Membicarakan Cerita Rakyat tidak dapat melepaskan pemahaman tentang hasil sastra
lama. Sudah sejak abad ke 19 terdapat hasil satra berbahasa Melayu, yang penulisnya bukan
orang-orang dari Riau (Sumatera). Bahasa yang digunakan juga bahasa Melayu murni.
Pengertian bahasa Melayu murni (Melayu Tinggi), namun sebaliknya bahasa yang digunakan
adalah bahasa Melayu Rendah ( Melayu Pergaulan) atau Melayu Pasar. (Ayip, 2005: 5).
Selain kesusasteraan Melayu dijumpai pula kesusateraan Jawa, Sunda, Bali, Aceh, Bugis,dll.
merupakan kesusasteraan yang kaya dan usianya lebih tua berabad-abad.
Menurut catatan kesasteraan maka sastra Jawa dianggap yang paling tua dan kaya akan hasil
sastranya. Pengaruh sastra Jawa cukup besar bahkan disebut-sebut sampai pada kesusasteraan
di kawasan Asia Tenggara pada umumnya dan secara khusus di kepulauan Nusantara. Cerita
Panji pengaruhnya sampai di daratan Campa (Cina), Melayu, Pilipina, India. Di India karya
Mahabharata, Ramayana sangat terkenal. Di Jawa karya tersebut diversikan menjadi
Bharatayuddha yang diakui keindahannya. Demikian cerita-cerita lain yang berpangkal dari cerita Bharathayuddha.Dalam bahasa Kawi (Jawa Kuna) terkenal buah tangan Mpu Kanwa yang
berjudul Arjuna Wiwaha, demikian pula Mpu Panuluh terkenal dengan karyanya Gatutkacasraya,
Hariwangsa, dll.
Selain kesusasteraan Jawa maka kesusasteraan lain yang tidak kalah tua dan terkenalnya
adalah kasusasteraan Sunda, namun secara nyata perhatian para cerdik kurang diminati.
Kesusasteraan Sunda tercatat sejak abad 15-an dengan ditemukan buah sastranya yang berjudul
Siksa Kanda Karesian, Cerita Parahyangan, Cerita Waruga Guru, Kunjarakarna, dll.
(Ayip, 2005: 6).
Bertdasarkan bukti sastra tersebut maka sesungguhnya karya sastra tersebut tidak dapat
dilepaskan dengan hasil sastra daerah atau yang lebih dikenal dengan cerita rakyat. Secara
divinisi sederhana yang dimaksud dengan cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di
tengah masyarakat luas( rakyat). Awalnya cerita rakyat keberadaannya sangat sederhana,
maksudnya popularitasnya cukup dikenal oleh masyarakat setmpat dan tidak pernah dibukukan
(ditulis), namun penyebarannya cukup sederhana pula karena ditetapkan bahwa sastra rakyat
berkembang secara leluri (lisan). Materi cerita cukup beragam, ada yang bercorak pelipur lara
(hiburan), ritual (keagamaan atau adat) dll. Tingkat kepentingan cerita rakyat selalu dekat dengan
kepentingan hidup bermasyarakat, misalnya kepentingan adat, tradisi, atau sesuatu hal yang
berhubungan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari.
Contoh cerita rakyat yang populer adalah "Kisah Surabaya, Kisah Banyuwangi,
Kamandaka, Calon Arang, Tangkuban Perahu, Gunung Batok, Rorojonggrang,
merupakan cerita rakyat yang melegenda bagi masyarakat di tempatnya bahkan
karena kepopulerannya cerita tersebut meluas hingga di luar wilayah asalnya.
Jika beberapa contoh cerita rakyat yang terkenal itu tercatat dalam hasil sastra
kita, maka tentgunya masih banyak cerita rakyat-cerita rakyat lainnya walaupun
keberadaan dan popularitasnya lebih kecil kita tentu menerima keberadaan kar
ya nonim yang sangat banyak di bumi Nusantara ini.
Perlu disadari bahwa pemahaman cerita rakyat kita tyidak dapat secara terbatas
untuk memahaminya, maksudnya bahwa cerita rakyat adalah cerita yang tumbuh
secara pasti di tengah masyarakat. Hal ini berarti masyarakat di belahan dunia,
termasuk belahan barat , selain belahan dunia timur yang khususnya adalah
Nusantara yang diuraikan di atas.Secara penggolongan maka cerita rakyat-cerita
rakyat itu tercatat di dalamnya adalah dongeng, mithe, legenda, kisah dll.
Untuk mengupas cerita rakyat bahan dan materi kup[asnya cukup banyak, maka
kita tidak perlu resah jika kita membicarakannya, karena cerita rakyat terus ber
kembang sesuai dengan pertumbuhan jaman, walaupun pola dan coraknya menga
lami geseran keadaan dan bentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar