalkan hatimu jadi rumahnya
Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
Nama:Rigen Adi Kowara
BalasHapusAbsen : 15
Kelas :PCP’10
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5), “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa member apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan(9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya(11) …”
ANALISIS PUISI TENTANG :
A. BAHASA
B. DIKSI DAN NOSI
HASIL ANALISIS :
berjalan di gelap jiwa(1)
Bumi membentak(2)
Langit melotot(3)
Pohon mengusir(4)
Bulan menampik(5)
Bintang memaki(6)
Hujan mengejek(7)
Matahari berseru(8)
tetaplah di kegelapan(9)
Tapi kuburan malah marah(10)
asalkan hatimu jadi rumahnya(11)
C. Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
LANJUTAN
BalasHapusAnisa Dyan Pratiwi
PCPT 2010/2
ANALISIS PUISI TENTANG :
A. BAHASA
B. DIKSI DAN NOSI
HASIL ANALISIS :
berjalan di gelap jiwa(1)
Bumi membentak(2)
Langit melotot(3)
Pohon mengusir(4)
Bulan menampik(5)
Bintang memaki(6)
Hujan mengejek(7)
Matahari berseru(8)
tetaplah di kegelapan(9)
Tapi kuburan malah marah(10)
asalkan hatimu jadi rumahnya(11)
. Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
M. Dandy Brilliantono
BalasHapusPCP'10/11
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5), “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa member apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan(9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya(11) …”
ANALISIS PUISI TENTANG :
A. BAHASA
B. DIKSI DAN NOSI
HASIL ANALISIS :
berjalan di gelap jiwa(1)
Bumi membentak(2)
Langit melotot(3)
Pohon mengusir(4)
Bulan menampik(5)
Bintang memaki(6)
Hujan mengejek(7)
Matahari berseru(8)
tetaplah di kegelapan(9)
Tapi kuburan malah marah(10)
asalkan hatimu jadi rumahnya(11)
C. Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
Nama : Satrio Herlambang
BalasHapusKelas / Absen : Pcp '10/ 16
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5) , “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa memberi apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan (9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya (11) …”
hasil analisis
Diksi dan nosi
1. berjalan di gelap jiwa
2. Bumi membentak
3. Langit melotot
4. Pohon mengusir
5. Bulan menampik
6. Bintang memaki
7. Hujan mengejek
8. Matahari berseru
9. tetaplah di kegelapan
10. kuburan malah marah
11. asalkan hatimu jadi rumahnya
Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
Nama : Arief Rahmawan
BalasHapusKelas: PCP’10 / 03
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa {1}
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak {2}, “jangan injak aku!”
Langit melotot {3}, “jangan menatapku!”
Pohon mengusir {4}, “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik {5}, “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki {6}, “bodoh, aku tak bisa member apa-apa!”
Hujan mengejek {7}, “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru {8}, “ sudah, tetaplah di kegelapan {9} !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah {10},
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya {11} …”
ANALISIS PUISI TENTANG :
A. Bahasa:
B. Diksi dan Nosi
Hasil Analisi :
Berjalan di gelap jiwa {1}
Bumi membentak{2}
Langit melotot{3}
Pohon mengusir{4}
Bulan menampik{5}
Bintang memaki{6}
Hujan mengejek{7}
Matahari berseru{8}
Tetaplah di kegelapan{9}
Tapi kuburan malah marah{10}
Asalkan hatimu jadi rumahnya{11}
C. Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
Feisal Alfi
BalasHapusPCP'10/6
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5), “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa member apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan(9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya(11) …”
ANALISIS PUISI TENTANG :
A. BAHASA
B. DIKSI DAN NOSI
HASIL ANALISIS :
berjalan di gelap jiwa(1)
Bumi membentak(2)
Langit melotot(3)
Pohon mengusir(4)
Bulan menampik(5)
Bintang memaki(6)
Hujan mengejek(7)
Matahari berseru(8)
tetaplah di kegelapan(9)
Tapi kuburan malah marah(10)
asalkan hatimu jadi rumahnya(11)
C. Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
Nama : Rigen Adi K.
BalasHapusKelas / Absen : Pcp '10/ 15
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5) , “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa memberi apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan (9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya (11) …”
hasil analisis
Diksi dan nosi
1. berjalan di gelap jiwa
2. Bumi membentak
3. Langit melotot
4. Pohon mengusir
5. Bulan menampik
6. Bintang memaki
7. Hujan mengejek
8. Matahari berseru
9. tetaplah di kegelapan
10. kuburan malah marah
11. asalkan hatimu jadi rumahnya
Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
Renanda k
BalasHapusPCP'10/14
Orang Asing
Aku berjalan di gelap jiwa(1)
Tiba-tiba terdengar suara-suara menegur
Bumi membentak(2), “jangan injak aku!”
Langit melotot(3), “jangan menatapku!”
Pohon mengusir(4), “jangan berteduh di sini!”
Bulan menampik(5), “aku bukan temanmu !”
Bintang memaki(6), “bodoh, aku tak bisa member apa-apa!”
Hujan mengejek(7), “dasar cengeng! Begitu saja menangis.”
Matahari berseru(8), “ sudah, tetaplah di kegelapan(9) !”
Akhirnya aku pulang ke rumah
Menemui orang tua
Mereka menyambutku seperti tamu
Lalu bertanya, “berapa lama kau menginap?”
Aku serasa mau mati saja
Tapi kuburan malah marah(10),
“heh pesimis gila, ini belum saatnya !”
Hanya satu rumah yang mau menerimaku
Bahkan untuk siapapun
Pintunya selalu terbuka
Lalu aku bertanya kepada seorang pengunjung
“kemana tuan rumahnya ?”
Dia menjawab sambil tersenyum
“dia tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana,
Ia sangat mengenalimu walau dirimu tak mengenalinya .”
Aku bertanya lagi, “apa rumah ini bisa jadi rumahku ?”
Ia menjawab , “asalkan hatimu jadi rumahnya(11) …”
ANALISIS PUISI TENTANG :
A. BAHASA
B. DIKSI DAN NOSI
HASIL ANALISIS :
berjalan di gelap jiwa(1)
Bumi membentak(2)
Langit melotot(3)
Pohon mengusir(4)
Bulan menampik(5)
Bintang memaki(6)
Hujan mengejek(7)
Matahari berseru(8)
tetaplah di kegelapan(9)
Tapi kuburan malah marah(10)
asalkan hatimu jadi rumahnya(11)
C. Dari Catatan Seorang Demonstran
(karya Taufiq Ismail)
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkan
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan
1. Kebenaran dicoba dihancurkan = sesuatu yang di dambakan tapi malah untuk di lupakan/dikalahkan.
NAMA : TANTIA CANDRA DEWI
BalasHapusKELAS : XI IPA 2 / 29
Burung Hitam-W.S Rendra
Burung hitam manis dari hatiku
Betapa cekatan dan rindu sepi syahdu
Burung hitam adalah buah pohonan
Burung hitam di dada adalah bebungaan
Ia minum pada kali yang disayang
Ia tidur di daunan bergoyang
Ia bukanlah dari duka meski si burung hitam
Burung hitam adalah cintaku yang terpendam
*Analisis Puisi :
Puisi ini termasuk puisi imajinatif karena perlu penafsiran yang kuat terlebih dahulu.
-Diceritakannya lewat puisi tersebut, penyair (WS.Rendra) mengungkapkan perasaan cintanya dengan melambangkan burung hitam. Burung hitam disini adalah bermakna kecintaan sang penyair kepada pujaan hati yang begitu kuat, diselimuti dengan kesetiaan yang bersifat tak bisa diterka dan terkesan misteri atau dirahasiakan.
-sekian-
NAMA : ACHMAD ALBERNI
BalasHapusKELAS : XI IPA 3
Doa karya Chairil Anwar
Doa
Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
*analisis puisi
For Indonesian
Baca Komik/Manga Naruto Bleach One Piece dll Bahasa Indonesia Klik Disini
Featured
* Kata Kata Bijak Tentang Cinta
* Pasang Iklan Gratis, Mudah, Dan Tanpa Daftar
* Daftar ! Pasang ! Duit !
Kumpulan Puisi Beserta Analisisnya Terbaru
4:40 PM | Posted by Naruto-R | | Edit Post
Kumpulan Puisi Beserta Analisisnya Terbaru
Baca JUGA ARTIKEL 10001 Contoh Puisi Beserta Analisis
2. Analisis Unsur Intrinsik
a) Tema
Puisi “Doa” karya Chairil Anwar di atas mengungkapkan tema tentang ketuhanan. Hal ini dapat kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, diksi yang digunakan sangat kental dengan kata-kata bernaka ketuhanan. Kata “dua” yang digunakan sebagai judul menggambarkan sebuah permohonan atau komunikasi seorang penyair dengan Sang Pencipta. Kata-kata lain yang mendukung tema adalah: Tuhanku, nama-Mu, mengingat Kau, caya-Mu, di pintu-Mu. Kedua, dari segi isi puisi tersebut menggambarkan sebuah renungan dirinya yang menyadari tidak bisa terlepas dari Tuhan.
Dari cara penyair memaparkan isi hatinya, puisi”Doa”sangat tepat bila digolongkan pada aliran ekspresionisme, yaitu sebuah aliran yang menekankan segenap perasaan atau jiwanya.. Perhatikan kutipan larik berikut :
(1) Biar rusah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
(2) Aku hilang bentuk
remuk
(3) Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Puisi yang bertemakan ketuhanan ini memang mengungkapkan dialog dirinya dengan Tuhan. Kata “Tuhan” yang disebutkan beberapa kali memperkuat bukti tersebut, seolah-olah penyair sedang berbicara dengan Tuhan.
b) Nada dan Suasana
Nama berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan (feeling) atau sikap penyair terhadap pembaca. Sedangkan suasana berarti keadaan perasaan pembaca sebagai akibat pembacaan puisi.
Nada yang berhubungan dengan tema ketuhanan menggambarkan betapa dekatnya hubungan penyair dengan Tuhannya. Berhubungan dengan pembaca, maka puisi “Doa” tersebut bernada sebuah ajakan agar pembaca menyadari bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan. Hayatilah makna hidup ini sebagai sebuah “pengembaraan di negeri asing”.
c) Perasaan
Perasaan berhubungan dengan suasana hati penyair. Dalam puisi ”Doa” gambaran perasaan penyair adalah perasaan terharu dan rindu. Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain: termenung, menyebut nama-Mu, Aku hilang bentuk, remuk, Aku tak bisa berpaling.
d) Amanat
Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ”Doa” ini berisi amanat kepada pembaca agar menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar bisa melakukan amanat tersebut, pembaca bisa merenung (termenung) seperti yang dicontohkan penyair. Penyair juga mengingatkan pada hakikatnya hidup kita hanyalah sebuah ”pengembaraan di negeri asing” yang suatu saat akan kembali juga. Hal ini dipertegas penyair pada bait terakhir sebagai berikut:
Tuhanku,
Di Puntu-Mu Aku mengetuk
Aklu tidak bisa berpaling
Aditya Rizki
BalasHapusXI IPA 2 / 04
SAJAK PUTIH
(Karya: Chairil Anwar)
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...
Analisis:
Puisi tersebut termasuk puisi imajinatif, karena bahasa yang digunakan perlu penafsiran, seperti:
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Namun, ada juga yang mudah dimengerti.
Adhika Pradipta
BalasHapusXI IPA 2 / 03
DERAI DERAI CEMARA
(Karya: Chairil Anwar)
cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
Analisis:
Menurut saya puisi ini termasuk dalam puisi imajinatif karena bahasa yang digunakan sukar dimengerti oleh pembaca. Contohnya kata "dahan di tingkap merapuh"
Nama : Ahmad Fuad
BalasHapusKelas : XI IPA 2/05
Teduh Gedung SMASA
Bersandar di tengah terik.
Mencari teduh, mengejar bayangan bangunan smasa.
Duduk, sendiri, terasa hidup dalam peti.
Sepi.. tiada kawan.
Warna2 godaan saat lelah, kini timbul menghantui.
Mengeluh dan mengeluh.
Hanya karena lelah dan sepi.
Dimana onggokan daging yg lain?
Cepatlah temui aku!
Aku menunggu di gerbang smasa.
Surabaya, 2010.
Analisis : Menurut saya puisi ini termasuk dalam puisi imajinatif dengan penggunaan bahasa kiasan dan bermajas sehingga membutuhkan pemahaman dari pembaca. Contoh, "Mencari teduh, mengejar bayangan bangunan smasa."
Nama : Taufiqi Rian Nugraha
BalasHapusKelas: XI-IPA 2
Pesan dari sang hujan
Tertatih berkucur peluh.
Sang langit turun menghantam otak.
Kabar2 yg kudengar,
sejatinya lidah api yg berkobar.
Aku tak sanggup!
Padamkan api peperangan.
Kibarkan kain putih.
Dan menyerah pada seorang wanita.
Sudah!
Aku kalah!
Aku berhenti!
Doa ku telah menembus langit.
Tuhan telah membisikkan kenyataan.
Engkau bukan yg terbaik untukku.
Tenang saja,
aku akan pergi.
Namun satu yg terakhir.
Aku memohon kepadamu.
Dengarkanlah gemericik hujan di teras rumahmu.
Krn ku telah mengukir pesan di air hujan.
Sungguh, kau akan mengerti.
Dengarkan melodi gemericiknya.
Hujan akan memberitahumu.
Bahwa AKU CINTA KEPADAMU.
Analisis : menurut saya puisi ini termasuk dalam puisi romantis dengan penggunaan bahasa kiasan yang dibuat sedemikian indah dapat membuat seseorang yang bembacanya juga ikut merasakan perasaan si penulis.
Nama : Moch Fajar Hillman
BalasHapusKelas : XI-IPA 2
PEMBUNUHAN OLEH CINTA
Dentuman menggelegar di dada.
Terasa makin cepat berdetak.
Tiap tarikan nafas singkat.
Ku bayar setetes air mata.
Bongkahan tubuh remaja ku.
Tercengkram oleh kapuk kusam.
Cobalah kau lihat.
Otot dan tulangku tiada patuh.
Tak mau ku perbudak tuk beranjak.
Tanpa ambisi, darahku mengalir.
Hidup tercerai dari hasratnya.
Mengapa ku mati walau bernafas?
Mengapa ku hilang walau berwujud?
Kini ku mulai meraba guratan kayu.
Jari telunjuk menuntun pada jawaban.
Inilah!
Inilah rasa cintaku!
Ku terbungkam sakitnya cinta!
Ku terbunuh meski bisa membuka mata.
Tiada beda dengan mayat yg berjalan.
Cinta membunuhku!
Cinta menggoda ambisiku!
Cinta hapuskan impianku!
Cinta telah menyita waktuku!
Hiduplah dan usap air mata cengeng!
Ini hanya Hawa!
Ciptaan Tuhan untuk Adam.
Dan tebing yg akan ku taklukkan.
Analisis: menurut saya penulis puisi menjiwai apa yang ia tulis, bahasa yang digunakan menyentuh pembaca, tetapi sukar dimengerti.
Nama : M. Fadli
BalasHapusKelas : XI-IPA 2/16
AMARAH
Amarah. . .
Panasnya bola lampu yang menyala.
Dan perihnya luka sayat di jari kita.
Ialah percikan, saat nafs kita dijabat amarah
Amarah. . .
Menyusup di pangkal otak.
Dan membenturkannya pada dinding.
Itulah amarah yg kau sebut.
Amarah. . .
Berdiri dan memandang kasar.
Serta kerutan muka bagai pinggiran karang.
Keras dan marah!!
Amarah. . .
Menimbun segala keluh kesah.
Hingga meledak, mengumpat segala yg ada.
Apakah ini amarah sang lidah?
Amarah. . .
Membelai pundak kekasih dan berkata
"Marahlah padaku!"
"Tidaklah perlu engkau ragu."
"Ku tahu ku bukan inti api."
"Luapkan saja semua!"
"Namun satu hal pasti."
"Ku ingin engkau tersenyum lagi padaku."
Analisis: Menurut saya puisi ini termasuk dalam puisi imajinatif dengan penggunaan bahasa kiasan dan bermajas sehingga membutuhkan pemahaman dari pembaca. contoh :
"Apakah ini amarah sang lidah?"
Nama: Kurniawan S. A.
BalasHapusKelas: XI IPA2 / NO. 13
GEMERLAP WANITA
Terlalu banyak gadis jelita.
Elok nan cantik parasnya.
Berlalu-lalang menggoda.
Dengan manis dan tenar yg mereka punya.
Indah dunia, gemerlap wanita.
Mengusik otak tiap pria.
Membayang, mengawang di ubun2.
Betapa cantik gadis-gadis bumi.
Tawa dan kerlingan mata tak berhenti.
Menggoda iman dalam hati.
Namun satu yg harus dimengerti.
Aku hanya tergoda pada satu hati.
(Karya: Ahmad Fuad)
Analisis : menurut saya karya puisi diatas merupakan puisi imajinatif, karena bahasa yang digunakan dalam puisi membutuhkan pemahaman tersendiri dari pembaca. Contoh: "Indah dunia,gemerlap wanita" dan kalimat " betapa indah gadis-gadis bumi".
NAMA : M FADHLURRAHMAN HAZIM
BalasHapusKELAS: XI IPA2/ 21
Mengungkap Isi Hati
Ribuan detik ku mencandu.
Candu cinta yg merindu.
Terdengar tangisan sendu.
Seakan hati tak berpandu.
Terombang-ambing di air jernih.
Memaksa hati tuk memilih.
Ku hadapi api perih.
Ku masuki gelapnya pedih.
Aku akan memilih.
Memilih tuk berbuat lebih.
Ku ucapkan kata hati.
Ku buka hati dalam peti.
Hasrat ini ingin kau mengerti.
Bahwa engkaulah hawa yang ku nanti.:)
Analisis: menurut saya puisi ini mempunyai sajak
seperti
Ribuan detik ku mencandu.
