Pembicaraan lanjutan mengenai karya kritik penulis ingin mengupas mengenai "kritik Sastra".
Kritik sastra adalah sebuah kritik dengan obyek kritik adalahhal-hal yang berhubungan
kesastraan (karya sastra, pemahaman sastra atau esai sastra). Pada pembahasan ini
dikhususkan pada kritik karya sastra. Penafsiran, penilaian, dan penghakiman terhadap
karya sastra disebut juga kritik sastra. Pengertian kritik (sastra) berasal dari kata krites
(Yunani Kuno)yang berarti "hakim". Kata krites bermula dari kata krinein yang berarti
menghakimi (Partini, 2005: 55). Dalam kritik sastra yang penting adalah analisisnya, sesuai
yang dikemukakan Yamin dalam bukunya Tifa Penyair dan Daerahnya (1965), bahwa kritik
sastra ialah baik buruknya suatu hasil kesu sasteraan dengan memberi alasan - alasan mengenai
isi dan bentuknya. Dengan demikian kritik sastra merupakan bentuk kegiatan penilaian yang
ditunjukan pada karya sastra atau teks sastra. Mengingat karya sastra tidak begitu saja ada
dengan sendirinya penulis atau pengarang hasil sastrta itu maka dalam pembahasan kritik sastra
mereka dilibatkan dalam penilaiannya.Kritik sastra diposisikan di luar karya sastra (nonfiksi),
karena pembaca tidak menciptakan karya sastra baru yang sama atau mirip dengan karya sastra
yang dibaca. Karya yang dihasilkan kritik sastra adalah hasil penafsiran atas karya sastra tertentu.
Menurut S. Effendi karya kritik sastra bukan tergolong ilmu dan juga bukan seni. Kritik sastra menentukandirinya sendiri sebagai karya yang ada dalam karya tulis, yang lebih cenderung pada
noncipta sastra. Pada hakikatnya kritik sastra dan pengkajian sastra itu sama, namun dapat
juga dikatakan bahwa kritik sastra lebih ditunjukkan pada telaah sastra pada umumnya dan lebih
luas obyeknya (Prtini, 2005: 58). Pewnafsiran, telaah, atau interpretasi dipelajari dalam ilmu sastra
yang peka dan tanggap terhadap pendekatanm dan keanekaragaman jenis tafsir sastra
baik melalui cara atau metode sebuah penafsiran (JV.Luxemburg dkk.,1984: 63-63).
Misalnya membedakan dalam hal;
1. penafsiran yang bertitik tolak pada teks yang sudah jelas,
2. penafsiran yang berusaha menyusun kembali arti histori, dalam pendekatan ini
penafsiran lebih dekat pada maksud si pengarang.
3. penafsiran bermeneutik, yaitu keahlian menafsirkan karya sastra yang utama
nya diwakili oleh Gadamer yang berusaha memadu antara masa lalu dengan
masa kini.
4. tafsiran yang dengan sadar dibangun berdasar pada pandangan sendiri mengenai
sastra.
5. tafsiran yang berpedoman pada problematik tertentu, misal permasalahan
psikologi, atau sosiologi.
6. tafsiran secara tak langsung yaitu tafsiran yang berusaha menafsir sebuah karya
sastra untuk diartikan. Pendekatan yang berkiblat pada pembaca (estetika-reseptif).
Bila penafsir ingin menyampaikan sesuatu ungkapan mengenai arti sebuah teks sastra
yang memadai (sah) maka dapat dibedakan m,enjadi empat kriteria, yaitu;
1. menentukan arti langsung (primer).
2. jika diperlukan menjelaskan arti implisitnya (arti yang terkandung di dalam karya sastra)
3. menentukan tema
4. menjelaskan simbolik yang ada dalam teks (jika diperlukan).
Rabu, 26 Januari 2011
Selasa, 25 Januari 2011
KRITIK
Kritik adalah sebuah karya tulis yang diposisikan dalam karangan tersendiri, maksudnya
karya kritik tidak termasuk karya sastra, ilmiah atau karya esai. Kritik adalah karya yang
di dalamnya berisikan tentang sebuah penilaian terhadap suatu hal. Karya kritik
memberikan penilaian terhadap suatu hal berdasarkan kefaktualan hal tersebut. Fakta
yang ada dalam materi kritik semata-mata disampaikan tentang kelebihan dan kekurangan
yang ada tanpa menambah atau mengurangi keberadaan yang sesungguhnya. Karena itu
menurut keberadaannya kritik dibedakan menjadi dua kenyataan, yaitu (a) Kritik Obyektif,
adalah jenis kritik yang benar-benar mengungkapkan materi kritik sesuai dengan keadaan
yang ada (baik dikatakan baik dan buruk dikatakan buruk). Jenis kritik ini semata-mata
bertujuan positif (membangun) karena sebuah materi kritik dengan diketahui kelebihan dan
kekurangannya. Jika materi kritik sebuah karya tulis maka penulis akan mengetahui
keberhasilan dan kekurangan yang ada dari karyanya. Sehingga ke depan penulis tersebut
dapat meningkatkan apa yang sudahdinyatakan berhasil dan membetulkan atau melengkapi
kekurangan yang masih ada dari karya tersebut. Karena itu kritik obyektif adalah jenis kritik
yang benar-benar menilai suatu hal tanpa berharap sedikitpun dari kelebihan dan
kekurangan yang sudah disampaikan. Kritik obyektif adalah jenis kritik yang bersifat
membangun. Misalnya buku kritik Sastra dan Esai karya HB.Yassin.
Sementara dijumpai sebuah kritik yang isinya berupa penilaian sepihak, maksudnya
karya kritikitik tersebut ditulis tidak berdasar pada fakta yang ada, tetapi disebuah sisi
dilebihkan dan di sisi lain dikurangkan atau sebaliknya. Berdasarkan sajian penilaian
tersebut pasti memberikan pengaruh yang tertentu pada hal yang dikritik. Pengaruh
tersebut adalah penilaian yang tidak berlandaskan fak-ta yang ada. Misalnya jika kritik
memihak pada materi kritik maka akan dilebih-lebihkan, sehingga keberadaan yang
sebenarnya tidak sesuai dengan tampilan di kritik, atau sebaliknya. Dari jenis kritik ini
maka sifak kritik adalah subyektifitas (memihak).Jika materi kritik berupa sebuah karya
maka posisi kritikus (penulis karya kritik) sangat menentukan kritik jenis ini. Akan
dilebih-lebihkan semua yang ada dalam karya tersebut dan sebaliknya jika kritikus
pada posisi berlawanan maka semua dilemahkan (dijatuhkan). Misalnya, pada
angkatan sastra '66 banyak ditemukan karya sastra (prosa,puisi) yang disampaikan
pada buku kritik tidak sesuai dengan kenyataan, karena pada masa '66 perbedaan
antar golongan (relegius dan nonrelegigius) sangat terlihat jelas. Dua golongan itu
menampilkan dua tokoh sastra yang populer yaitu Taufik Ismail dari kalangan relegius
dan dari kalangan non-relegius (atheis) adalah Pramudya Ananthja Tur.