Candu cinta yg merindu.
Terdengar tangisan sendu.
Seakan hati tak berpandu.
NAMA : MITHA AYU DITA A.
BalasHapusKELAS : XI IPA 2/19
Mawar yang mengering
Senja berganti malam
Awan putihpun kini menghitam
Seakan tak dapat tersenyum
Dalam dinginnya malam
Kutatap mawar itu tergeletak
Seakan dia kaku dan membisu
Warna yang terindah
Seakan berganti warna kematian
Tak ada lagi kenangan itu
Tanpa sisa
Tanpa rasa
Analisis: Menurut saya puisi tersebut berbahasa hiperbola karena terdapat kata yang seakan memberikan arti bahwa mawar seakan memiliki rasa,dan puisi tersebut mempunyai arti sebuah kenangan indah yang telah hilang.
NAMA : LAILATUS S
BalasHapusKELAS : XI IPA 2/ 14
Bila angin
kehilangan desirnya
daun-daun kering
takkan mau
meluruhkan tubuhnya
Bila langit
kehilangan kebiruannya
burung-burung
takkan mau
mengepakkan sayapnya
Bila sungai
kehilangan kejernihannya
ikan-ikan
takkan mau
mengibaskan ekornya
Bila bulan
kehilangan sinarnya
malam-malam
akan gelap tanpa cahaya
Bila hutan
kehilangan pohon-pohon
hewan-hewan
kehilangan tempat tinggalnya
Bila bukit
kehilangan kehijauannya
sungai-sungai
akan kering selamanya
Bila petani
kehilangan sawah ladangnya
kanak-kanak
akan menitikkan air mata
Bila manusia
kehilang kemanusiaannya
alam semesta
akan tertimpa bencana
dan bertanya angin kering
"Perlukah memanusiakan manusia?".
ANALISIS:
- bercerita tentang alam.
- Puisi ini termasuk puisi imajinatif karena perlu penafsiran yang kuat terlebih dahulu.
Nama : Novia Dwi R
BalasHapusKelas/no : XI IPA 2/24
Keagungan Ilahi
Ratu malam sang rembulan
Raja siang sang matahari
Keduanya selalu bertentangan,
Tarik menarik
Dorong mendorong
Saling menguasai,
Seolah selalu bertanding tiada henti
Tiada yang kalah
Tak ada yang menag,
Karena dengan kedua sifat yang bertentangan ini
Seluruh alam semesta bergerak!
Dunia berputar,
Saling mengisi,
Yang satu melengkapi yang lain
Tanpa yang satu
Takkan ada yang lain,
Siang dan malam
Terang dan gelap
BAik dan jahat
Tanpa yang satu,
Apakah yang lain itu akan ada?
Tanpa adanya gelap,
Dapatkah kita mengenal terang?
Inilah sebuah kenyataan
Yang telah dikenhendaki Allah
Tanpa kehendaknya, takkan terjadi apa-apa
ANALISIS
Puisi di atas termasuk puisi picisan karena isinya dari awal hingga akhir mudah dipahami dan tidak perlu penafsiran tinggi. Salah satu contohnya yaitu : “Dunia berputar, saling mengisi, yang satu melengkapi yang lain”
Nama :Qonitah Asia A.
BalasHapusKelas :XI IPA 2/25
Kenangan-kenangan itu yang jarang ku lalui bersamamu
Ingin aku mengulang kembli
Hanya lewat tulisan indah ku rasakan
Aku tak mengerti kekalahan ku begitu dahsyat
Aku tak ingin,ku hanya jadi teman
Aku kalah dengan tiga tahun yang kelam
Kau berubah dan tak sama
Mungkin bukan cinta, mungkin persahabatan
Aku tak ingin, tapi tak mungkin
Waktu ku lalui begitu indah saat denganmu
Ku yakin kau juga rasakan,
Tapi kau slalu mengigkarkan,aku tak sanggup menahan
Andai jadi cinta aku yakin kau tersiksa
Andai jadi teman aku terluka
Biarlah cinta jadi pengandaian
Lewat lisan aku kan temukan pendamping mu di hatiku
Semoga kau senang dan menang,,,
aq kalah oleh perasaan,,
Analisis:
-Bercerita tentang perasaan cinta
-Dan menurut saya penulis puisi menjiwai apa yang ia tulis, bahasa yang digunakan menyentuh pembaca
Nama : Fadhilla Ayu A
BalasHapuskelas/no : XI IPA 2/10
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
ANALISIS
dari kata-kata
....................................................
di antara gudang, rumah tua pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tidak berlaut
.........................................................
........Ada juga kelepak elang
............................................
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak
terlihat adanya metafora yang memperdalam rasa duka yang dirasakan. Ketidak berdayaan itu dibandingkan Chairil sebagai sebuah gudang, rumah tua, tiang, dsan temali yang tiada berguna. Harapannya kandas bagai kapal dan perahu yang tidak melaut karena mennghempaskan diri di pantai saja. Serta kebekuan hati bagai air dan tanah yang tidur dan tidak bergerak.
Selain itu juga terdapat personifikasi pada rumah tua pada cerita, ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang, dan kini tanah dan air tidur hilang ombak dan sedu penghabisan bisa terdekap. Dari kata-kata itu penyair menghidupkan rumah tua yang seakan mampu becerita, dan menghidupkan juga kelepak elang yang mampu menyinggung perasaan orang yang sedang muram. Hari pun dikatakan penyair seakan berlari dan berenang menjauhi dia sehingga dia tidak bisa memutar balik waktu itu. Dia juga berusaha menidurkan tanar dan air sehingga merasa dalamlah kebekuan hati seseorang yang digambarkan. Semuanya ini menyebabkan hanya sendu yang bisa ia peluk bukan orangnya.