Contoh karya kritik :
karya kritik tidak termasuk karya sastra, ilmiah atau karya esai. Kritik adalah karya yang
di dalamnya berisikan tentang sebuah penilaian terhadap suatu hal. Karya kritik
memberikan penilaian terhadap suatu hal berdasarkan kefaktualan hal tersebut. Fakta
yang ada dalam materi kritik semata-mata disampaikan tentang kelebihan dan kekurangan
yang ada tanpa menambah atau mengurangi keberadaan yang sesungguhnya. Karena itu
menurut keberadaannya kritik dibedakan menjadi dua kenyataan, yaitu (a) Kritik Obyektif,
adalah jenis kritik yang benar-benar mengungkapkan materi kritik sesuai dengan keadaan
yang ada (baik dikatakan baik dan buruk dikatakan buruk). Jenis kritik ini semata-mata
bertujuan positif (membangun) karena sebuah materi kritik dengan diketahui kelebihan dan
kekurangannya. Jika materi kritik sebuah karya tulis maka penulis akan mengetahui
keberhasilan dan kekurangan yang ada dari karyanya. Sehingga ke depan penulis tersebut
dapat meningkatkan apa yang sudahdinyatakan berhasil dan membetulkan atau melengkapi
kekurangan yang masih ada dari karya tersebut. Karena itu kritik obyektif adalah jenis kritik
yang benar-benar menilai suatu hal tanpa berharap sedikitpun dari kelebihan dan
kekurangan yang sudah disampaikan. Kritik obyektif adalah jenis kritik yang bersifat
membangun. Misalnya buku kritik Sastra dan Esai karya HB.Yassin.
Sementara dijumpai sebuah kritik yang isinya berupa penilaian sepihak, maksudnya
karya kritikitik tersebut ditulis tidak berdasar pada fakta yang ada, tetapi disebuah sisi
dilebihkan dan di sisi lain dikurangkan atau sebaliknya. Berdasarkan sajian penilaian
tersebut pasti memberikan pengaruh yang tertentu pada hal yang dikritik. Pengaruh
tersebut adalah penilaian yang tidak berlandaskan fak-ta yang ada. Misalnya jika kritik
memihak pada materi kritik maka akan dilebih-lebihkan, sehingga keberadaan yang
sebenarnya tidak sesuai dengan tampilan di kritik, atau sebaliknya. Dari jenis kritik ini
maka sifak kritik adalah subyektifitas (memihak).Jika materi kritik berupa sebuah karya
maka posisi kritikus (penulis karya kritik) sangat menentukan kritik jenis ini. Akan
dilebih-lebihkan semua yang ada dalam karya tersebut dan sebaliknya jika kritikus
pada posisi berlawanan maka semua dilemahkan (dijatuhkan). Misalnya, pada
angkatan sastra '66 banyak ditemukan karya sastra (prosa,puisi) yang disampaikan
pada buku kritik tidak sesuai dengan kenyataan, karena pada masa '66 perbedaan
antar golongan (relegius dan nonrelegigius) sangat terlihat jelas. Dua golongan itu
menampilkan dua tokoh sastra yang populer yaitu Taufik Ismail dari kalangan relegius
dan dari kalangan non-relegius (atheis) adalah Pramudya Ananthja Tur.
Contoh karya kritik :
Judul : Mengatasi Pelumas Mesin Agar Tidak Mudah Cair
Analisis :
- Bahasa, dalam esai tersebut banyak ditemukan istilah-istilah bidang otomotif, misalnya,scobekers, selloil, sellplate, bacsell, autosell. Banyaknya penggunaan kata serapan dalam asai ini menyebabkan pembaca sulit menguasai arti. Dampak yang terjadi pemahaman esai kurang obtimal, misalnya dalam kalimat :
- Penggunaan scobekers yang kurang perawatan khususnya tentang perhatian autosell, maka kendaraan agar awet.
- Bacsell sebuah mobil condong lebih lambat aus jika dibandingkan dengan bacsell motor.
- Sellplate sebuah mobil sering tidak mendapat perhatian pemilik otomotif. Bentuk serapan yang tak dapat dihindari dalam esai ini merupakan buktyi bahwa dunia otomitiv memang mempunyai kekhususan utamanya dalam penggunaan bahasanya.
- Isi, mengungkapkan tentang manfaat perawatan otomotif yang baik. Diuraikan dalam esai ini bahwa perawatan yang baik dari sebuah kendaraan bermotor.
Langganan:
Postingan (Atom)