Nama : Bella Devina
BalasHapusKelas : XI IPA 2/ 8
Dia adalah sebagai dalam bidang sebuah tenda sutra
Apakah kering embun dan semua tali yang menyesal,
Sehingga dalam pria lembut bergoyang tenang
Dan tiang penunjang pusat cedar,
Itulah puncak untuk langit
Dan menandakan kepastian jiwa,
Tampaknya berutang nol untuk setiap kabel tunggal,
Namun ketat yang diselenggarakan oleh none, terikat secara longgar
Dengan ikatan sutra tak terhitung kasih dan berpikir
Untuk segala sesuatu di bumi putaran kompas,
Dan hanya oleh seseorang akan sedikit tegang
Dalam udara musim panas ketidakteraturan
Apakah dari perbudakan sedikit dibuat sadar.
Analisis: puisi ini menggunakan gambar yang berkelanjutan untuk menggambarkan orang lain. Frost menarik keluar sebuah perbandingan diperpanjang antara seorang wanita dan sebuah tenda sutra untuk membuat beberapa aspek penting dari karakter wanita nyata dan tersedia untuk pembaca. Perbandingan ini tidak hanya tenda apapun, tetapi untuk tenda membayangkan dengan cara yang sangat spesifik. Tali atau tali membuat, menjadi tegang, ketika basah. Dalam hal ini, tenda yang dibayangkan pada tengah hari. Setiap embun pagi yang akan direndam cowok tenda Teman-garis telah menguap, dan tali sekarang agak kendur. Tenda bergoyang sedikit dalam menanggapi angin. Ini citra menyampaikan - di bawah sadar, tapi nyata dan efektif tingkat yang sangat - rasa bahwa wanita yang sedang dijelaskan tidak tegang atau gugup, tetapi bukan ramah, santai, nyaman untuk berada di sekitar. Ini tidak berarti, meskipun, bahwa dia plin plan, seseorang yang tersapu oleh setiap embusan mode dan fashion. sifat tegak lurus, kekuatannya - - Tiang tenda itu menyampaikan rasa backbone, karakter, dan keteguhan. Dalam hal ini wanita, keteguhan karakter tidak mengarah untuk menjadi dogmatis nya atau mendesak. Sebaliknya, karakter sebagian berasal setidaknya dari investasi yang mendalam di teman, keluarga, dan masyarakat, dari "hubungan sutra tak terhitung cinta dan berpikir". Beberapa orang akan mengalami hubungan yang banyak dan kewajiban mereka memerlukan sebagai melibatkan sesuatu, mengikat, atau membatasi. Wanita ini tampaknya tidak. Dia tampaknya sangat nyaman dalam situasi ini, begitu banyak sehingga dia dan orang-orang di sekitarnya hanya mungkin menyadari batas dan batasan dalam kondisi yang tidak biasa.
Nama : Maria E.
BalasHapusKelas : XI IPA 2/17
TERATAI
Dalam kebun ditanah airku,
Tumbuh sekuntum bunga teratai,
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun bersemi laksmi mengarang,
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gemilang mulia.
Teruslah, o Teratai Bahagia,
Berseri di kebun indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.
Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkaupun turut menjaga Zaman.
ANALISIS PUISI
1.Membuat Baris Pembacaan
Yang dimaksud dengan baris pembacaan adalah baris puisi yang kita buat sendiri bukan oleh penyair yang telah kita sesuaikan dengan makna utuh baris-baris puisi tersebut.
Maka puisi yang berjudul “Teratai” jika kita ubah menjadi baris-baris pembacaan akan menjadi kurang lebih sebagai berikut:
TERATAI
Dalam kebun ditanah airku,
Tumbuh sekuntum bunga teratai,
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun bersemi laksmi mengarang,
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gemilang mulia.
Teruslah, o Teratai Bahagia,
Berseri di kebun indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.
Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkaupun turut menjaga Zaman.
2.Membuat Pemenggalan Pembacaan
Untuk menunjukkan tempat-tempat yang tepat untuk memenggal dan mengambil nafas.
Maka puisi “Teratai” jika diberi pemenggalan dalam pembacaannya menjadi:
TERATAI
Dalam kebun // ditanah airku //
Tumbuh // sekuntum bunga teratai //
Tersembunyi // kembang indah permai //
Tidak terlihat // orang yang lalu //
Akarnya // tumbuh // di hati dunia //
Daun bersemi // laksmi mengarang //
Biarpun // ia diabaikan orang //
Seroja kembang // gemilang mulia //
Teruslah // o // Teratai Bahagia //
Berseri // di kebun Indonesia //
Biar sedikit // penjaga taman //
Biarpun engkau // tidak dilihat //
Biarpun engkau // tidak diminat //
Engkaupun turut // menjaga Zaman //
3.Mencari Suasana Puisi
Suasana puisi bisa diketahui atau dirasakan melalui penggunaan setting dan pilihan kata yang terdapat dalam puisi.
Suasana yang terdapat dalam puisi “Teratai” karya Sanoesi Pane, 1929 tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sunyi, ditunjukkan dalam baris:
Tidak terlihat orang yang lalu.
b. Bahagia, ditunjukkan dalam baris:
Teruslah, o Teratai Bahagia,
Berseri di kebun indonesia,
4.Membaca dengan Intonasi yang Tepat
Dalam membaca puisi “Teratai” karya Sanoesi Pane, 1929, pembaca harus menggunakan intonasi yang tidak terlalu keras dan agak lambat. Karena intonasi berkaitan erat dengan suasana puisi. Dan seorang pembaca harus benar-benar paham mengenai hal tersebut. Suasana sunyi dan gelisah yang tergambar dalam puisi tersebut harus dibacakan dengan intonasi yang tidak terlalu keras dan agak lambat supaya pesan yang diinginkan penulis sampai kepada pembaca.
5.Memberikan Jiwa dalam Pembacaan
Seorang pembaca puisi harus bisa menjiwai isi puisi yang dibacakan. Pembaca juga harus benar-benar paham dengan isi puisi terlebih dahulu. Penjiwaan yang tepat akan membuat pendengar menjadi lebih mudah dalam menangkap makna dan isi dari puisi yang dibacakan.
Demikian halnya dalam membaca puisi “Teratai” karya Sanoesi Pane, 1929 tersebut. Pembaca tidak boleh overacting. Pembaca harus sudah bisa menjiwai ke dalam isi puisi.
NAMA : MUHAMMAD IRSAN AGUSTIAN
BalasHapusKELAS/NO : XI IPA 2/22
Sajak NEGERI
Negeri ini negeri pengemis
berpenghuni jutaan tangis
dongeng-dongeng tragis
dan isi bumi yang menipis
Negeri ini negeri pemimpi
yang tidur sepanjang hari
sebalik jeruji janji-janji
hingga tak sadar nasibnya dicuri
ini negeri tak punya pagi
sebab di sini esok tak pernah pasti
hanya ada bayang-bayang utopi
dan ambisi yang nisbi
negeri ini negeri penjanji
berpenghuni jutaan teka-teki
Analisis Puisi :
-Puisi ini bercerita tentang keadaan negara indonesia
-puisi ini juga menggunakan bahasa yang sulit dimengerti seperti kata "utopi"
NAMA : DINI ANGGRAINI
BalasHapusKELAS:XI IPA 2/09
MATA PISAU
(Sapardi Djoko Damono)
Mata pisau itu tak berkejap menatapmu;
kau yang baru saja mengasahnya
berpikir : ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sehabis makan malam
ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu
MELAKUKAN PEMENGGALAN:
MATA PISAU
(Sapardi Djoko Damono)
Mata pisau itu / tak berkejap menatapmu;//
kau yang baru saja mengasahnya /
berpikir : // ia tajam untuk mengiris apel /
yang tersedia di atas meja /
sehabis makan malam //
ia berkilat / ketika terbayang olehnya urat lehermu //
MELAKUKAN PARAFRASE:
MATA PISAU
(Sapardi Djoko Damono)
Mata pisau itu / tak berkejap menatapmu;//
(sehingga) kau yang baru saja mengasahnya /
berpikir : // (bahwa) ia (pisau itu) tajam untuk mengiris apel /
yang (sudah) tersedia di atas meja /
(Hal) (itu) (akan) (kau) (lakukan) sehabis makan malam //
ia (pisau itu) berkilat / ketika terbayang olehnya urat lehermu //
Menentukan makna konotatif kata/kalimat:
pisau : sesuatu yang memiliki dua sisi, bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif, bisa pula disalahgunakan sehingga menghasilkan sesuatu yang buruk, jahat, dan mengerikan.
apel : sesuatu yang baik dan bermanfaat.
terbayang olehnya urat lehermu : Sesuatu yang mengerikan.
MENENTUKAN ISI PUISI:
isi puisi apat disimpulkan sebagai berikut :
Seseorang terobsesi oleh kilauan mata pisau. Ia bermaksud akan menggunakannya nanti malam untuk mengiris apel. Sayang, sebelum hal itu terlaksana, tiba-tiba terlintas bayangan yang mengerikan. Dalam hati ia bertanya-tanya, apa jadinya jika mata pisau itu dipakai untuk mengiris urat leher!
Dari pemahaman terhadap isi puisi tersebut, pembaca disadarkan bahwa tajamnya pisau memang dapat digunakan untuk sesuatu yang positif (contohnya mengiris apel), namun dapat juga dimanfaatkan untuk hal yang negatif dan mengerikan (digambarkan mengiris urat leher).
Nama : Tiara Zhahira R
BalasHapusKELAS/NO : XI IPA 2/31
Indahnya Kematian
Panggilan
Biarkan aku terbaring dalam lelapku,
kerana jiwa ini telah dirasuki cinta,
dan biarkan daku istirahat,
kerana batin ini memiliki segala kekayaan malam dan siang.
Nyalakan lilin-lilin dan bakarlah dupa nan mewangi di sekeliling ranjang ini,
dan taburi tubuh ini dengan wangian melati serta mawar.
Minyakilah rambut ini dengan puspa dupa dan olesi kaki-kaki ini dengan wangian,
dan bacalah isyarat kematian yang telah tertulis jelas di dahi ini.
Biarku istirahat di ranjang ini,
kerana kedua bola mata ini telah teramat lelahnya;
Biar sajak-sajak bersalut perak bergetaran dan menyejukkan jiwaku;
Terbangkan dawai-dawai harpa dan singkapkan tabir lara hatiku.
Nyanyikanlah masa-masa lalu seperti engkau memandang fajar harapan dalam mataku,
kerana makna ghaibnya begitu lembut bagai ranjang kapas tempat hatiku berbaring.
Hapuslah air matamu, saudaraku,
dan tegakkanlah kepalamu seperti bunga-bunga menyemai jari-jemarinya menyambut mahkota fajar pagi.
Lihatlah Kematian berdiri bagai kolom-kolom cahaya antara ranjangku dengan jarak infiniti;
Tahanlah nafasmu dan dengarkan kibaran kepak sayap-sayapnya.
Dekatilah aku, dan ucapkanlah selamat tinggal buatku.
Ciumlah mataku dengan seulas senyummu.
Biarkan anak-anak merentang tangan-tangan mungilnya buatku dengan kelembutan jemari merah jambu mereka;
Biarkanlah Masa meletakkan tangan lembutnya di dahiku dan memberkatiku;
Biarkanlah perawan-perawan mendekati dan melihat bayangan Tuhan dalam mataku,
dan mendengar Gema Iradat-Nya berlarian dengan nafasku….
~ Khalil Gibran ~
Analisis puisi :menurut saya karya puisi diatas merupakan puisi imajinatif, karena bahasa yang digunakan dalam puisi membutuhkan pemahaman tersendiri dari pembaca.Karena ada beberapa kata yang bermakna konotasi.Dan bahasanya pun juga berbobot dan unik, jika tidak benar-benar mengerti betul puisi ini kita tidak akan tau makna yang terkandung didalamnya.
Nama : ADELIA ANGGASTA
BalasHapusKelas : XI IPA 2 / 02
GURU
Kala hampa akan ilmu menyelimuti
Saat rebah kemiskinan mengalir dalam
Nan deru kebodohan menggaung gema
Kaulah pelita ilmu penyelamat bangsa
Tanpamu bangsa Alfa ilmu
Takkan pernah tau A
Takkan pernah tau 1
Dan takkan pernah tau itu
Hadirmu memberikan cahaya ilmu dalam hidup kami
Menerangi setiap pijakan langkah kami
Mengentaskan kami dari jurang kebodohan
Dan menyelamatkan kami dari jerat kemiskinan
GURU
Betapa mulia dedikasimu untuk kami
Keyakinan kuat akan suatu perubahan besar
Mendorongmu untuk terus dan terus melangkah
‘tuk coba sapukan kuas ilmu dalam diri kami
Coretan demi coretan warna abstrak terhantar
Memberikan lukisan baru dalam dunia pendidikan
Ulasan demi ulasan kata tlah terlontar
Mewarnai merah biru dalam referensi keilmuan
Analisis puisi: karya puisi di atas merupakan sebuah puisi picisan, karena bahasa yang digunakan sederhana, dan tidak memerlukan penafsiran untuk pembaca.
Nama : Vanny Valestia
BalasHapusKelas : XI IPA 2 / 32
Kau yang Disana
Apa kabar sayangku
Kau yang nun jauh di mata
Kau yang tak pernah aku lihat lagi
Senyum mu... Tawa mu dan aroma tubuh mu
Tak kan pernah hilang di hatiku
Takkan pernah kubiarkan cinta mu tenggelam
Hanya karna jarak yang membuat kita tak bersama lagi
Ingin ku rajut kembali asrama sperti yang dulu
Disaat kita selalu mengungkapkan isi hati kita
Disaat kita berbagi suka duka
Andai saja ku bisa mengubah takdir ini
Takkan ku biarkan kau pergi jauh dari ku
Takkan ku biarkan kau menghilang dari pandanganku
Ku ingin kau kembali di sisiku....
Semoga cinta kita takkan pernah pudar
Seiring berjalannya waktu
Semoga Kau dan aku tetap menjadi satu
Walai cobaan ini terasa berat....
Biarkan cinta kita tetap menyatu
Meskipun kita tak bisa mengungkap isi hati
Biarkan Jarak menjadi penghalang mata kita...
Tetapi Hati kita takkan pernah berpisah....
Analisis puisi :
Menurut saya puisi ini menceritakan tentang seseorang yg ditinggal pergi oleh kekasihnya. Bahasanya juga berbobot. Puisi ini memiliki banyak makna dan sangat menyentuh.
NAMA: ANISA RACHMANIAH HAYUNINGTYAS
BalasHapusKELAS: XI IPA2/07
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…
Analisis dari puisis diatas:
puisi diatas termasuk puisi imajinatif. Karena puisi tersebut masih membutuhkan penafsiran khusus bagi pembaca untuk mengetahui tafsiran maknanya.
contoh:
Bersandar pada tari warna pelangi ,
Dan dalam dadaku memerdu lagu.
SURAT TERAKHIR
BalasHapusSuratku yang terakhir akan kusampaikan 3 kiriman
Kiriman yang pertama Dalam sajian 20 kAlimAt saja,
namun Dengan Berangkat dari keadaan Baik-Baik saja
aku akan sEgerA mEmberikan keCeriAan Engkau Dari
suratku keCilku ini. Jangan diDuakan, Dari lubuk
yAng paling Berarti Akan aku Berikan buat kalian tersayang.
SURAT TERAKHIR yang ke 2
BalasHapusSuratku yang terakhir ke 2 ini kutulis dalam 15
kalimat saja. Jika Aku lupa Buat kAtA Berirama
kalian jangan Cemberut, karena Cemberut Akan membuat wajah tidak tampak Ceria. Jika Engkau
lupA menguCapkan salam jangan Cemooh temanmu,
karena cemoohan Dapat membuat suasana tak
bersahaya
pak iwan, yg surat ke 2 itu kok cuma sampai 14 kalimat saja pak?
BalasHapusnama : Redityo Abadi
BalasHapuskelas : XI IPA 3
nomer : 22
RUANG EMBUN
embun menyimpan pelangi
di beningnya sinar mentari
serupa jiwa-jiwa
yang luruh
ke dalam esensiNya
*analisis puisi : menurut saya puisi ini termasuk dalam katagori puisi imajinatif karna terdapat kata-kata yang susah dimengerti seperti pada baris pertama : "embun menyimpan pelangi" , sehingga kita harus berpikir terlebih dahulu untuk mengetahui arti dari kata kata tersebut
Nama : Yuni Puspitasari
BalasHapusKelas : XI IPA3
No.absen : 30
Pengertian Puisi Baru
Puisi Baru diciptakan pada angkatan pujangga baru. Para pencipta Puisi Baru berusaha melepaskan tradisi - tradisi lama. Namun, demikian puisi - puisi baru tidak sepenuhnnya lepas dari tradisi lama. Hanya ikatan itu lebih longgar. Macam - macam Puisi Baru, antara lain : Distikton, Tersina, Kuartin, Kuin, dll.
Contoh Puisi Baru
Menyesal
Karya : Ali Hasjmi
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta
Ah, apa guna kusesalkan
Menyesal tua tia berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju arah padang bakti
Analisis puisi : bentuk dan irama pada puisi baru tidak disadari masih sama seperti puisi lama, pilihan kata tidak terlalu sulit untuk dipahami contohnya pada kalimat "Hari mudaku sudah pergi" yang berarti sudah tua dan tidak muda lagi. Selain itu pada kalimat "Beta lengah di masa muda" yang menyiratkan bahwa pengarang menyesal karena lengah di masa lalu.
Nama : Achmad Alberni
BalasHapusKelas : IPA 3
No. absen : 34
REMIDI UAS SEMESTER GENAP
Gurindam 12 pasal 1
Barang siapa tiada memegang agama,sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama. Barang siapa mengenal yang empat,maka ia itulah orang ma’rifat Barang siapa mengenal Allah,suruh dan tegahnya tiada ia menyalah. Barang siapa mengenal diri,maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari. Barang siapa mengenal dunia,tahulah ia barang yang terpedaya. Barang siapa mengenal akhirat,tahulah ia dunia melarat.
Gurindam 12 pasal 2
Barang siapa mengenal yang tersebut, tahulah ia makna takut. Barang siapa meninggalkan sembahyang, seperti rumah tiada bertiang. Barang siapa meninggalkan puasa, tidaklah mendapat dua temasya. Barang siapa meninggalkan zakat, tiadalah hartanya beroleh berkat. Barang siapa meninggalkan haji, tiadalah ia menyempurnakan janji.
Gurindam 12 pasal 3
Apabila terpelihara mata, sedikitlah cita-cita. Apabila terpelihara kuping, khabar yang jahat tiadalah damping. Apabila terpelihara lidah, nescaya dapat daripadanya faedah. Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan, daripada segala berat dan ringan. Apabila perut terlalu penuh, keluarlah fi’il yang tiada senonoh. Anggota tengah hendaklah ingat, di situlah banyak orang yang hilang semangat. Hendaklah peliharakan kaki, daripada berjalan yang membawa rugi.
Gurindam 12 pasal 4
Hati kerajaan di dalam tubuh, jikalau zalim segala anggota pun roboh. Apabila dengki sudah bertanah, datanglah daripadanya beberapa anak panah. Mengumpat dan memuji hendaklah pikir, di situlah banyak orang yang tergelincir. Pekerjaan marah jangan dibela, nanti hilang akal di kepala. Jika sedikitpun berbuat bohong, boleh diumpamakan mulutnya itu pekong. Tanda orang yang amat celaka, aib dirinya tiada ia sangka. Bakhil jangan diberi singgah, itupun perampok yang amat gagah. Barang siapa yang sudah besar, janganlah kelakuannya membuat kasar. Barang siapa perkataan kotor, mulutnya itu umpama ketur. Di mana tahu salah diri, jika tidak orang lain yang berperi.
Gurindam 12 pasal 5
Jika hendak mengenal orang berbangsa, lihat kepada budi dan bahasa, Jika hendak mengenal orang yang berbahagia, sangat memeliharakan yang sia-sia. Jika hendak mengenal orang mulia, lihatlah kepada kelakuan dia. Jika hendak mengenal orang yang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu. Jika hendak mengenal orang yang berakal, di dalam dunia mengambil bekal. Jika hendak mengenal orang yang baik perangai, lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Nama : Achmad Alberni
BalasHapusKelas : IPA 3
No. absen :34
lanjutan remidi uas semester genap
Gurindam 12 pasal 6
Cahari olehmu akan sahabat, yang boleh dijadikan obat. Cahari olehmu akan guru, yang boleh tahukan tiap seteru. Cahari olehmu akan isteri, yang boleh menyerahkan diri. Cahari olehmu akan kawan, pilih segala orang yang setiawan. Cahari olehmu akan abdi, yang ada baik sedikit budi.
Gurindam 12 pasal 7
Apabila banyak berkata-kata, di situlah jalan masuk dusta. Apabila banyak berlebih-lebihan suka, itulah tanda hampir duka. Apabila kita kurang siasat, itulah tanda pekerjaan hendak sesat. Apabila anak tidak dilatih, jika besar bapanya letih. Apabila banyak mencela orang, itulah tanda dirinya kurang. Apabila orang yang banyak tidur, sia-sia sahajalah umur. Apabila mendengar akan khabar, menerimanya itu hendaklah sabar. Apabila menengar akan aduan, membicarakannya itu hendaklah cemburuan. Apabila perkataan yang lemah-lembut, lekaslah segala orang mengikut. Apabila perkataan yang amat kasar, lekaslah orang sekalian gusar. Apabila pekerjaan yang amat benar, tidak boleh orang berbuat onar.
Gurindam 12 pasal 8
Barang siapa khianat akan dirinya, apalagi kepada lainnya. Kepada dirinya ia aniaya, orang itu jangan engkau percaya. Lidah yang suka membenarkan dirinya, daripada yang lain dapat kesalahannya. Daripada memuji diri hendaklah sabar, biar pada orang datangnya khabar. Orang yang suka menampakkan jasa, setengah daripada syirik mengaku kuasa. Kejahatan diri sembunyikan, kebaikan diri diamkan. Keaiban orang jangan dibuka, keaiban diri hendaklah sangka.
Gurindam 12 pasal 9
Tahu pekerjaan tak baik, tetapi dikerjakan, bukannya manusia yaituiah syaitan. Kejahatan seorang perempuan tua, itulah iblis punya penggawa. Kepada segaia hamba-hamba raja, di situlah syaitan tempatnya manja. Kebanyakan orang yang muda-muda, di situlah syaitan tempat berkuda. Perkumpulan laki-laki dengan perempuan, di situlah syaitan punya jamuan. Adapun orang tua yang hemat, syaitan tak suka membuat sahabat Jika orang muda kuat berguru, dengan syaitan jadi berseteru.
Gurindam 12 pasal 10
Dengan bapa jangan durhaka, supaya Allah tidak murka. Dengan ibu hendaklah hormat, supaya badan dapat selamat. Dengan anak janganlah lalai, supaya boleh naik ke tengah balai. Dengan isteri dan gundik janganlah alpa, supaya kemaluan jangan menerpa. Dengan kawan hendaklah adil supaya tangannya jadi kafill.
Gurindam 12 pasal 11
Hendaklah berjasa, kepada yang sebangsa. Hendaklah jadi kepala, buang perangai yang cela. Hendaklah memegang amanat, buanglah khianat. Hendak marah, dahulukan hajat. Hendak dimulai, jangan melalui. Hendak ramai, murahkan perangai.
Gurindam 12 pasal 12
Raja muafakat dengan menteri, seperti kebun berpagarkan duri. Betul hati kepada raja, tanda jadi sebarang kerja. Hukum adil atas rakyat, tanda raja beroleh inayat. Kasihkan orang yang berilmu, tanda rahmat atas dirimu. Hormat akan orang yang pandai, tanda mengenal kasa dan cindai. Ingatkan dirinya mati, itulah asal berbuat bakti. Akhirat itu terlalu nyata, kepada hati yang tidak buta.
Analisis : menurut saya ini adalah puisi lama yang masih memeriotaskan bahasa bahasa baku, dan agak sulit untuk dimengerti. contoh dalam pasal 12 kalimat akhir "Akhirat itu terlalu nyata, kepada hati yang tidak buta"